Prolog ✔

9.7K 272 39
                                    

"Perkenalan yang singkat, membuat hati ini ingin rasanya mengikat, meski kita tidak kenal dekat, kalau sudah niat semoga bisa sampai akad."

-Sajadah Cinta-
Story By Imafathh 

.

     Matahari semakin meninggi, semilir angin yang sejuk membuat gadis dengan seragam sekolah abu-abu itu memejamkan matanya perlahan, gadis itu menghirup nafasnya dalam-dalam, selagi menghirup udara tidak bayar maka ia akan lakukan se-banyak mungkin. Anggun Pertiwi namanya, atau yang kerap di sapa Anggun, gadis kelas dua belas  yang kini masih betah dengan status Single Lillahnya.

Matanya kini terbuka dan kembali mengekori gadis berambut di kuncir kuda yang berada di depannya. Putri Genita, teman sekaligus sahabat satu-satunya yang Anggun miliki. Bukan enggan menambah teman, hanya saja Anggun sudah tau seluk dan beluknya Putri, baik dan buruknya gadis itu. Saling melengkapi kelebihan dan kekurangan, maka persahabatan tak akan mudah hancur berantakan. 

Toilet adalah tujuan mereka, sehari aja gak ke toilet rasanya gatal sekali, toilet Sekolah begitu berdampak besar bagi kedua gadis itu, tujuannya tak lain adalah bercermin, atau paling tidak buang air kecil. Tapi kadang bisa menghabiskan waktu setengah jam, sisanya ya menyender di tembok sambil ngobrol. Kalian sama gak?

"Sgara" pekik Putri, mereka belum sampai toilet tapi gadis itu kini malah melenggang pergi dengan berlari, mungkin emang dari awal tujuan Putri adalah bertemu Sgara. Sgara adalah cowok yang sudah dua setengah tahun Putri kejar-kejar, tak pernah mendapat jawaban atas sapaan dari Putri, bahkan melirik Putri pun bisa di hitung dengan jari. Ya abisnya Anggun juga tau kelakuan minus sahabatnya, tak ayal kalau sedikit yang tertarik pada gadis itu, padahal sama sih, dirinya juga seperti itu.

Teman yang satunya itu sering membuat Anggun berucap istighfar, antara bersyukur sama enggak sih, bersyukur karena sikap Putri selalu membuatnya istighfar, jadi ya Anggun bersyukur setidaknya dia mengurangi dosanya dengan terus beristigfar, jika berada di dekat Putri. Apalagi menyangkut soal Sgara, gadis itu menjadi bermata duit, a.k.a gercep, di situ ada Sgara dan di situlah ada Putri.

Dari pada mengikuti Putri yang sudah hilang entah kemana, Anggun memilih lebih baik kembali ke kelasnya dan melanjutkan pelajaran. Saat melewati lorong ia tak sengaja menabrak seseorang.

BRUK.

"Aduh... " Anggun mengelus jidatnya yang sedikit ngilu akibat benturan dengan benda padat yang tegap.

Tunggu! Matanya kini menatap dada bidang yang di lengkapi dengan Jas hitam yang mengkilap. Tak lupa dengan wangi parfum khas pria. Itu artinya? Dia menabrak seorang Pria!

Matanya perlahan ke atas, saat melihat wajah pria yang ada di hadapannya Anggun langsung mundur beberapa langkah. Astagfirullah jangan sampai Zina mata ya Allah, bantinnya.

Matanya menatap pria yang sama sekali tak berkutik saat dirinya menabraknya. Matanya! Apa Anggun salah lihat! Matanya berwarna hitam gelap bahkan sepertinya pria itu mengenakan softlens hitam.

"Jangan liatin saya seperti itu, nanti kamu bisa jatuh cinta pandangan pertama." suara ngebass itu terdengar indah di gendang telinga Anggun. Anggun mengusap wajahnya dan menatap pria di depannya dengan tatapan kesal.

"Siapa yang liatin Bapak?"

"Kamu."

"Enggak tuh, saya tadi liat tembok di belakang bapak."

"Gak mau minta maaf? Kamu baru aja nabrak saya loh," ucap Pria yang kini matanya tak lepas dari gadis di depannya, terlalu menarik dan sangat disayangkan kalau sampai tidak di tatap.

"Maaf Pak, saya ngaku salah. Tapi apa mata bapak bisa berhenti buat natap saya?" bukan ge'er atau apa tapi dengan terang-terangan pria di depannya itu menatap Anggun dari atas sampai bawah.

Gimana gak risih? Di tatap seperti itu, kaya abis malingin barang aja.

"Saya Faridh Ikhsan Laksana kamu bisa panggil saya Mas Faridh." ucapan pria di depannya membuat Anggun menlototkan matanya. Apa? Mas? Jijik sekali rasanya dengan panggilan seperti itu. Bahkan tak ada angin dan hujan pria itu mengulurkan tangannya.

"Maaf, tapi saya gak minat kenalan sama bapak-bapak," jawab Anggun kini melangkah ke kanan, Faridh ke kanan, Anggun ke kiri Faridh ikut ke kiri. Sebenarnya mau laki-laki di depannya ini apa?!

"Permisi astagfirullah Pak, saya mau masuk kelas."

"Nama kamu?"

"Penting banget saya jawab?"

"Penting bagi saya."

"Tapi gak penting bagi saya Pak, permisi saya mau lewat."

"Yakin gak mau kenalan saya saya?"

"Maaf Pak, tapi jam pelajaran saya udah di mulai dari tadi, bapak buang-buang waktu saya aja." kali ini Anggun menaikkan intonasinya, ia jengah dengan pria di depannya yang bernama Faridh.

"Pak. Pak. Umur saya masih Dua Puluh Lima, dewasa bukan tua!"

"Terserah Pak! Saya mau lewat."

"Anggun Pertiwi?"

"Kok Bapak tau nama saya!"

"Lah itu," jawab Faridh menunjuk name tag di kerudungnya.

"Misi Pak. Ya Allah saya mau lewat."

"Oke saya bebasin, tapi saya jamin besok kita akan bertemu lagi!" ucap Faridh dengan gerlingan matanya. Anggun menatap pria itu dengan geli dan kini melangkahkan kakinya lebar-lebar.

~~~

Faridh menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya. Saat keluar dari bangunan besar "SMA Laksana" sekolah yang ia bangun dengan jeri payah dan usaha yang begitu panjang.

Faridh merupakan laki-laki yang pintar, bahkan saat umurnya menginjak lima belas tahun dirinya sudah bisa memulai bisnis sepatu bermerk, semua berkat kedua orang tuanya yang selalu mendukung dan mendo'akan Faridh, hingga pria itu kini bisa sukses sampai seperti sekarang.

Dirinya terseyum saat mengingat kejadian tadi. Gadis penghitung keramik, mungkin itu julukan yang pas untuk gadis bernama Anggun Pertiwi. Faridh tak bisa membohongi dirinya sudah jatuh dalam pesona gadis remaja saat pertama kali melihatnya.

"Jangan liatin saya seperti itu, nanti kamu bisa jatuh cinta pandangan pertama."

Saat mengingat ucapannya Faridh jadi malu sendiri, bukan gadis itu yang jatuh Cinta pada pandangan pertama kepadanya, tapi dirinya yang jatuh Cinta pada pandangan pertama dengan gadis itu.

Apalagi dengan sebutan 'Pak' membuat senyum Faridh kian melebar, ada perasaan hangat yang menjalar di hatinya, padahal ucapan itu seperti mengejek.

"Gadis yang galak, jual mahal dan saya suka dengan itu." Faridh mengusap rahangnya yang kini terasa sudah mulai ditumbuhi rambut-rambut halus.

Bolehkan Faridh di sebut pedofil? Menyukai gadis yang jelas-jelas beda jauh dengan dirinya. Bahkan gadis itu masih kelas dua belas, Faridh tau itu saat melihat tametag Anggun di bawah nama gadis itu tercantum XII-Bahasa. Semoga saja Tuhan merestui tingkah gilanya nanti, dan semoga gadis itu menganggapnya pria bukan bapak-bapak.

T. B. C

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, Fath datang membawa cerita baru, uhuy😗
Gimana Prolognya?

Suka? Vote dan comment yaw😗




Salam sayang dulu dong😗
~Fath💖

Sajadah Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang