⚘ Dua

468 90 21
                                    





Yunseong mendengus kecil, menatap Jihoon yang langsung menarik kursi dengan tidak santai sesaat setelah mereka memesan makanan dan menentukan tempat untuk duduk. Sahabatnya itu nampak masih menatap kesal ke arah Yoonbin dan seorang lelaki manis yang tadi berpapasan dengan mereka di dekat pintu masuk.

“Apaan sih Minhee anjir? Sok nyari perhatian banget sama Ben. Ben juga gak cape apa tiap hari yang diperhatiin Minhee mulu, Minhee mulu. Gue kayak gak ada harganya, anjing.”

Berucap penuh emosi sambil menarik beberapa lembar tisu dari kotaknya, pemilik marga Park itu terlihat mencabik-cabik tisunya, membuat Yunseong lagi-lagi mendengus kecil.

“Siapa?”

“Apanya?”

“Yang lo sebut-sebut.”

Tatapan kesal Jihoon semakin menjadi saat Yunseong berucap demikian. Ia lalu menunjuk dua orang di dekat pintu sana dengan dagunya. “Tuh si bocah sialan. Malas banget gue nyebut namanya.”

“Tapi, lo nyebut namanya tuh dari tadi.”

“Seong, lo bisa gak, gak usah jadi ngeselin di saat kayak gini?”

“Lo yang ngeselin.”

“Bodoh amat.”

“Jadi, dia siapa?”

“Lo kok mau tahu banget sih?” Jihoon bertanya semakin emosi, tapi Yunseong terlihat tidak peduli. Lelaki Hwang itu tetap menatap sang sahabat dengan tatapan super datarnya yang biasa. Membuat Jihoon mendengus dan menghempaskan tisu di tanganya ke atas meja. “Minhee. Kang Minhee, sepupunya Ben.”

Jawaban Jihoon berikan, tapi Yunseong masih diam pada posisi yang sama—menatap Jihoon dengan tatapan datarnya. Hingga pada detik kesekian, ia menjawab dengan satu kata yang sukses membuat emosi Jihoon naik lagi.

“Oh.”

“Gitu doang, anjing?!”

“Terus, lo mau gue jawab kayak apa?”

“Serah lo.”

Jihoon kesal, Yunseong tahu tapi tidak peduli. Mengenal Jihoon sejak kecil membuat ia sudah terbiasa dengan apapun sifat si Park itu. Lelaki manis itu seperti dilahirkan dengan kesensitifan yang berlebihan sehingga apapun dapat membuatnya kesal dan marah. Dan Yunseong tidak akan peduli dengan itu.

“Makanannya udah dipesan?”

Mengalihkan tatapannya dari Jihoon, manik Yunseong kini tertuju pada Yoonbin yang baru saja datang dan mengambil tempat di sampingnya—di depan Jihoon.

“Gak jadi makan sama Minhee?”

“Kok Minhee sih? Dia kan ke sini sama Asahi.”

“Kali aja lo mau makan sama dia gitu?”

“Gak, gue ke sini sama lo pada. Jadi makannya sama kalian.”

“Oh.”

“Makanannya gimana?”

“Punya gue sama Yunseong udah dipesen tuh. Pesan aja sendiri punya lo sama Yoshi.”

“Kok cuma Yunseong doang? Pacar lo gue atau Yunseong sih?”

“Sekarang gue tanya, pacar lo gue atau Minhee?”

“Weit, pertengkaran dalam rumah tangga apalagi nih?”

Yunseong hanya diam, menatap malas pertengkaran yang--kembali--terjadi di antara Yoonbin dan Jihoon—bahkan hingga Yoshi datang. Sepasang kekasih itu masih anteng dengan perdebatan—entah apa—mereka. Lalu, saat Yoshi menendang kakinya untuk menanyakan apa lagi yang terjadi di antara mereka, Yunseong hanya mengendik tak peduli.

“Ya Minhee...”

Entah apa yang salah, Yoonbin belum menyelesaikan ucapannya setelah itu, tapi Yoshi sudah bergerak lebih dulu untuk memukul kepalanya dan Jihoon.

“Berantem mulu lo berdua gara-gara Minhee. Sekarang apalagi?”

Yoshi bertanya malas dan Jihoon langsung balas menabok kepalanya. “Lo juga sering berantem sama Asahi gara-gara dia ya, setan. Gak usah sok paling gak masalah sama kehadiran Minhee.”

Sekarang, bukan lagi Yoonbin dan Jihoon saja yang bertengkar. Nyatanya, Yoshi juga sudah ikut bergabung dalam pertengkaran itu.

Yunseong?

Ia masih anteng pada posisinya. Menatap ketiga temannya itu dengan tatapan datarnya. Hingga pada detik kesekian, ia memilih untuk mengalihkan tatapannya dari mereka. Mengarah ke arah salah satu meja di dekat pintu—di mana orang yang menjadi penyebab pertengkaran ketiga temannya itu duduk dengan tenang sambil menunggu pesanannya.

Dari ucapan sambil lalu yang didengarnya dari pertengkaran teman-temannya, orang itu bernama Minhee—Kang Minhee. Kata mereka, Minhee sepupu Yoonbin—adik sepupu—berarti lebih muda dari mereka.

Dari posisinya saat ini, Yunseong dapat melihat dengan jelas wajah indah bocah itu.

Oh, itu bukan kebohongan. Yunseong tidak dapat menyangkal jika pemilik marga Kang itu memang indah. Rambutnya hitam pekat, jatuh begitu saja di keningnya. Maniknya bulat indah dan penuh binar cantik. Hidungnya mungil dan bibirnya cerah alami—yang entah mengapa terlihat begitu menggoda. Dan pipi bulat itu nampak cantik dengan taburan bintang di sana.

Ya, Kang Minhee seindah itu.

Dan ia benar-benar sukses mengundang dan menjadi pusat perhatian.

Buktinya, lihat tiga manusia yang masih bertengkar tentang bocah itu. Bukankah itu bukti bahwa kehadiran si manis bermarga Kang itu mengundang perhatian?

Dan nyatanya, Minhee juga berhasil mengundang perhatian Yunseong.

Tapi bukan sekedar perhatian.

Ada hal lain yang membuat perhatian Yunseong sepenuhnya tertuju pada Minhee—lebih tepatnya dunia Minhee. Dan membuat lelaki Hwang itu berpikir bahwa ia harus masuk ke sana, lebih jauh lagi.

 Dan membuat lelaki Hwang itu berpikir bahwa ia harus masuk ke sana, lebih jauh lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






















Thank you...

Boys be Ambitious || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang