17. PDKT

3.8K 577 169
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

🕊️🕊️🕊️

Pagi ini aku pulang ke rumah dan membuka mbah google. Mencari resep nasi goreng yang enak untuk menyiapkan Mas Atha sarapan. Masak untuk sendiri dan masak untuk suami beda rasanya. Jika selama ini aku masak asal-asalan, sekarang aku harus memastikan bahwa rasanya enak. Berulangkali aku cicipi. Aku sudah seperti peserta dalam ajang kompetisi masak yang terkenal di televisi. Takut akan membuat chef marah setelah mencicipinya karena rasa makanan yang membuat lidah dan perut malah meradang.

"Kamu lagi ngapain?" tanya ibu yang baru masuk ke dapur.

"Masak lah, Bu, ngapain lagi? Nih, Ibu cobain, enak nggak?" Aku mengambil sesendok nasi yang ada di teflon, kemudian menyuapi ibu. Ibu meniupnya sebentar dan melahap suapanku.

"Yang namanya nasi goreng ya gini gini aja, Wa. Kamu itu, ya. Makanya belajar masak sejak lama. Jadi rusuh begini, kan?"

"Enak nggak, Bu?"

"Biasa."

Aku memonyongkan bibir.

"Tadi malam lancar, Wa?"

"Lancar apanya?"

"Itunya ...." Ibu menaik-turunkan alis.

"Heeeh, Ibu. Jangan ngeres."

"Pasti tadi mandi Subuh, ya? Ayo, ngaku!"

"Ibu!"

"Emang bener, ya, harus nikah dulu baru deh mandi Subuh." Ibuku semakin gencar menggoda.

"Itu rahasia suami-istri. Ibu nggak boleh kepo."

"Dih, udah pinter ya, sekarang."

"Iya, dong."

"Ibu tinggal tunggu deh buntutnya."

"Yah yah yah udah minta cucu aja. Ada Aidan juga."

"Ya beda, lah. Ya udah, semoga Aidan cepet dapet adik." Ibu berlalu keluar.

"Minta sana ke Teh Hasna dulu!" teriakku. Aku mematikan kompor. Gara-gara ibu, aku jadi ingat lagi momen semalam. Baru beberapa menit aku berpisah dari Mas Atha, sudah rindu lagi. Benar kata Teh Hasna, kalau sudah menikah rasanya hampa kalau jauh dari suami. Baru satu hari menikah padahal. Sedahsyat itu efek malam pertama kemarin.

Aku ke ruang televisi, mengambil ponsel, dan mengirim chat kepada Mas Atha.

Mas jangan dulu makan di sana, di sini aku lagi bikinin nasi goreng.

Aku ke sana.

Eh, jangan. Kan keluarga Mas ada di sana. Aku masak di sini karena biar leluasa aja. Sebentar lagi aku sampe ke sana, kok.

Ya, ditunggu.

Sabar, ya Mas

❤️

Kepencet sama Aidan

Baru diterbangkan, eh dijatuhkan lagi.

Aku segera memindahkan nasi goreng buatanku ke Tupperware. Setelah itu aku pamit pada ibu. Rumah sudah sepi katanya semua keluargaku pulang sewaktu Subuh, ada juga yang kemarin. Teh Hasna dan A Romi juga sudah pulang karena A Romi harus masuk kerja.

Sesampainya di rumah Mas Atha, di luar ada keluarga Mbak Fika. Dia sedang mengajak main dua anaknya, sedangkan suaminya duduk di kursi teras. Pandanganku bertemu pandang dengan Mbak Fika. Wajah dia datar, padahal aku sudah berusaha memberi dia senyum. Pakaian Mbak Fika pendek. Aku heran, Mas Atha alim tapi kenapa kakaknya begitu? Ah entahlah, aku tidak mau ikut campur. Aku memasuki rumah, di dalam ada Mas Atha yang sedang ngobrol dengan ibunya.

Stay With You √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang