⚘ Lima

385 83 4
                                    





Minhee menutup berkas terakhir yang harus dikerjakannya siang ini lalu melirik ke arah meja Junho. Si tampan Cha itu terlihat masih sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Lalu, saat maniknya mengarah ke jam yang ada di sudut meja, bibirnya jadi mencebik sendiri karena sadar sudah hampir jam makan siang.

Meraih ponselnya yang ada di laci meja, pemilik marga Kang itu sudah akan mengarahkan jarinya untuk menghubungi Asahi—hendak bertanya apa mereka bisa makan siang bersama atau tidak. Tapi, gerakannya urung begitu ia melihat kontak Yoonbin di ponselnya. Karena selanjutnya, ia tidak jadi menghubungi Asahi melainkan Yoonbin.

Berbincang singkat dengan kakak sepupunya itu, pemilik marga Kang itu langsung membereskan beberapa kekacauan di mejanya sebelum beranjak dari sana. Ia mengajak Junho untuk pergi makan siang bersama, tapi lelaki Cha itu menolak dengan halus. Hendak memaksa, tapi ia ingat ada yang harus ia lakukan—jadinya ia langsung pergi begitu saja.

“Mau ke mana sih?”

Pertanyaan itu datang dari Yoonbin saat mereka bertemu di lobi kantor. Lelaki itu terlihat sedikit heran—tapi Minhee malah memasang senyum tanpa dosanya.

“Makan di luar.”

“Iya, tahu. Kamu kan juga makan di luar tiap hari.” Menjawab cepat, Yoonbin segera mengajak Minhee untuk keluar dari kantor. “Tapi mau di mana?”

“Kak Ben ada janji makan sama kak Yunseong gak?”

Minhee tidak menjawab pertanyaan Yoonbin, ia malah mengajukan pertanyaan lain yang sukses membuat sang kakak menoleh dan menatapnya kembali.

“Kamu serius mau sama Yunseong?” Pertanyaan itu Yoonbin ajukan dan Minhee mengangguk pasti—benar-benar tanpa sedikit keraguanpun.

“Gak boleh ya? Dia udah punya pacar?”

“Gak kok, dia belum punya pacar.”

“Jadi, aku boleh dong?” Yoonbin terlihat mengangguk ragu. Detik berikutnya ia mengisyaratkan Minhee untuk masuk ke mobilnya karena mereka sudah sampai di samping mobilnya. “Ya udah, sekarang kita ke tempatnya Yunseong. Kakak juga mau ketemu sama Jiun, dia pasti ada di tempatnya Yunseong.”

“Kakak berantem lagi ya sama kak Jihoon?”

Dari posisinya saat ini, Minhee dapat melihat Yoonbin yang melirik sekilas ke arahnya dan mengangguk samar.

“Maafin aku ya, kak. Aku gak maksud buat kalian berantem lagi.”

Minhee benar-benar mengatakan itu dengan rasa bersalahnya, tapi Yoonbin menggeleng di tempatnya. “Bukan salah kamu, kita yang bertantem berarti kita yang salah. Lagian belum putus ini, masih bisa baikan lagi.”

“Jangan lama-lama berantemnya.”

“Iya.”














”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














“Gila ya lo, baru jam segini kok udah tutup? Lo kan bisa tutup sebentar terus buka lagi. Kenapa harus tutup sampe besok sih?”

“Toko toko gue, kenapa lo yang repot?”

“Rotinya sayang, Seong. Kalo rusak gim...”

“Loh udah tutup?”

Jihoon tidak menyelesaikan ucapannya untuk menjawab ucapan Yunseong saat sebuah suara yang tak asing terdengar dari belakang mereka. Lalu saat ia menoleh ke sana, matanya langsung bertemu dengan mata sang kekasih. Awalnya ia akan tersenyum, tapi tidak jadi begitu melihat kehadiran Minhee di belakang Yoonbin.

“Hm, gue ada urusan.”

Yunseong menjawab pertanyaan Yoonbin dan lelaki Ha itu mengangguk begitu saja. Detik berikutnya, Yoonbin menoleh pada Minhee—hendak mengatakan sesuatu pada adiknya, tapi bocah itu lebih dulu mengatakan sesuatu.

“Kak, gue ikut dong.”

Yang sukses saja membuat Yunseong yang tadi sudah akan beranjak pergi jadi menoleh dan menatapnya sesaat. Hingga pada detik kesekian, lelaki Hwang itu mengangguk saja.

“Ayo.”

“Yes!”

“HEH!”

Minhee sudah akan berjalan mengikuti Yunseong, tapi Jihoon dengan teriakan tidak tahu dirinya sukses membuat langkah si Kang berhenti. Dua detik kemudian, Minhee menoleh dan menatapnya—tapi Yoonbin bergerak lebih dulu untuk menarik Jihoon pergi dan mengisyaratkan adiknya untuk tetap mengikuti Yunseong.

“Kak, mau kemana ya?”

Minhee baru mengajukan pertanyaan itu saat mereka sudah berjalan cukup jauh dari toko roti milik Yunseong, tapi belum berhenti sama sekali. Pertanyaannya sukses membuat Yunseong menoleh dan menatapnya—masih dengan tatapan datar yang sama.

“Kenapa? Lo udah cape?”

Tapi, Minhee menggeleng begitu saja. “Gak cape, kok. Lapar aja.”

“Mau makan?”

“Kalo lapar pastinya mau makan dong, kak. Masa mau minum.”

“Ya udah.”

Menjawab acuh, Yunseong lalu membelokan langkahnya ke arah sebuah toko serba ada yang terletak tidak jauh dari situ dan masuk ke sana. Tanpa kata, ia mengambil beberapa makanan jadi, pergi membayarnya dan membawanya keluar lagi. Minhee sendiri tidak bisa melakukan apapun selain mengikuti Yunseong—gerakan lelaki itu terlalu cepat.

Saat ini, mereka sudah duduk di kursi yang ada di depan toko serba ada itu. Yunseong baru pergi untuk membuat secup mie untuk Minhee. Lalu, saat ia kembali untuk meletakan cup tadi di hadapan Minhee, ponsel bocah itu berdering lebih dulu sebelum tangannya meraih sumpit untuk bersiap makan.

Minhee terlihat mendengus, meraih ponselnya dengan malas-malasan sebelum merengut begitu saja.

“Sialan, gue lupa.” Minhee mendongak cepat, menatap Yunseong yang masih menatapnya. “Kak, maaf. Gue lupa kalo siang ini ada kerjaan.”

“Jadi, lo mau pulang?”

“Iya.”

“Ya udah pulang.”

“Kalo gitu, gue langsung pergi ya, kak. Besok gue datang ke toko lo lagi.”

“Iya, datang aja.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Thank you...

Boys be Ambitious || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang