⚘ Dua Puluh Tujuh

288 72 24
                                    




“Mau ke kantor, kan? Gue anterin ya?”

Minhee menggeleng cepat ketika Yunseong mengajukan dua pertanyaan itu padanya. Dalam diamnya, ia lalu melangkah keluar rumah lelaki Hwang itu begitu saja, tidak peduli pada Yunseong yang kini sudah menatapnya.

“Hee...”

“Gak usah. Gue bisa sendiri.”

“Tapi, bahaya kalo lo pergi sendiri.”

“Ada orang lain yang bisa gue mintai tolong. Kemarin juga gak minta tolong sama lo, tapi lo datang sendiri.”

“Gue khawatir sama lo, lo nger...”

“Gue gak peduli.”

Menjawab acuh, pemilik marga Kang itu lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti di depan rumah Yunseong. Minhee benar-benar tidak mau peduli apa yang Yunseong rasakan dan pikirkan saat ini. Karena nyatanya, lelaki Hwang itu juga memperlakukannya demikian. Dan ia tidak bisa diam di situ lebih lama. Rasanya menyakitkan, jadi ia harus pergi.

“Minhee...”

“YUNSEONG!! LO HA....”

Minhee menghentikan langkahnya begitu saja saat ia baru akan keluar dari halaman rumah Yunseong dan suara teriakan Jihoon begitu saja—disusul dengan kedatangan si Park itu bersama Yoonbin yang mengekor di belakangnya. Si Park itu juga jadi menghentikan ucapannya saat maniknya menangkap keberadaan Minhee di rumah Yunseong.

“Pas banget lo ada di sini, jadi gue gak harus repot-repot nyariin lo.”

Mendengus kecil, Minhee lalu menatap kekasih kakaknya itu dengan tatapan malas. “Kenapa?”

“Ji...”

“Masih berani nanya lo?”

Pertanyaan yang Jihoon ajukan setelah itu sukses membuat Minhee mendengus. Detik berikutnya, ia akan melanjutkan langkahnya untuk pergi dari tempat itu. Tapi, Jihoon lebih dulu menahan tangannya sehingga ia tidak jadi pergi.

“Gue mau bilang sama lo, lo gak usah gangguin Yunseong lagi. Ap...”

“Gue gak gangguin dia. Kalo yang lo permasalahin kenapa gue ada di sini, gue di sini karna dia yang bawa gue ke sini.”

“Ya udah pergi.”

“Gue juga mau pergi. Dan lo tenang aja, gue gak akan datang lagi.”

“Iya, emang udah harusnya kayak gitu. Lo jangan datang lagi, udah cukup semua yang terjadi di masa lalu.”

“JI!”

Jika tadi Yoonbin, kali ini yang memanggil Jihoon—sebagai peringatan agar si Park itu tidak melanjutkan ucapannya—adalah Yunseong.

“Masa lalu?”

“Kok kaget? Harusnya lo udah tahu dong. Oh, atau lo pura-pura gak tahu? Wah, hebat banget ya lo. Lo mau hancurin hidup Yunseong kayak apa lagi?”

Selanjutnya, apa yang Jihoon katakan sukses membuat Minhee menatap Yunseong dengan tatapan tak pahamnya. Sedang yang ditatapnya itu terlihat menghela napas berat sambil mengalihkan tatapannya ke arah lain.

“Lo siapa, kak?”

“Heh! Lo gak usah pura-pura lagi!” Tapi, bukan jawaban Yunseong yang ia dapat, nyatanya Jihoon lagi yang berucap padanya. “Gak mungkin lo gak tahu siapa Yunseong.”

“Gue emang gak tahu!”

“Ya udah, kalo lo emang lo gak tahu. Gue kasih tahu sama lo.”

“Siapa?”

“Hwang Yunseong, orang yang seharusnya ada di posisi lo saat ini. Semua yang lo punya, itu punya dia.”

Jawaban cepat Jihoon membuat Minhee diam. Ia tidak langsung memberikan jawabannya karena rasa kaget luar biasa akan jawaban yang baru didengarnya itu. Lalu, setelah hampir semenit ia menggumamkan ‘apa’ dengan pelan dan sukses membuat Yunseong bergerak cepat meraih tangannya. Tapi, dengan segera ia menarik tangannya begitu saja.

“Hee...”

“Tujuan lo apa ngelakuin ini, kak?” Tanya si manis ketika maniknya bertemu dengan manik Yunseong lagi. “Oh, harusnya gue gak usah nanya, karna sampe kapanpun lo gak akan pernah jawab apapun pertanyaan gue. Jadi, gue bakal narik kesimpulan sendiri. Salah atau benar, gue gak peduli. Gue gak akan nuntut kebenarannya dari lo.”

Mengambil langkah mundur perlahan, pemilik marga Kang itu lalu menatap Jihoon lagi lalu Yunseong lagi. Tiga detik kemudian, ia mendengus sebelum berbalik dan pergi dari situ begitu saja. Yunseong hendak mengejarnya, tapi tidak jadi karena Yoonbin yang lebih dulu menahannya.

“Mau ngapain?”

“Apa lagi?”

“Gak usah, Seong.” Menjawab cepat, Yoonbin berusaha mati-matian agar tidak melayangkan tangannya yang sudah terkepal untuk meninju Yunseong. Tidak seperti itu, ia harus tahu beberapa hal dulu sebelum benar-benar meninju Yunseong. “Minhee gak tahu apa-apa.”

“Maksud lo?”

“Dia gak tahu apa-apa. Percuma kalo lo ngejar dia buat jelasin semuanya. Dan tentang semua yang lo punya, yang sekarang ada di dia, lo gak usah khawatir. Dia bakal balikin semuanya. Hati adek gue gak sekotor itu.”

Ucapan Yoonbin membuat Yunseong diam beberapa saat. Ia menatap temannya itu dengan tatapan datarnya sebelum mengajukan sebuah pertanyaan setelahnya.

“Yakin lo dia bisa balikin itu?”

“Yakin.”

“Semuanya?”

“Semuanya.”

“Gak akan ada yang kurang?”

“Gak. Gue berani jamin dia bakal balikin semuanya tanpa kecuali dan sama persis kayak waktu dia nerima semuanya dulu.”

“Hati gue gimana?”

“Hati gue gimana?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






















Thank you...

Boys be Ambitious || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang