23. Azzam Berengsek

1.2K 134 8
                                    

“Jodoh gak pernah salah alamat, suatu saat kamu akan bertemu dengan orang yang tepat.”
©fath
-Sajadah Cinta-
.
.
.
.


 

"Ada lagi yang mau kamu pesan? Pesan aja saya yang bayar." Anggun menggeleng, ia menolak. Meski ia tahu dengan membayar pesanan apapun yang ia inginkan tidak akan membuat Faridh jatuh miskin. Tapi, tetap saja, ia bukan perempuan matre.

"Beneran?"

"Iya, Pak."

"Yasudah." Faridh berjalan ke arah kasir, membayar pesanan.

"Ayo." Anggun mengangguk dan mengekori Faridh dari belakang, punggung pria itu rasanya benar-benar sandarable, kamu mikir apa sih Anggun.

"Aku gak mau tahu, kamu harus tanggung jawab!"

"Gak bisa Rel, aku sudah menghitbah perempuan lain."

"Tapi ini anak kamu Zam! Hiks... " sontak Anggun menghentikan langkahnya, begitupun Faridh. Keduanya kini di suguhkan dengan Azzam yang kini sedang duduk dengan perempuan yang entah siapa, Anggun tak kenal.

Yang Anggun permasalahkan, apa pendengarannya sedang bermasalah? Maksud perempuan itu apa?

"Aku mohon, kamu tanggung jawab Zam." Anggun masih mematung, berjarak dua meter ia masih menatap jelas di depan, Azzam yang membelakangi dirinya. Anggun tahu jelas kemeja itu, kemeja yang sering Azzam pakai untuk ke kampus.

"Sorry Rel, gue gak bisa. Dari awal lo yang nawarin kan?"

"Gak ada kucing yang kalau di kasih ikan gak di makan Zam! Lo harus tanggung jawab, gue gak mau tau!"

"Tapi gue gak bisa Rel!" suara Azzam naik oktaf. Baru kali ini Anggun mendengar cowok itu membentak perempuan. Setahu Anggun Azzam pria yang sangat menghormati wanita.

"Berengsek lo!" perempuan itu pergi, tak lupa dengan isak tangisnya. Anggun menatap Azzam, cowok itu mengacak rambutnya.

Baru ketika cowok itu ingin membayar pesanan, Anggun benar. Dia Azzam, pria yang beberapa hari menghitbah dirinya. Oh Allah, kenapa rasanya sakit sekali?

"Anggun." Azzam membatu setelah matanya menangkap sosok Anggun.

Anggun menggeleng. "Kak Azzam? Maksudnya tadi apa?"

"Aku bisa jelasin." Azzam berjalan ke arahnya. Anggun lagi-lagi menggeleng, sementara Faridh cowok itu masih mematung.

"Aku gak nyangka kak." Anggun melangkahkan kakinya. Azzam mencekal pergelangan tangannya, jelas Anggun langsung menepisnya.

"Aku bisa jelasin."

"Gak ada yang perlu di jelasin Kak! Kakak seharusnya bertanggung jawab! Itu darah daging kakak!"

"Aku gak suka sama perempuan itu! Lagi pula dia terlalu murahan memberikan..."

Plak

Anggun menamparnya, ia kecewa dengan perkataan Azzam, kenapa pria itu mudah sekali mengatakan hal yang seharusnya tidak dia ucapkan.

"Aku bisa jelasin Anggun!" Anggun menggeleng lemah, ia berlari. Menubruk bahu Faridh. Sekarang tujuan gadis itu bukan lagi kembali ke kantor dan bekerja, tetapi ke manapun yang terpenting ia bisa menenangkan pikirannya.

Faridh menatap sinis Azzam, sudah ia tebak dari awal kalau cowok itu bukan cowok yang baik. Jelas cuman dirinya yang paling baik dan paling pantas untuk Anggun. Hanya dia.

BUGH

Faridh meninju rahang Azzam. "Sekali lagi lo temuin Anggun, lo berurusan sama gue!" Faridh berlalu. Tidak perduli soal tonjokannya yang mungkin bisa saja membuat rahang Azzam membiru. Itu pantas dia dapatkan, bahkan rasanya kurang. Ingin sekali Faridh membuat Azzam babak belur dan berakhir di kuburan, paling tidak masuk UGD.

Tapi ia tak mau membesarkan egonya, ada perempuan yang harus ia kejar, ada Anggun-nya yang harus ia tenangkan, ada gadisnya yang butuh sandaran.

...



"Butuh tisu?" Anggun mendongakkan kepalanya. Dia menggeleng, dia tahu saat dia pergi dari cafe Faridh mengejarnya.

"Butuh bahu? Bahu saya sandarable lho, yakin gak mau nyender sama saya?" Anggun menggeleng. Air matanya tak berhenti keluar. Rasanya amat sesak.

"Yaudah, hapus air mata kamu." Faridh menyodorkan sebungkus tisu. Anggun lagi-lagi menggeleng.

"Atau mau saya yang hapus air mata kamu? Tapi kalau saya yang hapus sih saya milih pakai tangan aja di banding ti––" Anggun langsung merebut tisu yang ada di tangan Faridh. Membuat pria itu menyunggingkan senyumnya.

"Tunggu sebentar ya." Faridh berdiri dari duduknya, melangkahkan kakinya. Entah mau kemana pria itu, Anggun malas untuk bertanya. Ia hanya butuh waktu sendiri, menikmati indahnya sunset di taman belakang cafe, setelah aksi larinya tadi.

Meski air matanya sudah mengering, tapi rasa sakitnya masih ada. Bahkan ia yakin luka di hatinya susah sembuh dalam waktu sekejab.

Pria yang ia anggap baik, pria yang ia idam-idamkan sejak lama, pria yang berhasil meluluh lantakkan hatinya, kini malah menghancurkan kepercayaannya. Mengingat khitbah yang sudah Anggun terima membuat rasa nyeri semakin terasa. Meski Anggun belum tahu apa rasa sukanya dengan Azzam hanya sebatas kagum? Tapi tetap saja, rasanya amat sakit.

"Waktu Aiza sedih, dia sering minta saya belikan es cream, katanya es cream itu bisa menghilangkan kesedihan, menambah mood juga." Faridh menyodorkan keresek besar yang isinya es cream. Pria itu duduk di samping Anggun. Keduanya menatap lingkaran yang di lengkapi dengan air mancur di tengahnya.

"Makasih Pak."

"Iya. Sama-sama."

Hening, Anggun menikmati es cream rasa cokelat. Karena Faridh tipe cowok yang gak suka keheningan akhirnya ia yang memulai percakapan.

"Setelah ini apa yang bakal kamu lakuin?" Anggun mengernyit bingung. "Mmm. Maksud saya setelah ini hubungan kamu sama Azzam... " tuh kan, sekarang Faridh malah bingung menyusun pertanyaan.

"Saya gak tahu Pak." Faridh mengangguk, harusnya ia jangan bertanya dulu, orang lagi sakit hati eh malah dia bahas. Bukan apa-apa sih, tapi kan Faridh pengen mulai Start lagi, sembari mengungkit soal hal yang membuat Anggun menjauhinya.

"Jodoh gak pernah salah alamat, suatu saat kamu akan bertemu dengan orang yang tepat." Anggun menoleh. Perkataan Faridh seakan jadi tamparan untuknya.

"Kamu tahu, di dunia ini semua sudah berada di garis takdir-Nya setelah kamu gak sama dia lagi, saya harap kamu tidak menyalahkan Takdir."

Anggun enggak menjawab, ia bingung harus mengatakan apa, apalagi perkataan Faridh sangat amat menampar dirinya yang tadi malah menyalahkan takdir. Anggun juga sadar kalau dirinya terlalu berharap kepada manusia.

"Jangan pernah keluarin air mata kamu cuma karena pria yang jelas-jelas tidak pantas bersama kamu, jodoh itu sudah di atur oleh Allah, sejauh apapun kita berjarak kalau Allah menakdirkan kita bertemu, kita tak bisa menentang kehendaknya. Layaknya kita, saya gak tahu salah saya di mana sampai hubungan kita serenggang ini, sejauh apapun, dan sebisa apapun kamu menghindar dari saya, kalau kamu adalah nama yang ada di lauhul mahfudz bersanding dengan saya, kita akan di pertemukan dengan cara terbaik."










Hai, hai:) gimana part ini?
Huhuhu, aku up lagi nih, bayar tiketnya udah belum? Iya vote dan comment!

Next gak?

Skuy gasss! Commentnya kalau bisa yang banyak ya! Heheh


FATH

Sajadah Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang