بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
🕊️🕊️🕊️
Setelah melewati beberapa masalah yang sudah kualami semenjak menikah, aku menyadari sesuatu. Menikah bukan jalan untuk keluar dari setiap masalah ketika masih jomlo. Menikah bukan jalan keluar dari masalah lelah bekerja. Menikah bukan jalan keluar dari masalah lelah mengerjakan tugas kuliah.
Capek kerja, nikah aja, lah.
Capek kuliah, nikah aja, lah.
Itu pemikiran orang yang belum dewasa.
Kalau masalah kerja dan kuliah saja sudah membuat menyerah, bagaimana cara menghadapi masalah ketika sudah berumah tangga? Masa mau cerai saja, lah, karena tak kuat menghadapi berat dan lelahnya masalah.
Ujian setelah menikah ternyata lebih serius dan lebih berat karena itu menyangkut akhirat. Menyangkut keberlangsungan hidup sampai mati. Kalau memiliki pandangan bahwa menikah adalah cara untuk menyelesaikan masalah, maka tak akan pernah ada pasangan suami-istri yang bercerai.
Sekali lagi, menikah bukan solusi untuk menyelesaikan semua masalah.
Menikah, masalah kelar. Oh, tidak.
Karena sejatinya hidup hanya tentang perpindahan dari suatu masalah ke masalah lain.
Masalah jomblo : belum menikah.
Setelah menikah, siap bertemu masalah baru.
Entah perselingkuhan, mertua yang selalu mencampuri urusan rumah tangga anak dan menantu, saudari ipar yang selalu ikut berkomentar, omongan tidak enak tetangga, masalah keuangan, tak kunjung diberi momongan, dan lain sebagainya.
Benar-benar uji mental.
Contohnya seperti hidupku sekarang.
Nanti dua bulan lagi aku akan pindah ke Jakarta. Dengan kata lain aku akan berpisah dari Ibu. Kata Mas Atha kita akan tinggal di rumahnya yang ada di Jakarta. Depan rumah Mbak Fika. Aduuuh! Baru membayangkannya saja aku sudah stres duluan. Kata Mas Atha aku dan Mbak Fika bisa menjadi teman. Aku bisa menjadikan Mbak Fika tempat meminta bantuan.
Di sini para tetangga masih ada yang menganggap benar gosip yang disebar Bu Leni, aku juga masih trauma dengan Dhea dan Bu Leni. Dan aku senang mendengar bahwa Mas Atha pindah tugas ke rumah sakit yang ada di Jakarta. Itu artinya aku akan jauh dari pasangan anak dan ibu yang menyebalkan itu. Tapi anganku terhempas lagi saat mendengar bahwa di sana aku akan menjalin silaturahmi dengan tantenya Aidan, Mbak Fika. Hidup di sana, tanpa ibu.
Hal ini membuatku ingin kembali ke masa-masa jomblo lagi. Aku belum pernah merasakan stres sehebat ini saat belum menikah. Baru kusadari air mataku sering menetes saat setelah menikah. Ujian mentalnya sangat masyaa Allah.
Tapi aku sadar, aku sedang berbadan dua, jadi aku harus berusaha untuk mengurangi segala overthinking yang selalu menjadi makanan sehari-hariku.
Ada juga masalah lain, yaitu dengan hubunganku dengan Teh Hasna. Dia jarang menghubungiku lagi. Aku juga tidak enak kalau menceritakan kebahagiaanku padanya.
Banyak jomblo bilang, menikah itu indah. Iya, indah. Indah dengan segala masalah yang menghiasi. Haha.
Terlalu sering nonton drama, baca cerita romantis, melihat pasangan selebritis dan selebgram hits yang hanya bisa memamerkan kemesraan dan enaknya berumah tangga saja, membuat yang berstatuskan single termasuk diriku selalu ingin cepat menikah, ingin baper-baperan seperti mereka, tanpa berpikir bahwa pasti mereka punya masalah juga. Tapi mana mungkin mereka mengumbar masalah rumah tangga mereka? Nanti kena nyinyir netizen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You √
Roman d'amourMencoba tetap bertahan denganmu, meski berkali-kali aku jatuh karenamu. Namun ... terima kasih karena berkatmu juga, aku bertumbuh menjadi lebih dewasa dari yang dulu. Selain itu, aku, Halwa, mencintaimu, lelaki yang kupilih sebagai imamku. 🕊️🕊️🕊...