33. TAK DIRESTUI

5.6K 586 94
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

🕊️🕊️🕊️

"Kamu mau kabur emang punya uang? Emang udah bisa ngurus bayi?"

Pertanyaan Mas Atha membuatku tak berkutik. Uang cuma bawa seuprit. Mengurus bayi? Tentu aku belum ada pengalaman.

"So soan mau kabur tapi nggak punya persiapan apa-apa."

"Nggak usah ikut Mas kalau cuma mau marah-marah!"

"Siapa yang marah-marah? Ya udah ayo."

"Nah, gitu, dong!" Aku mencium bibir mungil bayiku yang tidur nyenyak. Hm, wangi sekali.

Huft, untung Mas Atha tidak mengizinkan aku kabur sendirian. Benar pertanyaan dia tadi, emang punya uang? Emang udah bisa ngurus bayi tanpa bantuan?

Kami sudah berada di luar dan berjalan menuju parkiran tempat Mas Atha memarkirkan mobilnya. Aku waswas, takut Mama Indah atau Mbak Fika ada di sini. Kini di mataku mereka jauh lebih menakutkan daripada setan.

Dua bola mataku berputar, menemukan dua orang!

Tenang, bukan Mbak Fika dan Maka Indah, melainkan Naila, sahabatku! Yang baru keluar dari mobil bersama Rama. Ini aku tidak salah lihat, kan? Ngapain mereka ke sini? Ada yang sakit? Siapa?

"Naila!" teriakku.

Naila menghentikan langkah, begitu pun dengan Rama. Aku melambaikan tangan sambil membuka mulut untuk menyapa.

"Halwa ...." Naila mendekatiku dengan wajah sumringah. Maklum, sudah lama sekali kami tidak bertemu.

"Eh kamu udah lahiran?" tanyanya langsung saat melihat aku menggendong bayi.

"Alhamdulillah udah, Nai. Liat, nih, ponakan kamu."

"Masyaa Allah, iiih lucu banget. Namanya siapa, Wa?" tanya Naila.

"Asia."

"Asia Afrika?"

"Heh! Itu nama tempat di Bandung. Kamu mah gitu, Nai."

"Aidan-nya mana?"

Aku langsung tertegun. Melirik Mas Atha yang enggan membahas ini.

"Nanti aku jelasin soal Aidan," jawabku pada akhirnya. Aku dan Mas Atha sedang buru-buru mau pergi. Nanti saja, deh. Aku juga tidak mau membuat mereka kaget mendengar kebenarannya di tempat dan waktu yang kurang tepat.

"Kalian mau ke mana?" tanya Naila.

"Mau pergi, ceritanya panjang, Nai," jawabku.

"Oooh. Aku seneng banget tau, Wa, kita ketemu di sini."

"Ih aku juga seneng. Kangen. Semenjak nikah udah susah banget yang namanya ketemuan. Kamu ke sini kenapa? Ada yang sakit?"

"Emmmm ....."

"Oh, iya, Nai! Anak kamu udah lahir belum?" tanyaku lagi.

"Halwa udah tau kamu lagi hamil?" tanya Rama kepada Naila.

"Hah?"

"Belum, kok, A."

"Terus kenapa dia nanya anak kamu udah lahir?"

"Maksudnya gimana, nih?" tanyaku masih bingung.

"Naila lagi hamil, sekarang kita mau cek kandungan," lanjut Rama lagi.

"HAH LAGI?"

"Hah hah hah, apa, apa gitu, bukan hah," ucap Mas Atha. "Nggak sopan."

"Iya, Mas, maaf udah kebiasaan." Aku menutup mulut. Mas Atha jarang ngomong tapi sekalinya ngomong isinya itu 'mengkritik. Pandanganku kembali fokus kepada Naila. "Serius, Nai?!" tanyaku lagi dengan girang. "Masyaa Allah, ih! Aku seneng dengernyaaa."

Stay With You √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang