18 | Sebuah Pengakuan

37 4 0
                                    

"Sasha!" sebuah panggilan tegas membuat langkah Sasha terhenti. Dia lantas menoleh ke belakang, mendapati sang kakak yang baru saja turun dari tangga. 

Dia menghela napas malas. "Haduuhh... Ada apa sih kak?" tanyanya.

"Kamu mau kemana?" Tasya turun dari tangga, berjalan mendekati Sasha yang sudah berada di depan pintu. Di tangan kanannya membawa sebuah piring bekas digunakan, dan di tangan kirinya menggenggam segelas susu yang masih terisi separuh.

"Aku mau pergi kak, bosen di rumah terus. Sudah seminggu aku ga keluar rumah gara-gara lockdown ini." ketusnya.

"Iya kamu mau keluar, tapi mau kemana? Ini kan udah siang, harusnya kamu itu istirahat."

"Iiyaaa kaak, tapi aku mau beli es dulu. Capek ini habis kuliah seharian. Pikiranku juga pusing gara-gara diajarin sama dosen killer." curhat Sasha.

Belum sempat mengatakan sesuatu kembali, Sasha mendadak berlari pergi meninggalkan Tasya yang tetap merasa khawatir, karena kondisi kota pada saat itu sedang kacau.

"Ya udah ya kakak, aku pergi duluu..." serunya riang sembari berlari menuju pintu keluar.

Setelah sosok adiknya sudah tak terlihat lagi dari pandangannya, Tasya pun seketika terkekeh. "Hehehe.... Dasar! Memangnya dia ga tau apa kalau saat lockdown gini semua toko itu tutup."

Sasha yang sudah berada di pekarangan rumah, bergegas menuju pintu gerbang. Seketika pintu gerbang mulai terbuka perlahan begitu ia mendekatinya. Setelah berada di luar rumah, tak lupa ia mengenakan kacamata canggih beserta earphone kecil miliknya.

"Hai, Obox. Selamat siang." ucap Sasha sebagai kode untuk memulai program AI pada kacamatanya.

"Selamat siang, Sasha. Apa kabar? Ada yang bisa aku bantu?" jawab Obox, sebuah sistem AI yang terprogram pada dikacamatanya.

"Wah, sudah cukup lama kita tidak bersama. Bagaimana kabarmu, Obox?" Sasha melangkah menyusuri trotoar yang sangat sepi dari para pejalan kaki. Bahkan, jalanan saat ini pun juga turut sepi dari kendaraan yang biasanya berlalu-lalang tanpa henti.

"Seperti yang kamu lihat, Sasha. Aku masih bisa terprogram dengan baik."

Kini, dia telah sampai di persimpangan menuju jalan raya. 

"Awas kirimu, SASHA!!!" 

Sasha sontak terkejut lalu memalingkan wajahnya ke kiri. Bersamaan dengan suara klakson kencang yang berasal dari mobil yang tengah melaju ke arahnya. Dia langsung melompat ke belakang, menghindari laju mobil yang bergerak cepat melintasi tempat ia berdiri. Beruntung, nasib baik masih memihaknya, sehingga ia bisa selamat dari kecelakaan itu.

"Hati-hati, Sasha. Meski jalanan nampak sepi, tapi tidak menutup kemungkinan akan ada kendaraan yang melaju dengan cepat. Kamu harus tetap waspada." 

Sasha bersandar ke tiang lampu yang ada di persimpangan. Napasnya naik turun tak beraturan, detak jantungnya turut bergerak tak stabil. Seluruh tubuhnya mendadak lemas tak bertenaga.

Dia menghela napas lega, "Iya, terima kasih sudah mengingatkanku."

"Sama-sama, Sasha. Bagaimana kalau kita mengecek jadwal lalu lintas dan kondisi jalanan kota saat ini?"

Sasha mengangguk, "Iya, silahkan." sembari kembali melanjutkan perjalanan.

'Menampilkan tampilan jadwal lalu lintas terkini untuk kota Jakarta.'

"Kondisi jalanan sangat sepi, ga ada kendaraan yang lewat satupun." ujar Sasha, melihat gambaran umum tentang kondisi jalanan melalui fitur GPS. "Coba beralih ke CCTV yang ada di perempatan Baru."

2069: The Big WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang