Part 30

276 23 0
                                    

Enjoy the story...

Zoya pov.

Putraku.
Ya dia adalah putraku, Reyzi. Pria mungil dengan wajah tampan bak dewa yunani itu terlihat melambaikan tangan kecilnya padaku dari balik gerbang sekolah taman kanak kanak tempatnya menuntut ilmu.
Sebagaimana biasanya, hari ini adalah jadwalku mengantar reyzi ke sekolah dan disinilah aku berada di dalam mobil yang kugunakan untuk mengantar jagoanku ke sekolah.

Perutku sudah semakin besar dan bulan ini akan memasuki minggu ke 32 atau lebih tepatnya 8 bulan.
Dan ini adalah hari dimana aku dijadwalkan untuk cek kandungan pada dokter jemma.
Ya dia adalah dokter yang menangani ku dulu saat melahirkan reyzi.
Meski sudah senior, sikap hangat dan keramahannya padaku sama sekali tak berubah. Dia sudah kuangggap seperti ibuku sendiri saking dekatnya denganku.
Bahkan perhatiannya padaku kadang kala membuatku selalu teringat pada ibu.
Senyum hangatnya, kepeduliannya dan juga sentuhan lembutnya seolah olah yang berdiri di hadapanku bukanlah dokter jemma melainkan ibuku sendiri.

"Zoy...
Jangan sering melamun ya sayang...!
Apalagi sampai kamu memikirkan hal hal yang berat...
Kasihan janin dalam kandunganmu...!"
Dokter jemma menyentuh punggung tanganku sambil mengelusnya. Sentuhannya membuat lamunanku akan wajah ibu jadi buyar.
Aku tersenyum dan mengangguk.

"Tinggal satu bulan lagi kamu akan melahirkan...
Jadi tolong persiapkan kebugaran fisik dan juga mental kamu, zoy...!
Oh iya ini resep vitamin untuk mu...!
Kalau bisa 2 minggu lagi kamu kemari lagi ya sayang..."
Dokter jemma mengelus puncak rambutku.

"Baik dokter...
Terima kasih saya permisi dulu..."
Aku mengangguk mendengarkan nasihet juga permintaannya.

Saat aku hendak membuka handle pintu ruangannya, tiba tiba..

Greb,
Dokter jemma menahan tanganku.
Sentuhan nya membuatku menoleh ke belakang.

"Ada apa dok...?"
Wajahnya terlihat resah dan gelisah.
Entah mengapa aku tak tau. Padahal tadi ia tak terlihat seperti itu.
Setelah menghembuskan nafas panjang dan berat. Ia melepas pegangannya pada lenganku.

"Entah mengapa aku merasa khawatir denganmu..? Bisa tolong selalu nyalakan gpsmu agar aku tau dimana kamu berada..."
Ucapanku membuatku mengerutkan keningku. Awalnya aku ingin menolaknya, tapi melihat kekhawatiran yang sangat kentara di dalam matanya membuatku memilih mengangguk mengiyakan.
Kuambil ponsel dari dalam tas tanganku dan kunyalakan gps dan berbagi location dengan dokter jemma agar posisi kami bisa terdeteksi satu sama lain melalui ponsel pintar kami masing masing.

Setelah itu barulah dokter jemma mengijinkan aku pulang. Agak aneh sih?
Tapi aku lebih memilih berpikiran positif saja. Aku yakin, ia melakukan semua itu hanyalah karena alasan kekhawatiran seorang ibu pada putrinya saja. Tidak lebih.

Pak wongso, supir pribadi yang selalu mengantarku kemana mana entah mengapa diam saja tak mengajakku mengobrol. Padahal biasanya pak wongso akan bercerita panjang lebar mengenai kampungnya jika sedang dalam perjalanan cukup panjang seperti ini.

Ckiiiiiiiiiiiit....
Suara rem berdecit cukup keras memekakkan telinga. Pedal rem yang diinjak sangat tiba tiba itu membuatku ikut terhuyung ke depan. Untung saja perutku tak terbentur.
Aku tak ingin bayiku kenapa napa.

"Pak wongso, ada apa apa...?"
Aku menengok ke arah kursi pengemudi dan aku terkejut bukan pak wongso yang kujumpai. Melainkan seorang pria berpakaian serba gelap dengan rambut pendek berwarna pirang lah yang ada di kursi kemudi.

 Melainkan seorang pria berpakaian serba gelap dengan rambut pendek berwarna pirang lah yang ada di kursi kemudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2Z Love Story (Zoya & Zio) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang