Waktu menunjukkan pukul 04.00 subuh sekitar 30 menit sebelum adzan subuh. Perlahan Lesty membuka matanya yang masih terasa sangat berat. Berusaha menggerakkan badan yang terkungkung dekapan erat si suami, apalah daya tubuh kecil yang sudah berasa remuk, ditambah tenaganya sudah habis karena ulah suaminya sendiri semalaman penuh dan mereka baru tertidur sekitar 30 menit lalu.
Lesty hendak turun dari ranjang tapi seluruh badannya berasa nyeri semua apalagi bagian pinggang sampai ujung kaki seperti jelly tak bertulang, setiap kali digerakkan terasa bergetar lemas belum organ intimnya berasa "penuh".
Lesty mengerutkan dahinya -berpikir sesaat mengenai kata " Penuh", reflek dibukanya sedikit selimut yang menjadi satu-satunya kain penutup tubuh polos mereka berdua.
Wajah Lesty tertunduk pasrah
-benar saja, mereka masih menyatu.Apa yang harus dia lakukan, jika membangunkan suami keras kepalanya ini pasti dia akan menggempurnya ulang padahal Lesty mesti sholat subuh dulu. Kalau tidak dibangunkan bagaimana caranya terlepas dari pelukan kuat atas bawah suaminya.
Terlalu sibuk dengan pikirannya hingga tidak menyadari Billar sudah membuka matanya sedari tadi saat merasakan pergerakan istrinya.
Kepala Lesty berada didadanya, dengan posisi dipeluk dari belakang. Billar sedikit menunduk, memperhatikan wajah kebingungan sang istri.
Diciumnya pucuk kepala gadis yang tadi malam resmi menjadi wanitanya sangat lembut membuat si empunya tersadar dari pikirannya sendiri.
Perlahan Billar membalik badan istrinya sangat hati-hati dan melepaskan penyatuan mereka perlahan.
"Auu.... Ssttttt".
" Ma.. Maaf sayang.. Apa masih sangat sakit". Air muka Billar merasa bersalah. Dia sadar benar-benar tidak bisa mengontrol hasratnya sedikit pun.
Tidak enak hati melihat ekspresi sang suami Lesty cepat-cepat tersenyum hangat.
"Wajar masih sedikit sakit dan nyeri sayang nanti juga hilang sendiri". Diciumnya singkat bibir suaminya-menenangkan.
Sebenarnya Billar tidak egois sama sekali, melihat Lesty yang merasa kesakitan karena ini benar-benar pertama untuk nya tentu membuat Billar tak kan tega bahkan ragu meneruskannya namun melihat kesungguhan sang istri memintanya melanjutkan tentu diterima dengan senang hati.
"Makasih sayang... Makasih banyak buat semuanya dan makasih karena menjaganya buat kaka". Billar menciumi seluruh wajah wanita yang sudah menjadi tanggung jawab penuhnya.
Tanpa sadar Lesty menitikkan air matanya.
" Kok nangis sayang.... Ya Allah... Sakit banget ya... Apa masih berdarah, apa perih.. Ehh.... Ehhh... Sini kaka periksa bentar". Spontan Billar menyibak selimut mereka dan hendak mengambil posisi 'memeriksa' namun belum sempat terjadi istrinya sudah berteriak sambil menutup muka dengan telapak tangannya.
"Kyaaaaaa!!!!!!! Kaka stop... ".
Billar terdiam-lalu kembali ke posisi semula. Membuka kedua tangan Lesty yang menutup wajahnya dan menatap heran, apa dia berbuat salah kali ini???.
"Dede nangis karena bahagia bukan karena itu sayang". Menjawab ekspresi penuh tanya sang suami.
Billar mengangguk paham, tidak berapa lama tatapan matanya mendadak berubah sayu.
Muka Lesty menjadi pias, dia sudah mulai paham arti tatapan itu.
" Kaka iechhhh...... Baru juga selesai makanya jangan dibuka sembarangan kalau ga bisa nahan nafsu".
"Hanya sama kamu kaka begini sayang".
" Sholat dulu ya, atau paling ga habis sholat deh ga papa di apa-apain lagi".
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD GIRL AND BAD BOY (END)
FanfictionKakiku melangkah ringan.. Seperti daun kering yang diterbangkan angin.. Terlihat kuat dari luar.. Namun lantak di hati terdalam.. Pelaminan putih lambang kesucian.. Cantik melati lambang keindahan.. Beribu doa terbaik untukmu dan dia.. Bahagia sela...