26. Tercyduk

1.1K 114 14
                                    

-Sajadah Cinta-
©inifath_
.
.
.
.

    Semenjak kejadian semalam Anggun merasa tubuhnya benar-benar lemas, ia bahkan melupakan makan malam, dari pulang kerja sampai pagi ini ia belum sarapan. Boro-boro sarapan, liat makanan aja malas, bekal yang hari ini ia bawa juga bukan untuk dirinya, melainkan untuk boss besarnya, Faridh.

Setelah menaiki lift, kini Anggun sudah sampai di depan pintu ruangan Faridh, omong-omong soal Kinar, Anggun malas memikirkannya. Ia sama sekali tak ada niat mendekati Faridh, ia hanya ingin bekerja untuk melunasi hutangnya. Itu saja, tidak lebih.

Padahal, Putri ingin membantu dirinya, tapi Anggun menolak. Putri baru bekerja di Cafe dengan mengambil setengah hari, sisanya gadis itu melanjutkan pendidikan di Universitas yang sama dengan Sgara. Entah, hubungan keduanya seperti apa, tapi dari postingan Putri nampaknya gadis itu sangat amat menyayangi Sgara.

Anggun mengetuk pintu ruangan Faridh. "Ya masuk."

"Permisi Pak, ini sarapannya." Anggun meletakkan paper bag berwarna hitam di atas meja kerja Faridh. Pria itu melepaskan kacamata hitam yang bertengger manis di hidung mancungnya.

"Kamu sudah sarapan?"

Anggun bergeleng. "Kenapa belum sarapan? Jam masuk masih setengah jam lagi."

"Gak apa-apa Pak, kebetulan saya belum lapar." bohong, Anggun jelas lapar, pagi tadi ia hanya minum segelas air putih dan langsung berangkat kerja.

"Kalau begitu saya permisi Pak." tanpa menunggu jawaban Faridh, Anggun langsung melangkahkan kakinya.

Ia berjalan pelan menyusuri lorong untuk sampai ruangannya, meski dekat tapi dengan kondisi lemas rasanya ia berjalan satu kilo meter. Apalagi nafasnya serasa semakin tercekat, ia bahkan lupa dengan penyakit Maag nya, yang kapan saja bisa kambuh.

Seperti sekarang, perutnya kembung dengan nyeri di ulu hati, setelah sampai di ruangannya ia bernafas lega. Tapi lagi-lagi ia melupakan obat Maag yang seharusnya ia bawa kemana-mana.

Memilih menahan rasa sakit yang semakin menjadi, Anggun menelungkupkan kepalanya di atas meja, bertumpuan dengan kedua telapak tangannya, sudah pukul delapan. Ia tinggal menunggu konfirmasi dan mengambil beberapa berkas jika Elsa menelponnya. Enak sekali bukan? Tapi sebenarnya enggak kok, kadang Anggun harus membaca ulang, merevisi apabila ada typo atau ada beberapa kata yang tidak sesuai dengan KBBI.

Mengingat masa SMA nya ia adalah anak Bahasa, jadi untuk hal revisi itu tidaklah susah baginya.

...

"Anggun pingsan."

"Hah? Kok bisa?! Dia di mana sekarang?" itu suara Elsa yang panik, ia bertanya dengan Fitri.

"Di ruangannya, ada Mbak Lia yang lagi nemenin dia."

Elsa berlari, menyururi ruangan demi ruangan. Setelah sampai di depan ruangan Anggun, ruangan itu sepi, hanya ada Anggun, Lia dan Bos besarnya. Faridh.

Mengingat Lia adalah anak seorang Dokter jadi dia bisa menangani orang yang pingsan, memeriksa denyut nadi dan sebagainya. Kenapa ia bekerja kantoran? Karena ia suka, itu fashionnya, itu keahliannya. Di bidang kesehatan ia hanya tau beberapa, itupun tidak banyak.

"Gimana keadaan Anggun?" suara Faridh memecah keheningan saat Elsa masuk.

"Maag nya kambuh, dan dia belum sarapan." Elsa kembali membaluri minyak kayu putih ke bawah hidung Anggun, tak lama kesadaran gadis itu kembali.

"Kamu gak apa-apa?" Faridh kembali bertanya. Harusnya gak usah nanya, kalo gak apa-apa gak mungkin Anggun bisa sampai pingsan.

Lia membantu Anggun duduk, sedangkan Elsa mengambil air minum di atas meja.

Sajadah Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang