⚘ Satu

1K 101 53
                                    




“Hee, mau makan di mana?”

“Di mana aja sih, terserah lo. Gue ikut.”

“Di warung tenda dekat kampus dulu juga mau?”

Mengalihkan tatapannya dari ponselnya, Minhee menatap Asahi yang baru saja mengajukan pertanyaan tadi dan mengangguk. “Mau. Ayo ke sana.” Jawab si manis Kang itu kemudian.

“Beneran? Gak dimarahin kan lo sama kak Ben?”

“Enggaklah. Orang dia juga sering ke sana.” Menjawab cepat, Minhee lalu membereskan beberapa berkas di atas meja sebelum memasukan ponselnya ke dalam saku celananya. “Tapi lo gak ada janji sama kak Yoshi kan? Gue gak mau ya, kalo tiba-tiba dia nyamperin dan bilang lo lupain dia gara-gara gue lagi.”

“Gak.” Jika tadi Minhee, kali ini Asahi yang menjawab cepat. Lelaki Jepang itu juga beranjak dari duduknya dan mengikuti Minhee yang sudah berjalan keluar ruangan. “Tadi dia udah ngabarin. Katanya mau nemenin kak Jihoon ke toko... Toko apaan sih? Gue lupa. Pokoknya mereka mau pergi bareng.”

“Pasti sama kak Ben.”

“Kayaknya.”

Keduanya lalu melanjutkan obrolan mereka dengan topik ringan selama perjalanan kecil dari ruangan Minhee di lantai sembilan pada sebuah bangunan mewah. Hanya candaan kecil yang ada bahkan hingga mereka pergi dari gedung itu ke sebuah warung tenda di pinggir jalan yang tidak jauh dari kampus tempat mereka berkuliah dulu.

Asahi masuk lebih dulu setelah meminta Minhee untuk mencari tempat—sedang ia pergi untuk memesan makanan. Minhee sendiri hanya mengangguk, sebelum melangkahkan kakinya untuk mencari tempat. Tapi, saat ia belum menemukan tempat yang pas, sebuah tepukan ringan pada pundak kirinya membuat ia sedikit tersentak sebelum menatap ke arah pelaku yang menepuk pundaknya.

“Loh kak Ben?” Tanya si manis saat maniknya bertemu dengan manik Yoonbin. “Di sini juga?”

“Sama siapa ke sini?” Yoonbin bertanya balik setelah memberikan anggukan kecil untuk pertanyaan Minhee sebelumnya.

“Sahi.”

“Makan?”

“Iyalah. Masa belanja.” Menjawab cepat, Minhee lalu menggerakan matanya untuk mencari dengan siapa lelaki di depannya itu datang. “Kakak sama siapa ke sini?”

“Sama gue. Mau apa lo?” Tapi, belum sempat Yoonbin menjawab pertanyaan si Kang, jawaban datang dari Jihoon yang muncul dari balik punggung Yoonbin. Si manis bermarga Park itu tidak sendiri, ada seorang lagi yang bersamanya tapi Minhee tidak kenal.

Melempar tatapannya ke arah Jihoon, Minhee lalu menggeleng pelan sambil memberikan senyum kecilnya. “Gak apa-apa kok, kak. Gue cuma nanya aja.”

“Ya udah minggir lo! Gue mau lewat.”

Bergeser sedikit untuk memberikan Jihoon jalan, pemilik marga Kang itu hanya menatap apa yang Jihoon lakukan setelahnya. Hingga tanpa sengaja, maniknya bertemu dengan manik seseorang yang datang bersama Jihoon itu. Manik itu indah sekali dan entah apa yang salah, ia merasa manik itu begitu menjeratnya hanya dengan tatapan singkat mereka.

“Hee?” Minhee kembali tersentak, saat Yoonbin kembali menepuk pundaknya. Lalu, saat ia menoleh, lelaki yang lebih tua darinya itu nampak menatapnya dengan tatapan heran. “Kenapa? Gitu banget liatnya?”

“Dia siapa?” Tapi, bukannya menjawab pertanyan Yoonbin, Minhee malah mengajukan pertanyaan yang lain.

“Yang bareng Jiun?” Dijawab si manis dengan anggukan cepat. “Yunseong. Hwang Yunseong, sahabatnya Jiun dari kecil.”

Mengangguk lagi, Minhee lalu kembali menatap orang yang bersama Jihoon tadi—yang kata Yoonbin bernama Yunseong itu—selama beberapa saat sebelum kembali menatap Yoonbin.

“Ganteng ya, kak.”

“Terus kalo ganteng, kamu mau apa?”

Mengendik acuh, Minhee sesekali melirik ke arah Yunseong lagi. “Sekarang sih gak mau apa-apa. Tapi ya, gak ada yang tahu ke depannya, kan. Kali aja aku mau sama dia.”

“Kamu? Sama Yunseong?”

“Kenapa? Gak boleh?”

“Boleh aja sih. Tapi...” Sengaja menggantung ucapannya, Yoonbin ikut menatap ke arah di mana Yunseong dan Jihoon berada. “Dia bukan orang yang bisa kamu dapatin dengan mudah.”

“Oh ya?” Lalu ketika Yoonbin mengangguk sebagai jawaban, senyum Minhee merekah begitu saja. “Aku jadi penasaran.”

“Tapi kalo kamu deketin dia cuma karna penasaran, mending gak usah.”

“Kok gitu?”

“Dia gak kayak semua orang yang selama ini kamu temuin. Yunseong terlalu berbeda dan gak akan bisa kamu tebak.” Kembali melirik ke arah Jihoon dan Yunseong, Yoonbin kembali menatap si manis bermarga Kang yang tengah menunggu lanjutan ucapannya. “Tapi kalo kamu beneran, kakak dukung. As long as you happy. Kakak gak mau kamu sakit lagi.”

Ucapan Yoonbin setelah itu membuat Minhee diam selama beberapa saat. Ia menatap Yoonbin cukup lama sebelum mengukir sebuah senyum kecil dan mengangguk. “Makasih, kak.”

“Btw, tadi kakak gak sengaja ketemu Junho di kantor kamu.”

“Junho? Maksud kakak Cha Junho?”

Dijawab Yoonbin dengan anggukan pasti. “Dia temen kamu, kan?”

Kali ini Minhee yang mengangguk. “Dia ngapain di sana, kak? Aku udah lama banget gak ketemu sama dia.”

“Katanya sih mau lamar kerja?”

“Kenapa pake lamar? Terima aja dia. Kasih dia kerjaan yang bagus, kalo bisa sekretaris aku, aku kan gak punya.”

“Oke, nanti kakak urus. Kamu terima beresnya aja.” Lalu ketika Minhee mengangguk sebagai jawaban, Yoonbin mengulurkan tangannya untuk menunjuk Jihoon dan Yunseong yang sudah duduk di salah satu meja. “Kakak ke sana ya.”

Dijawab Minhee dengan anggukan kecil. “Selamat makan. Salamin buat kak Yunseong juga, ya.”

Minhee pikir, mungkin dia akan gila karena teman kakak sepupunya yang bernama Hwang Yunseong itu.

Minhee pikir, mungkin dia akan gila karena teman kakak sepupunya yang bernama Hwang Yunseong itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Haiii...

Welcome to Boys be Ambitious' World...

Semoga betah ya... Heheh..

230121

Thank you...

Boys be Ambitious || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang