⚘ Tiga Puluh Tiga

319 74 31
                                    




Menghela napas pelan, Yunseong lalu membuka pintu kamarnya dan mendorongnya pelan. Selanjutnya, ia jadi tersenyum kecil saat maniknya menangkap keberadaan Minhee yang duduk di lantai sambil bersandar di sisi ranjangnya dengan tangan yang memeluk kakinya dan mata yang terpejam.

“Tidur di sini lagi, bocah.”

Bergumam samar, lelaki Hwang itu lalu berjongkok di hadapan si manis. Tangan kanannya lalu terulur—hendak melepas pelukan Minhee pada kakinya, berniat untuk mengangkat si manis naik ke ranjangnya. Tapi, entah apa yang salah, gerakannya tidak jadi ia lanjutkan. Tangannya malah bergerak lebih dulu untuk menyibak surai lembut Minhee yang jatuh di keningnya.

Hampir tersenyum lagi, sebuah kerutan lantas tercipta di kening Yunseong. Detik berikutnya, lelaki itu jadi meraih kedua pipi Minhee dan membawa wajah bocah itu untuk ia tatap lebih jelas.

“Panas banget, mana pucat lagi. Hee...” Selanjutnya, ia menepuk pelan pipi bulat Minhee, berusaha membangunkannya. “Lo demam? Udah makan belum sih hari ini?”

Minhee melenguh kecil, lalu mengerjap pelan sebelum membuka pelan matanya. “Kak...?”

“Lo udah makan belum hari ini?”

“Hm?”

Tidak ada jawaban, Yunseong segera bergerak cepat untuk meraih tubuh Minhee. Ia lalu membantu bocah itu berdiri sebelum membawanya duduk di atas ranjang. Tangannya kembali terulur untuk meraih wajah manis itu sebelum menyuruhnya untuk berbaring.

Selanjutnya, lelaki Hwang itu meraih telpon yang ada di atas nakas di sisi tempat tidur dan menghubungi asisten rumah tangga untuk menyiapkan bubur dan membawa kompresan padanya. Dan tak butuh waktu lama hingga seorang asisten rumah tangga datang dan membawa kompresan.

Setelah asisten rumah tangga itu mengatakan bahwa bubur masih dimasak dan keluar, Yunseong segera bergerak untuk mengompres Minhee.

“Kak?”

Di antara kegiatannya, suara lirih Minhee tiba-tiba terdengar. Membuatnya menghentikan sejenak kegiatannya dan menatap si manis.

“Kenapa?”

“Mau peluk.”

“Peluk?”

Mengangguk kecil, bocah Kang itu lalu mengulurkan kedua tangannya—memberi kode jika ia memang ingin dipeluk. Yunseong sendiri hanya tersenyum kecil sebelum meletakan terlebih dahulu handuk kecil yang digunakan untuk mengompres Minhee, sebelum meraih bocah itu untuk ia peluk.

“Kenapa sih?”

Pertanyaan itu Yunseong ajukan setelah si manis bersandar nyaman di pundaknya, sedang ia sendiri sibuk mengusap punggung yang lebih muda.

Gelengan samar ia rasa di pundaknya. Detik berikutnya, jawaban lirih bocah itu terdengar. “Gak apa-apa. Pengen peluk aja.”

“Gak mungkin dong. Kalo mau peluk, pasti ada alasannya.”

“Beneran gak ada, kok.” Jawaban pelan kembali terdengar, seiring dengan dirasanya pelukan Minhee yang semakin mengerat. “Cuma pengen ngerasain aja gimana rasanya dipeluk pas sakit.”

Lalu, lanjutan jawaban yang diberikan Minhee sukses membuat Yunseong diam. Gerakannya untuk mengelus punggung Minhee juga berhenti. Ia sempat diam selama beberapa saat sebelum menghela napas dan mengajukan sebuah pertanyaan.

“Kenapa gitu?”

“Ya, gue gak pernah.”

Yunseong kembali diam saat jawaban itu Minhee berikan. Ia juga masih tetap diam bahkan saat Minhee sudah sibuk mencari kenyamanan di pundaknya. Lalu, diamnya masih berlanjut hingga ketukan pada pintu kamar terdengar.

Tidak berniat melepas pelukannya, Yunseong menyuruh orang di luar sana untuk masuk. Ternyata adalah asisten rumah tangga yang datang membawakan bubur untuk Minhee, juga obat penurun panas untuk si manis.

Setelah asisten itu pergi dan menutup pintu, Yunseong memilih untuk menepuk pelan puncak kepala Minhee.

“Hee, makan dulu, ya.”

Minhee bergerak sedikit, melirik nampan yang ada di pangkuan Yunseong lalu kembali bersandar di pundak lelaki itu.

“Gak mau.”

“Jangan gitu dong. Lo lagi sakit loh ini, kalo makin sakit gimana?”

“Tapi, gue gak mau makan, kak. Gak ada selera.”

“Gak bisa. Lo harus makan.”

Berucap cepat, lelaki Hwang itu lalu memaksa Minhee untuk melepas pelukannya. Tapi, bocah itu bergerak cepat dan tetap memeluknya.

“Gak mau.”

“Makan, Minhee.”

“Gak mau makan.”

“Kalo lo gak mau makan, lo makin sakit. Lo sakit, gue masukin lo ke rumah sakit, terus tinggalin lo di sana.”

Ucapan Yunseong setelah itu sukses membuat Minhee menjauhkan wajahnya dari pundak lelaki itu dan menatapnya dengan delikan tajam. “Maksud lo, lo gak bakal jagain gue kalo gue makin sakit?”

Yunseong mengangguk langsung. “Gak.”

“Kok jahat?”

“Lo juga jahat sama diri sendiri. Tinggal makan doang biar gak sakit aja gak mau. Siapa coba yang lebih jahat?”

“Ih, lo ngeselin, kak!” Berucap kesal, si manis lalu melepas pelukannya dan kembali merebahkan dirinya ke atas ranjang sebelum menarik selimut untuk membungkus tubuhnya. “Gue kan masih mau peluk.”

Ucapan Minhee setelah itu sukses membuat Yunseong melongoh. Bocah ini kalau sakit jadi begini ya?

Meletakan nampan berisi makanan di atas nakas, Yunseong lalu menarik selimut. Tapi, Minhee bergerak cepat untuk menahan selimutnya.

“Makan dulu, Hee.”

“Gak mau. Gue ngambek.”

“Apaan ngambek pake bilang-bilang.”

“Bodoh, yang penting gue ngambek.”

“Makan dulu, baru ngambek lagi.”

“Gak mau. Gue maunya peluk.”

“Ya udah, ntar gue peluk. Tapi, makan dulu.”

Ucapan Yunseong setelah itu sukses membuat Minhee menyingkap selimutnya dan menatap Yunseong dengan senyum super lebar.

“Kelon.”

Mendengus kecil, Yunseong lalu mengangguk kecil dengan tangan yang bergerak meraih kembali nampan makanannya.

“Iya.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Thank you...

Boys be Ambitious || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang