⚘ Tujuh

364 73 9
                                    





“Kenapa tadi sama Yunseong?”

Minhee yang sedang menggerakan tangannya untuk melepas sabuk pengamannya jadi menggeleng begitu saja saat pertanyaan itu Yoonbin ajukan padanya. “Gak ada.” Jawabnya kemudian.

“Terus tadi kenapa bisa sama dia?”

“Gak sengaja ketemu aja. Katanya dia dari rumah sepupunya.”

“Terus?”

“Ya gak ada, cuma nawarin buat anterin aku pulang. Tapi aku gak mau.” Menatap kembali sang kakak yang masih menatapnya, Minhee lalu menggerakan tangannya untuk membuka pintu mobil. “Makasih, kak, udah jemput aku. Maaf ya, aku ngerepotin.”

“Gak apa-apa, kok. Justru kamu lain kali telpon kakak aja kalo pulangnya udah larut kayak gini.” Yoonbin menjawab tenang dengan tangan yang bergerak naik menepuk pelan puncak kepala Minhee. “Masuk sana, istirahat. Udah malam banget nih.”

“Kakak hati-hati.”

Lalu, setelah Yoonbin mengangguk, Minhee segera keluar dari mobil. Ia sempat melambai lagi pada sang kakak sebelum masuk ke dalam rumah

Keadaan rumah sudah sepi—jelas saja. Tidak ada yang tinggal di rumah besar itu selain dirinya dan tiga orang asisten rumah tangga. Di jam seperti ini tentunya para asisten rumah tangga itu sudah tidur semua.

Tidak langsung masuk ke kamarnya, Minhee memilih untuk duduk berhenti sebentar di ruang tengah. Duduk di sofa dalam diam dan memutar kejadian yang baru saja ia alami dalam otaknya.

Demi apapun, Minhee tidak pernah berpikir jika ajakan tiba-tiba Yunseong tadi berhasil mengangkat sebuah kenangan lama yang selama ini berusaha ia lupakan. Kenangan lama itu juga sukses membuat rasa takut yang selama ini bisa ia atasi dengan baik kembali berulah.

Dan Minhee bingung untuk hal itu.

Baru beberapa hari yang lalu ia mengatakan bahwa ia mau Yunseong. Lalu kenapa sekarang lelaki itu yang membuat rasa takutnya kembali? Dan jika sudah seperti ini, apa yang harus ia lakukan untuk rasa menggelitik yang mulai menghampirinya setiap kali melihat Yunseong?

“Gak boleh.”

Diam sesaat, Minhee meraih ponselnya, melihat jam pada layarnya dan kembali memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah ini.

“Gak boleh, gue gak boleh takut lagi. Baru kali ini gue bener-bener mau, jadi gue gak boleh takut lagi. Bukan kak Yunseong, jadi gue gak seharusnya takut.”














”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















“Gue baru sampe, kenapa lo udah tutup lagi?”

Yunseong mendengus kecil saat ia baru menutup pintu tokonya dan suara Jihoon sudah terdengar di belakangnya. Saat ia menoleh, sahabatnya itu memang ada di sana—bersama Yoshi yang juga menatap heran ke arahnya.

“Lo udah tutup?” Pertanyaan itu diajukan Yoshi kemudian. “Serius, Seong? Jam segini?”

“Hm.” Berdehem singkat sambil mengangguk kecil, Yunseong lantas maju dan mendekati dua orang itu. “Lagian udah habis semua.”

“Terus ini lo mau kemana?”

“Ketemu Minhee.”

WHAT?!”

“Heh anjir, yang bener aja lo?”

Jawabannya tentu saja mengundang reaksi tak percaya dari dua sahabatnya itu. Tapi Yunseong tetap seperti biasanya—tidak peduli. Memangnya apa yang salah juga? Ia memang ingin bertemu dengan Minhee.

“Kenapa sih?” Pertanyaan itu ia ajukan beberapa saat kemudian—saat Jihoon sudah maju dan bertindak seperti seseorang yang sedang memeriksa apakah ia sakit atau tidak.

“Gak sakit kok, Chi.” Jihoon berucap cepat pada Yoshi, lalu kembali menatap Yunseong dengan tatapan tak percayanya.

“Ya emang gue gak sakit, jingan. Maksud lo apa?” Tanya Yunseong yang mulai terlihat tidak senang dengan tingkah Jihoon—sukses saja membuat raut wajah pemilik marga Park itu mengeruh begitu saja.

“Kalo lo gak sakit, ngapain lo ketemu sama Minhee?”

“Urusan lo gitu?” Yunseong balik bertanya—tanpa menjawab pertanyaan Jihoon yang dirasanya tidak penting sama sekali. “Lagian, suka-suka gue dong kalo mau ketemu sama dia atau gak.”

“Yunseong sayang, dengerin gue.” Jihoon berucap cepat kemudian. Ia lalu maju lagi dan sok merangkul pundak Yunseong. “Minhee itu cuma bocah manja yang kerjaannya ngerepotin. Lo kalo...”

“Ngerepotin atau enggak, itu urusan gue sama dia.” Yunseong menyahut cepat, bahkan sebelum Jihoon menyelesaikan ucapannya. “Gue gak tahu apa masalah lo sama dia. Dan itu bukan urusan gue. Jadi kalo gue mau deketin dia atau gak, bukan urusan lo juga.”

“Seong, tapi...”

“Kalo gue suka sama dia, lo mau larang juga?” Yunseong kembali memotong ucapan Jihoon. Kali ini tatapannya benar-benar terlihat tidak senang sama sekali. “Ji, setelah kejadian itu, lo selalu bilang sama gue kalo lo mau gue bahagia. Kalo gue mikir, gue bisa bahagia sama Minhee, lo mau larang itu?”

“Gak gitu.”

“Terus?”

“Gue gak niat larang dan gue juga bakal dukung sama siapapun kebahagian lo. Tapi Minhee itu...”

“Jangan samain apa yang lo rasain ke dia dengan perasaan gue.” Yunseong benar-benar tidak senang mendengar Jihoon berusaha untuk mengatakan hal buruk tentang Minhee. “Gue bukan lo. Dan lo gak bisa larang-larang gue.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
























Thank you...

Boys be Ambitious || HwangMiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang