10 Tahun kemudian...
"Sasha." Seseorang memanggil namanya dari belakang, yang seketika membuyarkan lamunannya. Lantas, dia menoleh dan mendapati kakaknya datang menghampiri.
"Ngapain kamu disini? Mau renang?" Tasya duduk di samping Sasha yang tengah menatap ke arah kolam ikan seraya mengayun-ayunkan tangannya di atas air.
Sasha menggeleng sambil tersenyum. "Yaa enggaklah, masa iya aku mandi di sini." tukasnya. "Terus kakak ngapain kesini? Ada perlu apa? Mau renang juga?"
"Hahaha... Iya nih, aku lagi pingin renang. Soalnya panas banget sekarang cuacanya." jawab Tasya bercanda sambil memainkan air lalu dipercikkannya ke arah Sasha.
"Ih!" Sasha terkejut. Diapun membalas dengan menyiram air ke Tasya dalam jumlah yang lebih banyak.
"Hei!" Tasya mencoba menghindar, namun tetap saja kena. "Curang! Kamu banyak banget nyiramnya!"
"Hehehe... makanya jangan iseng sama Sasha. Kena kan?"
"Iya-iya, maaf... Ayo masuk. Udah siang nih, kita makan di dalem. Udah aku siapin tuh makanannya." ajak Tasya lalu bangkit dan beranjak pergi dari kolam, dibelakangnya Sasha ikut menyusul.
Tasya berjalan menuju dapur setelah mereka berdua masuk ke dalam rumah. Sementara Sasha berbelok ke arah ruang keluarga yang berada di lantai satu rumah itu, dekat dengan ruang tamu yang telah disekat oleh dinding diantara keduanya.
Tasya yang menyadari hal itu, segera berlari mengejarnya. Penasaran dengan kemana perginya Sasha saat ini.
"Sasha?" Tasya tertegun saat melihat Sasha yang sedang berdiri menghadap ke arah foto kedua orang tuanya di atas laci. Dia terlihat tengah berdoa dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Hal itu seketika membuat Tasya tersentuh sekaligus terharu.
Perlahan, Tasya berjalan mendekat.
"Semoga, Papa sama Mama tenang di alam sana ya."
"iya, kak. Semoga aja."
"Mereka pasti seneng kok di sana, ngeliat kita semua sudah tumbuh dewasa seperti sekarang." ujar Tasya menghibur Sasha.
"Coba ajaa... Mama sama Papa masih hidup. Aku bakal ngasi tau ke mereka kalau aku rangking satu terus di sekolah. Mama pasti bangga. Sayang... mereka telah pergi untuk selama-lamanya." imbuh Sasha bernada seolah menahan tangis.
Tasya pun merangkul Sasha dari samping, berusaha menenangkannya. "Udaah Shaa... biarin mereka pergi, kita harus bisa ikhlas. Kalau kita masih belum rela, nanti kasihan mereka ga tenang di sana."
Napas Sasha tersendat, tubuhnya mulai bergetar menahan tangis. Dengan penuh kasih sayang, Tasya membelai rambutnya lembut. Menyisir dari pangkal hingga ke ujung rambutnya, sambil sesekali mengelus punggungnya.
"Udah, udah... Kita makan yuk. Nanti ga enak loh kalau udah dingin."
Sasha mengangguk lalu mengikuti langkah Tasya pergi menuju dapur. Di meja makan, telah tersedia beberapa makanan mewah yang cukup banyak, lengkap dengan buah-buahan dan juga susu. Semua itu bukanlah Tasya yang memasak, melainkan pemberian dari pihak LAPAN yang telah mengurusnya selama ini. Akibat jasa besar yang diberikan oleh Ajho dan Hyummi pada perkembangan LAPAN, pihak LAPAN pun akhirnya menanggung semua biaya hidup anak-anak mereka. Bahkan untuk sekolah, mereka akan dibiayai penuh hingga lulus menjadi profesor.
"Ayo duduk." Tasya menarik mundur kursi dari balik meja, mempersilahkan Sasha untuk duduk di sana. Sementara Tasya, duduk di sampingnya.
Sasha menatap satu persatu menu makanan dengan perasaan malas. Mood-nya untuk makan saat itu mendadak hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
2069: The Big War
Science Fiction𝚆𝚎𝚕𝚌𝚘𝚖𝚎 𝚝𝚘 𝚝𝚑𝚎 𝚏𝚞𝚝𝚞𝚛𝚎.... ______________________________________ Dalam upaya manusia untuk menemukan pengganti Bumi, Proyek Teraformasi Planet Mars hampir mencapai kesuksesan. Di tengah perjuangan tersebut, tiga bersaudara yang te...