⚘ Dua Puluh Enam

301 68 17
                                    




Yunseong menghela napas lalu menarik Minhee lebih rapat dengannya. Tangan kanannya juga menarik tangan Minhee untuk memeluknya lebih erat sebelum mendaratkan sebuah kecupan kecil di kening si manis.

Yunseong melakukan semua hal itu bukan tanpa alasan. Sejak ia membawa Minhee ke rumahnya, ia tetap tidak bisa tenang. Seluruh otaknya masih dipenuhi dengan pertanyaan tentang siapa orang sialan yang berani melakukan ini pada Minhee.

Ia juga masih khawatir. Walau sudah membawa Minhee ke rumahnya—dengan tujuan agar orang asing itu tidak pergi mencari Minhee ke rumah bocah itu—dan kini bocah itu ada dalam pelukannya, ia tetap mengkhawatirkan Minhee. Bagaimana jika besok atau nanti orang itu datang lagi dan mencelakai Minhee lagi? Dan saat itu tidak ada siapapun yang bisa melindungi si manis.

Oh, tidak!

Yunseong tidak bisa membayangkan sesuatu terjadi pada Minhee.

“Kak?”

Di antara kesunyian itu, suara Minhee tiba-tiba terdengar, membuat Yunseong tersentak kecil sebelum berdehem untuk menanggapinya.

“Hm?”

“Lo gak tidur?”

Saat pertanyaan itu Minhee ajukan, ia jadi merunduk untuk menatap si manis. “Lo sendiri kenapa bangun lagi?” Tanyanya balik.

“Gue sesak. Lo meluknya erat banget.”

Menatap Minhee sesaat, Yunseong lalu melirik tangannya yang masih merengkuh tubuh si manis. Tapi, ia sama sekali tidak membuat gerakan untuk melonggarkan pelukannya. Ia justru kembali menarik Minhee untuk lebih dekat sebelum meletakan pipinya di atas puncak kepala Minhee.

“Lo kenapa sih?”

Lalu, saat ia tidak mengucapkan apapun untuk apa yang Minhee katakan sebelumnya, pemilik marga Kang itu jadi mengajukan pertanyaan yang lain. Minhee jelas heran dengan tingkah Yunseong saat ini.

“Gak apa-apa.”

Tapi, hanya jawaban singkat itu yang ia berikan. Ia sungguh tidak ingin menjawab apapun saat ini.

“Tapi lo aneh.”

“Gue gak apa-apa.” Memberikan jawaban yang sama, Yunseong menjauhkan wajahnya dari kepala Minhee lalu merunduk dan menatap si manis. “Udah lo tidur aja, udah malam.”

“Lo juga tidur dong. Terus ini dilonggarin dulu. Gue susah napasnya.”

Kembali menghela napas, lelaki Hwang itu lalu melonggarkan sedikit pelukannya. Ia kembali merunduk untuk menatap Minhee bersamaan dengan si manis yang membuat gerakan mendongak untuk menatapnya juga.

“Lo kenapa, kak?”

Masih pertanyaan yang sama, tapi Yunseong benar-benar tidak berniat untuk menjawab pertanyaan itu. Ia hanya diam selama beberapa saat sebelum menggeleng kecil. Sukses saja membuat Minhee berdecak kesal.

“Tapi, lo kayak gak tenang.” Sahut Minhee cepat. “Seharusnya tuh sekarang gue yang gak tenang. Tapi, kenapa gue biasa aja dan lo yang malah gak tenang? Lo kenapa sebenernya?”

“Lo mau gue kasih jawaban yang kayak gimana?”

“Ya jawaban lo yang seadanya. Gue gak bisa minta jawaban yang gue mau dari lo, karna lo sendiri gak pernah ngasih jawaban dari semua pertanyaan gue.”

“Itu lo tahu kalo gue gak pernah ngasih lo jawaban, kenapa masih nanya lagi?”

“Karna gue gak suka ada dalam situasi kayak gini.” Jeda sesaat, Minhee menatap ke sembarang arah sebelum kembali menatap Yunseong. “Lo bawa gue ke sini, lo bilang biar gue aman. Tapi lo gak mau bilang alasan kenapa lo mau ngelakuin itu. Lo bilang sama gue kalo lo gak mau ditinggalin, tapi lo gak pernah ngasih alasan kenapa gue gak boleh ninggalin lo. Gue gak suka kayak gitu, gue gak suka tinggal dalam ekspektasi gue sendiri. Gue butuh kejelasan.”

Tapi lagi-lagi, Yunseong tidak memberikan jawaban apapun. Berniatpun tidak. Yang ia lakukan benar-benar hanya menatap Minhee sebelum menggerakan tangannya untuk membawa kepala bocah itu bersandar di dadanya.

“Udah, tidur ya.”

“Kak...”

Drrrtt ddrrttt...

Minhee tidak jadi mengucapkan kalimat yang sudah ada di ujung lidahnya. Sedangkan Yunseong jadi menghentikan gerakan tangannya yang tengah mengelus puncak kepala si manis. Selanjutnya, ia melirik ke arah ponselnya yang ada di atas nakas yang tengah bergetar. Dengan malas ia meraih benda itu, tapi sedetik kemudian langsung dikembalikan ke atas nakas ketika matanya menangkap nama Jihoon yang terpampang di sana.

Setelah meletakan ponselnya, Yunseong kembali menatap Minhee. Bocah itu juga sudah menatapnya kini. Tatapannya kesal, tapi Yunseong masih tidak berniat melakukan sesuatu agar Minhee tidak kesal dan kembali tidur. Yang ia lakukan adalah kembali memberikan ciuman kecil di kening si manis sebelum menariknya lagi ke dalam pelukannya.

“Gue gak mau kasih kejelasan dulu.”

“Kenapa?”

“Gue gak mau ditinggal.”

“Gak mau ditinggal terus, tapi gak ngasih kejelasan. Mau lo apa sih?”

“Karna kalo lo udah tahu, gue gak yakin lo masih tetap tinggal, Hee.”

“Tahu?” Minhee berusaha untuk kembali menatap Yunseong, tapi lelaki Hwang itu menahannya pada posisi yang sama. Tidak, tidak sekarang.

“Tidur.”

“Kasih tahu dulu.”

“Tidur.”

“Dibilangin kasih tahu dulu juga.”

“Kalo lo gak mau tidur, gue buat lo gak tidur sampe pagi.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






















Thank you...

Boys be Ambitious || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang