Part 19

354 31 0
                                    

Enjoy the story...

Zoya pov.

Aku berjalan lesu kembali ke kontrakan nenek fifah. Hari ini adalah satu minggu tepat dimana aku melihat kak zio dan alisia makan di restoran itu.
Ingatan itu menggangguku, mengganggu pikiran dan juga hatiku. Sudah seminggu tapi wajah tampan yang menampilkan senyum lebar itu masih terpaku kuat diotakku.

"semoga kamu sehat sehat didalam sana ya sayang...
Ibu akan selalu menjagamu...
Maafkan ibu karena menjauhkan kamu dengan ayahmu ya nak..."
Aku mengelus perutku perlahan.
Kandunganku sudah berusia 5 minggu. Untunglah masih belum terlihat besar. Aku takut dipecat kalau sampai bu ghina - staf bagian personalia tau kalau aku sedang hamil. Untunglah anakku ini begitu pengertian hingga tak pernah membuatku merasa mual saat kuajak bekerja dikantor.

Tok tok tok,
Aku mengetuk pintu kontrakan nenek fifah. Tak ada jawaban.
Aku kembali mengetuk pintu rumah berukuran kecil ini. Tetap tak ada jawaban.

Cklek,
"kok gak dikunci sama nenek...?"
Aku masuk kedalam kontrakan perlahan.

"nenek... Nenek dimana...?"
Tak ada jawaban.
Tapi semakin aku memasuki rumah kontrakan ini, aku mendengar suara derit kerekan timba sumur. Saat aku membuka pintu penghubung antara rumah dan kamar mandi, aku terkejut melihat nenek fifah dengan semangatnya mengucek dan menggilas 3 ember berisi pakaian kotot. Entahlah pakaian siapa yang ia cuci aku juga tidak tau.
Jangan jangan nenek fifah sedang menjadi buruh cuci?

"nenek... Ini pakaian siapa nek...?
Apa nenek jadi buruh cuci...?
Kan aku sudah kerja nek... Kenapa nenek harus ikut kerja juga...?"

"maafkan nenek..
Nenek hanya mau bantu kamu cari uang, zoy..."
Aku menatap nenek fifah lama.
Sungguh aku mengkhawatirkan kondisi nenek fifah kalau ia harus bekerja seberat ini.
Aku segera meletakkan tasku, dan melipat lengan pakaianku hingga naik ke atas siku. Aku mengambil alih pakaian kotor yang tengah di cuci nenek fifah.

"lebih baik nenek beristirahat saja...
Biar aku saja yang cuci...
Aku gak mau nenek kelelahan karena pekerjaan ini..."
Aku menggenggam tangan nenek fifah yang hendak mengambil lagi pakaian kotor itu dari tanganku.
Nenek fifah tersenyum manis penuh keibuan.

"bagaimana kalau kita cuci bersama saja...?
Nenek juga tak ingin kamu dan bayimu kelelahan, zoy..."

"baiklah nek...
Tapi kalau nenek lelah, nenek harus berhenti mencuci... Biarkan aku saja yang mencucinya...!
Okey nek...?"
Aku mengucek pakaian kotor 3 ember besar itu bersama nenek fifah. Nenek yang suka sekali bercerita mulai membicarakan banyak hal mengenai kehidupan masalalunya. Kehidupan saat anak anaknya kecil dulu. Saat dimana mereka bahkan tak bisa makan hanya untuk sesuap nasi.
Aku kadang ikut merasa sedih melihat keadaan nenek fifah yang sayangnya ditelantarkan oleh anak anaknya.
Mereka tega sekali memperlakukan ibu mereka dengan kejam seperti ini.
Nenek membantuku hingga kami menyelesaikan cucian kami yang sangat banyak itu.

Aku mengambil tiga ember itu lalu meletakkannya di depan teras. Ini sudah malam, dan kami tak ingin pakaian ini hilang jadi mau tidak mau aku memilih untuk menjemurnya di depan teras.

"biar aku saja yang jemur nek... Nenek istirahat saja...
Nenek sudah lelah, bukan?"

"tidak, nenek tidak lelah... Biar nenek selesaikan pekerjaan nenek, zoy..."
Aku menahan tangan nenek fifah yang hendak mengambil pakaian basah itu dari dalam ember. Aku menatapnya tanpa bicara.
Aku tau nenek fifah pasti sudah sangat lelah. Terlihat dari gurat yang ada didahinya dan wajah tua itu terlihat agak pucat.

"baiklah nenek akan istirahat...
Tapi setelah ini kamu juga harus tidur ya...
Kasihan bayimu..."
Tatapan memohonku rupanya sangat manjur. Aku tersenyum nenek fifah mau menuruti keinginanku. Aku mengangguk beberapa kali mengiyakan perintahnya.
Setelah nenek masuk ke dalam kontrakan aku segera menyelesaikan menjemur pakaian basah ini agar tidak bau keesokan harinya.

2Z Love Story (Zoya & Zio) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang