21. GOSIP, LAGI

3.7K 610 158
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

🕊️🕊️🕊️

"Perbuatan zina ini sangat-sangat berbahaya. Hukumannya bukan hanya di akhirat, tapi juga di dunia. Jika ada seorang perempuan berbuat zina, lalu kemudian dia melahirkan seorang anak dari hasil perzinaan, maka dia sudah melahirkan anak tanpa seorang ayah. Bayangkan, betapa kasihannya anak tersebut, karena nggak punya nasab. Yang ke dua, pelaku zina hidupnya nggak bakal tenang, ibu-ibu. Melakukan dosa zina berpotensi untuk melakukan dosa lainnya di masa yang akan datang, bahkan bisa dosa yang lebih besar lagi. Maka dari itu, dikatakanlah dalam Alquran surat Al-Isra ayat 32, Dan janganlah kalian mendekati zina. Karena itu adalah suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."

Amit-amit, Ya Allah. Semoga aku dijauhkan dari dosa zina.

Tunggu-tunggu, kok semua ibu-ibu menatapku seperti itu, ya? Mereka juga bisik-bisik. Kenapa, sih?

Hari ini aku mengikuti pengajian yang rutin diadakan tiap pekan sekali.

"Ustaz saya mau nanya, nih." Kulihat Bu Leni mengacungkan tangan. Dia paling rajin pengajian di sini. "Bukannya kalau orang tuanya zina, terus anaknya juga bakal zina juga selama tujuh turunan?"

"Begini, ibu-ibu, jangan rendahkan orang berzina. Kalau semisal ada orang berzina, lalu dia bertaubat sambil menangis, tobat yang sebenar-benarnya taubat, dia tutup aibnya serapat mungkin, pasti Allah ampuni dosa-dosanya! Jadi nggak ada istilahnya zina tujuh turunan. Hadis palsu itu! Justru kalau ada anak yang lahir dari seorang pezina, rangkul dia, jangan hakimi dia. Jangan mentang-mentang orang tuanya berzina, lalu kita kasih tahu ke mereka kalau orang tuanya nggak bener. Nanti mereka mikirnya begini 'orang tua aku aja zina, orang tua aku aja bukan orang baik, artinya aku boleh juga, dong, zina'. Sayangi anak-anak yang lahir dari kesalahan orang tuanya. Karena bisa jadi dia bisa menjadi kekasih Allah, makhluk yang Allah cintai. Jangan rendahkan juga orang yang sudah berzina, karena kita nggak tahu kalau dosa orang itu sudah diampuni oleh Allah subhanahu wa taala."

Aku bisa memetik pesan dari ceramah yang baru kudengar tadi. Kita tidak boleh memandang rendah orang yang berbuat dosa. Baik yang pacaran, membuka aurat, termasuk zina sekalipun. Bisa jadi yang pacaran punya amalan lain yang ia sembunyikan. Aku juga pernah melihat kajian almarhum Syekh Ali Jaber yang meminta kita untuk tidak memandang remeh perempuan yang belum berjilbab. Astagfirullah, aku pernah melakukan itu. Bisa jadi perempuan yang tidak berkerudung itu memiliki dua rakaat salat Tahajud setiap harinya. Bukan tugas kita untuk menghakimi dan menganggap dosa mereka lebih banyak dari kita. Bisa jadi selepas berbuat dosa besar orang itu akan menjadi lebih baik melebihi diriku sendiri. Soal urusan menghitung dosa,   biarlah itu menjadi urusan Allah semata. Jika kita melihat kesalahan, tugas kita hanya menyampaikan kebenaran, jika orang lain tidak menerima, biarlah menjadi urusan dirinya dengan pencipta-Nya.

Seperti apa kata Ali bin Abi Thalib. Jadilah yang terbaik di mata Allah. Yang terburuk di mata diri sendiri. Yang sederhana di mata orang lain.

"Semoga ceramah tadi bisa jadi pencerah buat kamu, Halwa." Bu Leni mengelus pundaku. Dia berlalu.

Ada apa, nih?

Ikut pengajian bukannya tenang malah tambah stres. Apa mereka tahu soal kehamilanku? Tapi mereka tahu dari mana? Perasaan baru aku, Mas Atha, dan Ibu, deh. Ditambah Bi Idah juga.

Lebih baik aku pulang saja, lah.

Di perjalanan aku bertemu dengan sosok yang saat terakhir kali aku melihat heels-nya patah. Saat itu aku merasa telah menang mengalahkannya. Pengin ngakak lagi kalau inget.

"Apa kabar, Wa?" tanyanya seperti tak terjadi apa-apa.

"Alhamdulillah aku bahagia banget. Apalagi udah punya suami." Sombong dulu ah di depan si Dhea.

Stay With You √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang