⚘ Sembilan Belas

304 71 27
                                    




Sudah hampir tengah malam tapi Yunseong belum bisa tidur. Sudah berkali-kali ia mencoba tapi selalu gagal. Setiap kali ia memejamkan matanya, gambaran kejadian sore menjelang malam tadi—saat Minhee yang rasa takut luar biasa berusaha untuk melepaskan sesuatu dari lehernya—bermain-main dalam bayangannya.

Apa ini?

Kenapa ia terus memikirkan Minhee?

Dan kenapa juga rasa khawatirnya selalu kembali setiap mengingat apa yang orang asing tadi katakan sebelum kabur meninggalkan mereka?

“Gue gak bakal berhenti. Kang Minhee harus ngerasain kehancuran juga.”

Dan yang paling menguras kerja otaknya adalah saat ia mengingat bagaimana jantungnya tidak bekerja dengan baik saat maniknya bertemu dengan manik indah pemilik marga Kang itu. Lalu, kejadian nyaris panas di toko rotinya siang tadi menyusul dengan gembira.

Sialan!

Apa yang terjadi padanya?

“Gak gini, Yunseong. Masa dikasih cium sekali aja lo langsung jatuh? Lo belum dapatin dia, lo gak boleh jatuh secepat ini.”

Yunseong berusaha kembali untuk tidur. Ia mengubah posisi tidurnya dan kembali memejamkan mata. Tapi yang terjadi malah ia kembali memikirkan hal yang sama. Ciuman di tokonya siang tadi, lalu kejadian sore menjelang malam tadi—ciuman di tokonya siang tadi, lalu kejadian sore menjelang malam tadi—ciuman di toko...

Ya, seperti itu terus sampai ia akhirnya membuka matanya dan beranjak dari posisi berbaringnya. Meraih ponselnya yang ada di atas nakas, saat layar layar benda itu menyala, ia dapat melihat jam yang sudah menunjukan pukul setengah sebelas lewat. Lalu, tanpa peduli apapun, ia segera mengetik sebuah pesan untuk Yoonbin.

“Kasih tahu pengawal lo, gue mau ketemu sama Minhee. Jangan ada yang halangin gue.”

“Sialan Kang Minhee! Lo gak boleh kabur kalo tahu semuanya nanti, lo harus tanggung jawab atas apa yang udah lo lakuin ke gue.”














”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















“Loh tu...”

“Minhee udah pulang?”

Yunseong tidak mau menunggu hingga satpam yang menjaga rumah Minhee selesai bertanya heran tentang kedatangannya yang tiba-tiba malam ini. Pertanyaan tentang Minhee memang ada di dalam rumah lebih penting sekarang.

“Udah dari tadi, tuan, diantarin sama kakaknya.”

“Saya mau ketemu.”

Lalu, tanpa protes apapun, satpam itu segera membuka gerbang dan membiarkan Yunseong masuk. Ada beberapa pengawal Yoonbin yang berkeliaran di situ, tapi mereka sama sekali tidak menahan Yunseong. Mungkin karena Yoonbin sudah memberi tahu mereka tentang kedatangan Yunseong malam ini.

Saat sampai di dalam rumah, Yunseong langsung naik ke lantai dua. Ia sudah seperti orang yang hafal mati keadaan rumah itu sehingga tidak perlu repot bertanya dimana kamar Minhee berada. Tapi, sialnya ia sama sekali tidak menemukan kamar Minhee. Semua kamar di lantai itu kosong, menandakan jika si manis memang tidak menghuni salah satunya.

Mendengus kesal, lelaki Hwang itu lalu memilih turun dengan segera. Ia harus mencari Minhee ke seluruh penjuru rumah besar itu.

Saat ia baru turun ke lantai utama, bibi yang menjadi asisten rumah tangga di situ kebetulan lewat—entah dari mana dan akan kemana—dan terlihat kaget saat mendapatinya di rumah itu.

“Tuan ke sini?”

“Minhee di mana?” Tidak menjawab pertanyaan bibi, Yunseong malah mengajukan pertanyaan lain. Sudah dikatakan bahwa semua informasi tentang Minhee lebih penting saat ini. “Kenapa di atas gak ada?”

“Tuan Minhee emang gak pake kamar yang di atas, tuan.”

“Gimana, bi?”

“Tuan Minhee emang gak mau pake kamar yang di atas sejak pertama kali datang. Tapi, setelah orang tuanya meninggal baru dia bisa pindah. Sejak saat itu, dia emang pake kamar yang dibelakang. Kalo tuan mau ketemu, mari bibi anterin.”

Yunseong masih tidak mengerti dengan informasi yang baru saja ia dapatkan. Tapi, ia tetap mengangguk, membuat wanita setengah baya itu juga mengangguk sebelum bergerak untuk mengantarnya pergi ke tempat yang disebut sebagai kamar belakang. Lalu, setelah sampai wanita itu langsung pergi—meninggalkan Yunseong di situ. Dan setelah wanita itu pergi, Yunseong tidak berpikir dua kali untuk mengetuk pintu kamar itu.

Tok tok tok....

“Hee, buka pintunya. Minhee...”

Yunseong terus memanggil dengan tangan yang tetap bergerak untuk mengetuk pintu kamar itu. Dan tidak butuh waktu lama hingga pintu terbuka dan menampilkan Minhee yang berdiri di sana dengan penampilan yang bisa dibilang berantakan.

Kedua matanya tidak secerah biasanya—tatapannya tidak fokus—dengan rambut yang berantakan dan wajah yang sedikit pucat. Bocah itu sepertinya berusaha untuk tidur juga tapi tidak bisa.

“Kak Yuns...”

Lalu, saat Minhee belum mengatakan apapun untuk mempertanyakan kehadirannya di tempat itu, Yunseong sudah lebih dulu bergerak untuk menarik si manis masuk ke dalam pelukannya. Ia khawatir luar biasa sehingga melihat Minhee saat ini—walau dengan keadaan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja—bisa membuatnya cukup lega. Pelukannya sangat erat dan ia tidak ragu untuk memberikan ciuman di pipi si manis.

 Pelukannya sangat erat dan ia tidak ragu untuk memberikan ciuman di pipi si manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Thank you...

Boys be Ambitious || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang