24. Menyukai Itu Pilihan

1.1K 109 4
                                    

"Menyukai seseorang itu pilihan, berani mengambil risiko sakit hati atau lebih baik tidak usah membuka hati."
©inifath_

.
.
.
.

Setelah pulang dari taman, Anggun memesan taksi online, menolak ajakan pulang bersama Faridh. Anggun ingin sendiri, rasanya ia malas jika harus bersitatap dengan orang-orang. Ini patah hati terbesarnya, ketika ia berharap kepada manusia maka Allah timpahkan rasa sakit yang amat begitu perih.

Anggun sadar, seharusnya sejak dua setengah tahun lalu ia tak perlu menyukai Azzam, apalagi menerima ajakan pria itu beberapa kali untuk makan bersama, paling tidak ia bisa mengurangi risiko kejadian seperti sekarang ini. Tapi, lagi-lagi semua sudah sesuai dengan gadis Takdir-Nya. Mau tak mau Anggun harus menjalani, toh ia juga ikut andil.

Setelah turun dari taksi Anggun langsung masuk ke dalam rumah, bagusnya Bunda dan Ayahnya belum pulang, Bundanya menemani Ayahnya tugas ke luar kota, Anggun berharap semoga bukan hari ini orang tuanya pulang. Harusnya ia menelpon dan menanyakan kabar kedua orang tuanya, tapi mengingat kondisi dan suaranya yang habis ia mengurungkan niatnya. Handphonenya bahkan ia non aktifkan.

Seolah tahu kalau Azzam pasti akan menghubunginya, menjelaskan hal yang sangat amat malas Anggun dengar. Anggun hanya ingin selesai, tidaknya ia mengurangi rasa sakit dengan menyudahi hubungannya dengan Azzam. Tapi sayangnya enggak semudah itu, ini menyangkut dua keluarga, harus di bicarakan dan tidak bisa mengambil keputusan begitu saja.

Apalagi, Bunda dan Ayahnya belum tahu perihal ini. Anggun risau, ia takut mengecewakan kedua orang tuanya karena ia salah dalam memilih. Anggun buta, harusnya ia sibuk memperbaiki diri di usianya yang masih belia, nggak perlu mendalami urusan percintaan, cukup memperbaiki diri. Harusnya seperti itu. Tapi kenyataan seolah berbanding terbalik, karena sering melihat postingan selebgram yang menikah muda akhirnya dirinya ingin merasakan juga.

Apalagi selebgram itu memposting foto yang dapat membuat jiwa kejombloannya meronta-ronta. Dunia nyata tak seindah dunia maya memang.

Setelah memasuki kamar Anggun merebahkan dirinya, menatap langit-langit kamar. Sudah pukul enam sore, hari pertamanya bekerja bukannya pulang sesuai jadwal dirinya malah meminta pulang cepat.

...

"Halo? Iya bos?"

"Kamu saya kasih cuti satu bulan full."

"Hah?" suara di telepon sebrang tampak kaget.

"Satu bulan, masih kurang?"

"Gak kelamaan emang bos?"

Faridh menarik nafasnya. Benar juga sih, tapi dia kan pengen untuk sementara ini Anggun yang menjadi sekretarisnya, jangan Revan melulu.

"Gak. Satu bulan, untuk urusan gaji saya akan transfer satu bulan ini."

"YES!" Faridh mengusap telinganya yang panas. Benar-benar si Revan. Faridh memutuskan sambungan telepon. Ia memijit pangkal hidungnya. Sudah pukul delapan malam, beberapa pegawai sudah pulang, menyisakan beberapa pegawai yang masih lembur.

Faridh mengambil tas kerjanya, berjalan keluar melewati beberapa ruangan dan berakhir di dalam lift. Sialnya ia malah satu lift bersama Kinar, perempuan yang beberapa hari lalu mencoret reputasi baiknya.

"Malam Pak." dih. Males banget Faridh menjawab. Rasanya muak, apalagi pakaian perempuan itu benar-benar butuh tambalan.

"Pak?"

"Hm."

"Saya boleh pulang bareng gak? Saya gak bawa mobil, terus juga barusan taksi online pesanan saya membatalkan." Kinar menyodorkan handphonenya menunjukkan kalau taksi pesanannya emang membatalkan. Sialnya Faridh bingung, nolak atau iyain aja?

"Kalau bapak gak bisa juga gak apa-apa kok, saya bisa naik ojek di depan jalan." mengingat pangkalan ojek yang ada di ujung yang jaraknya dua kilo meter membuat Faridh bimbang, ia tak mungkin membiarkan perempuan jalan sendirian, terlalu bahaya.

Faridh selalu memikirkan kalau Bunda atau adiknya yang jalan sendiri malam-malam.... No! Faridh jelas tidak akan membiarkan, mereka berdua sangat amat berharga.

"Yasudah."

"Bagaimana Pak?"

"Kamu boleh bareng sama saya."

Ting.

Pintu lift terbuka, keduanya berjalan beriringan, sampai di parkiran. Faridh langsung masuk ke kursi pengemudi sedangkan Kinar duduk di sebelahnya. Harusnya kursi itu khusus untuk Bunda, adiknya dan juga jelas, Anggun.

...

Pukul delapan Anggun sudah berada di ruangan kerjanya, padahal semalam Faridh mengirimkan pesan kalau dirinya di ijinkan untuk libur satu hari. Tapi, ia baru aja masuk kerja kemarin gak mungkin ia mengiyakan.

Anggun menerima laporan dari Elsa, perempuan yang kemarin menunjukkan ruangannya. Ternyata dia sudah menikah dan mempunyai anak berumur satu tahun.

"Baik Mbak."

"Kalau begitu saya permisi ya." Anggun mengangguk. Ia berdiri dari duduknya, mengambil pulpen dan ia harus mencari ruangan Kinar. Berkas yang ia pegang harus di tandatangani oleh Kinar baru ia meminta tanda tangan Faridh.

Setelah bertanya pada staff akhirnya Anggun sampai di depan ruangan Kinar, sebelum masuk ia mengetuk pintu di depannya terlebih dahulu.

"Ya masuk." Anggun membungkukkan badannya.

"Permisi Bu, ini ada berkas yang harus ibu tanda tangani," ucap Anggun sembari menyerahkan map biru. Perempuan di depannya menatapnya dari ujung sampai kaki, padahal Anggun hari ini berpakaian sopan kok, iya Anggun memakai rok plisket berwarna hitam, dipadukan dengan kemeja berwarna putih juga hijab syari berwarna hitam.

"Lo di bayar berapa sama Pak Faridh?" Anggun mengernyitkan dahinya bingung. Maksud perempuan di depannya itu apa?

"Maksudnya Bu?"

"Apa lo kasih tubuh lo? Makanya Pak Faridh milih lo di banding gue?"

"Maaf Bu, tapi saya dan Pak Faridh gak ada hubungan apa-apa. Dan Maaf saya bukan perempuan seperti itu." merasa terendahkan, apalagi tatapan Kinar seakan sedang mengintimidasi dirinya.

"Jauhin Pak Faridh."

"Saya emang gak ada hubungan apapun dengan beliau Bu."

"Nih. Balik ke meja kerja lo, sekali lagi gue liat lo jalan bareng bareng Pak Faridh lo bakalan tau akibatnya." Anggun hanya mengangguk. Ia melangkahkan kakinya keluar ruangan Kinar.

Anggun baru ingat, perempuan yang di foto itu sangat mirip dengan Kinar, apalagi pakaian Kinar sama percis dengan pakaian yang perempuan itu pakai. Gak salah, Faridh memang dekat dengan perempuan itu. Anggun harus menjauhi Faridh, ia tak mau merusak hubungan seseorang.

Langkah Anggun berhenti di depan ruangan Faridh, ia menguatkan tekad dan mengetuk pintu. Setelah mendapati perintah masuk ia langsung melangkahkan kakinya.

"Permisi Pak, ada berkas yang harus Bapak tanda tangani." Anggun menyodorkan berkas yang ia bawa. Faridh menerimanya, dan langsung menandatangani.

"Terimakasih Pak, kalau begitu saya permisi." baru hendak melangkah kakinya Faridh sudah memanggil dirinya.

"Iya Pak?"

"Gimana?"

Anggun mengerutkan keningnya bingung. "Gimana apanya Pak?"

"Hubungan kamu dengan Azzam? Apa cowok itu sudah menjelaskan masalah kemarin?" Faridh to the point.

"Saya rasa itu bukan urusan Bapak." Damn! Poor you Faridh!

"Menyukai itu pilihan, berani mengambil risiko sakit hati atau lebih baik tidak usah membuka hati."

TO BE CONTINUED.







Next or No?!

Comment!

Jangan lupa tinggalin jejak yaa!

FATH

Sajadah Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang