بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Jangan lupa vote setelah membaca bismillah di atas ✨
.
.
.
.🕊️🕊️🕊️
"Nama panjang kamu apa, sih?" tanyaku kepo kepada Aidan. Sejak mengurusnya aku belum pernah tanya nama panjang dia. Setelah berhari-hari menghabiskan waktu bersamanya, membuatku ingin tahu lebih banyak tentangnya. Di awal saja aku cuek, tapi lama-kelamaan aku jadi sayang sama Aidan. Berkat Aidan juga yang selalu menyukai apa yang aku masak di saat semua orang menghinanya, terutama martabak lupa-lupa ingat buatanku.
"Jawab, dong, nama panjang kamu apa?" Aidan masih sibuk main game di ponsel.
"Aidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan."
"Bukan begitu maksudnya, nama kepanjangan kamu gimana?"
"Aidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ....."
"Serah, deh, serahhhh!!!!" Maaf aku bukan orang penyabar. " Udah, sekarang waktunya tidur. Udah jam setengah delapan."
Aku turun dari kasur kemudian menutup gorden kamar Aidan.
"Bantal Idan mana?" tanya anak itu sambil mencari benda yang disebutnya.
"Bantal yang mana?"
"Bantal bau Idan mana?" tanya Aidan lagi.
"Bantal baru?"
"Bantal bau!"
"Yang manaaa?" Aku mengernyit. Ngapain Aidan cari bantal bau?
"Bantal bau Idan yang warna hijauu!"
Aku mulai mengingatnya. Oh, iya!
"Yang warna hijau yang biasa Aidan pakai itu?"
Aidan mengangguk cepat.
"Oh, itu tadi pagi sebelum Wawa pulang Wawa cuci dulu soalnya udah kotor terus bau!"
"Terus di mana sekarang?"
"Masih basah, jadi Wawa simpen di kamar mandi, deh. Besok dijemur lagi, soalnya tadi hujan. Wawa bener-bener lupa."
"Kenapa Wawa cuciii bantalnyaaa!!!" Suara Aidan meninggi.
Aku terperanjat. Niatku baik, ingin mencucinya karena bantal itu sudah kotor dan bau. Kenapa Aidan sampai berteriak seperti itu?
Aidan mulai menangis. "Bantal baunya siniiiin.... Bantaaaal ...."
"Iya, besok pasti Wawa jemur lagi terus Aidan bisa pakai lagi," bujukku. Aku mendekatinya, duduk di sebelah dia.
"Nggak mauuuuu!" Aidan menjauh.
"Terus gimana, dong? Mending sekarang Aidan tidur dulu, ya. Pakai bantal yang lain aja. Besok bantalnya pasti kering. Semoga aja nggak hujan."
"Nggak mauuuuu!" Tangis Aidan malah semakin kencang dan menggelegar. "Idan cuma mau tidur pakek bantal itu!!! Jangan dicuciiiii!!!"
"Duuuuh gimana, nih?" Kalau sampai kedengeran oleh tetangga bisa repot urusannya. Ini adalah tangisan Aidan paling kencang yang pernah kudengar dan kusaksikan. Cuma gara-gara bantal baunya itu? Ya Allah, sesulit ini kelakuan bocil. Hal sepele bisa menjadi besar. Aku juga kenapa sih sampai lupa kalau aku jemur bantal Aidan di belakang rumah? Tadi siang aku maraton nonton drama Korea karena sudah lama tidak menontonnya. Padahal banyak sekali drama on going yang kini sedang tayang, tapi belum satu pun yang kutonton. Dan tadi adalah kesempatan bagus mumpung lagi banyak kuota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You √
RomanceMencoba tetap bertahan denganmu, meski berkali-kali aku jatuh karenamu. Namun ... terima kasih karena berkatmu juga, aku bertumbuh menjadi lebih dewasa dari yang dulu. Selain itu, aku, Halwa, mencintaimu, lelaki yang kupilih sebagai imamku. 🕊️🕊️🕊...