17. Gara-gara Foto ✔

1.1K 115 4
                                    

“Percaya atau tidak ketika kita sedang jatuh se jatuh-jatuhnya ke dalam pesona manusia maka kita pula akan merasakan sakit se sakit-sakitnya karena di buat kecewa olehnya.”

-Sajadah Cinta-
Story By Imafathh
...

  Hati, organ tubuh yang paling sensitif, merasakan sakit saat patah hati, dan terasa seperti di tikam ribuan anak panah karena kecewa oleh seseorang.

Gadis yang sedang mencekam handphonenya kini mulai terisak, hatinya seperti dibuat hancur se hancur-hancurnya.

"Sayang, buka pintunya nak," suara wanita paruh baya membuat gadis itu semakin terisak.

"Bunda masuk ya?" tak ada sahutan, gadis yang tengah berada di dalam kamar itu enggan untuk mengeluarkan suaranya, hatinya terasa teriris saat mendapatkan foto seseorang yang sudah membuat dirinya jatuh terhadap pesona pria itu.

"Sayang, bunda tau ini berat tapi kamu gak berhak menghakimi. Nak Faridh ada di bawah, dia mau menjelaskan semuanya," ucap Fatmah, Bundanya Anggun.

"Pak Faridh jahat Bund, kemarin dia bilang lusa akan lamar aku tapi kenapa justru sebaliknya?"

"Shut, udah dong jangan nangis cantiknya hilang nanti. Turun dulu yuk, dengerin penjelasan nak Faridh dulu."

"Gak mau, usir aja kalau perlu, Aku gak mau ketemu sama dia," kata Anggun di sela-sela isakannya.

"Yaudah bunda bilang kalau kamu lagi gak mau di ganggu, tapi jangan sampai berhari-hari ya, bunda tau ini berat tapi gak ada salahnya kamu minta penjelasan sama Nak Faridh." Anggun hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah Fatmah keluar dari kamar gadis itu, Anggun semakin terisak, matanya memandangi puluhan foto Faridh bersama perempuan lain.

Siang tadi, ada Whatsapp masuk dari nomor yang sama sekali tidak dikenal olehnya, setelah Anggun membuka pesan itu ia langsung diam mematung, menatap puluhan foto Faridh bersama perempuan, entah dia siapa yang jelas di foto itu Faridh terlihat sangat dekat. Dan foto terakhir membuat tungkai kaki Anggun melemas, matanya memanas tanpa sadar air matanya mengalir, sampai sekarang air mata itu enggan untuk berhenti.

"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia."
{Ali Bin Abi Thalib}


Sekarang Anggun sudah tau kebenaran hadist itu, ia merasakan sendiri, betapa pahitnya dibuat kecewa oleh makhluk Allah Ta'ala. Rasanya seakan enggan untuk bertemu dengan orang itu, mendengar namanya saja sudah membuat hati gadis itu kian semakin sakit.

Berbeda dengan Pria yang kini memacu mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, pikirannya kalut dengan emosi, ia bahkan tak tau foto apa yang menyebabkan gadisnya itu sampai nangis dan enggan untuk menemuinya, padahal niat Faridh ingin menguatkan jawaban gadis itu, perihal lamarannya besok.

"Foto? Foto apa?!" Faridh mengacak rambutnya dengan kasar, jemarinya kini mencengkram setir mobil sampai kukunya memutih.

Handphonenya bergetar, ia buru-buru mengambil handphone di jas kantornya, menepikan mobil yang ia kendarai agar tak terjadi hal-hal yang tak di inginkan.

Anggun. P❤️
Lamaran batal, saya gak mau menerima lamaran bapak.

Kretek.

Sakit tapi tak berdarah, retak tapi tak terlihat. Lihat sendiri kan? Betapa berharapnya Faridh, sehingga menamai kontak Anggun dengan di tambahkan emoji love. Pria itu merasakan rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama, dan kini ia merasakan rasanya patah hati tapi gak tau salahnya dimana?! Tidak adil sekali bukan?!

Andai hati bisa di ganti dengan yang baru, akan ia ganti sekarang juga, pria itu baru kali ini menyukai gadis sampai begitu dalam.

***

Tungkai yang lunglai kini menapaki lantai gedung pencakar langit, jas yang di kenaikannya sudah raib entah kemana, mungkin pria itu tinggalkan di mobilnya. Seakan tak berselera apa-apa, tatapan pria itu kosong, malam ini setelah pulang dari kantor ia akan mengunjungi rumah Anggun kembali. Semoga saja gadis itu memberi tahu perihal foto apa yang membuatnya menangis. Dan dapat di pastikan dirinya akan menjelaskan yang sedetail mungkin.

"Ikan bawal makan kedongdong."

Faridh melewati Revan yang berdiri di pintu ruangannya.

"Bos?"

"Tadi saya mau pantun tapi malah gak di tanggepin, sakit hati dedek."

"Gak usah drama."

"Bos sehat?" tak ada sahutan. Revan menatap bos-nya yang kini memejamkan matanya. "Bos ada masalah? Bisa kali curhat sama saya, siapa tau saya bisa bantu."

"Kamu yakin bisa bantu masalah saya?" Faridh tak percaya dengan sekretarisnya itu, pasalnya Revan selalu bercanda, dan semua masalah bisa saja di anggap remeh oleh pria itu.

"Sok atuh bos, sini cerita saya dengerin."

"Jadi gini... Niatnya besok saya mau melamar–––"

"HAH! BOS MAU LAMAR SIAPA?! KAMBING SAYA BARU LAHIR BOS! YAKALI LANGSUNG BOS LAMAR!" suara Revan benar-benar memekakkan telinga, Faridh meninju pelan lengan sekretarisnya.

"Sekali lagi kamu potong ucapan saya, saya gantung kamu di pohon jati belakang kantor!"

"Emang di belakang kantor kita ada pohon jati bos?"

Yakali Revan, gedung pencakar langit di tumbuhi pohon jati.

"Balik keruangan kamu aja sana, di sini juga kamu gak berguna."

"Kan saya mau dengerin curhatan bos."

"Belum curhat aja saya udah dibuat naik darah." Faridh menghela nafasnya pelan. "Dengerin saya dulu makanya, abis itu baru kamu boleh potong." Revan mengangguk patuh.

"Jadi, harusnya besok saya mau melamar gadis yang sudah saya sukai puluhan tahun, namanya Anggun. Dia gadis yang dulu sewaktu saya kecil pernah saya suruh untuk menunggu saya. Dan saya juga baru tahu setelah saya datang dan bertemu kedua orang tuanya. Tapi... " sebelum melanjutkan ucapannya pria itu menarik nafasnya dalam, dan menghembuskannya secara perlahan.

"Tadi niat saya mau nanya perihal besok, dia siap jam berapa, tapi ternyata pas saya sampai rumah dia, kata Bundanya dia nangis-nangis karena saya. Bundanya bilang saya bermesraan sama perempuan, dan ada yang foto saya diam-diam." Faridh menjeda ucapannya, ia kembali meluruskan pandangannya ke depan.

"Saya gak tau foto itu foto apa, saya juga gak tau di dalam foto itu saya sama siapa, pas saya mau menjelaskan bundanya bilang dia gak mau bertemu saya. Dan tadi, dia bilang buat saya membatalkan lamaran."

"Bos... "

"Hiks... Bos nemu cerita kaya gitu dimana? Di wattpad? Saya mau baca bos judulnya apa?"

Ingin rasanya Faridh mengumpat, menendang bokong Revan agar pria itu menghilang dari pandangannya sekarang juga. Dia bilang akan mendengarkan, tapi nyatanya malah menganggap ucapan Faridh adalah suatu cerita.

"Saya gak lagi bercanda, itu real cerita saya."

"Jadi bos bikin cerita? Di wattpad?"

Baik Faridh, tarik nafas buang.

"Pergi dari ruangan saya."

"Loh bos, jawab dulu dong judul ceritanya apa, saya juga kan mau baca."

"Keluar."

"Kasih tau dulu bos."

"KELUAR SAYA BILANG!" urat leher Faridh terlihat, pria itu benar-benar esmosi eh maksudnya emosi menghadapi tingkat kewarasan Revan.

"Dosa apa saya punya sekretaris macam dia ya Tuhan."



T. B. C




Vote dan comment dulu dong:)



F A T H

Sajadah Cinta [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang