CHAPTER 10

3.7K 280 39
                                    

Lanjoy guys!


.
.
.




"Dengerin aku dulu."

"Aku nggak mau denger apa-apa, nggak ada yang perlu lagi dijelasin, aku benci kamu!" Kata (Namakamu) dengan histeris

"Beneran?"

Toeng!

Iqbaal sangat menghancurkan momen menyedihkan ini. Pria itu berucap dengan santai seolah tak ada apa-apa.

(Namakamu) terdiam, tangis nya sudah pecah semenjak Zidny pergi tadi.

"Beneran nggak usah dijelasin? Aku juga males ngomong sih sebenernya," Kata Iqbaal lebih santai dari kalimat sebelumnya.

Oh, Tuhan! Dosa apa (Namakamu) sampai memiliki suami seperti Iqbaal?

"Yaudah, kalo gitu yuk pulang!" Ajak Iqbaal

(Namakamu) menepis tangan Iqbaal yang berniat menggengamnya. Ia masih terisak dalam tangis pilu nya.

"Beneran mau pulang sendiri?"

(Namakamu) diam.

"Emang ada ongkos?"

Ingin rasanya (Namakamu) berteriak melampiaskan segala kekesalannya pada Iqbaal yang tampak tak berdosa.

Harga diri dan gengsi (Namakamu) seolah ditampar oleh Iqbaal. Ingin marah tapi (Namakamu) tidak punya ongkos untuk pulang sendiri.

Ini Ironi diatas ironi bukan?

"Ayo (Namakamu) bentar lagi maghrib," Bujuk Iqbaal sekali lagi

"Nanti aku jelasin semuanya dirumah." lanjutnya.

(Namakamu) tampak masih tak ingin bergeming meski banyak orang lewat yang menatap wajahnya yang berubah menjadi merah setiap kali menangis.

"Sayang .... Yuk!"

AAAA. Itu panggilan Iqbaal yang paling lembut yang pernah (Namakamu) dengar, (Namakamu) tidak bisa jika dibujuk seperti itu.

Finally, (Namakamu) merengek dan Iqbaal langsung merangkulnya sampai tiba didepan motor mereka.

Manjanya, istrimu Baal.


***



"Jangan bawa barang banyak-banyak (Namakamu), kalo kurang bisa beli di sana" (Namakamu) langsung menghentikkan aktifitasnnya memasukkan baju nya dan baju Iqbaal kedalam koper.

"Beneran? Kalo gitu nggak usah bawa koper sekalian aja Kak!" Usul (Namakamu)

Berniat membuat Iqbaal bangkrut 'kah?

"Ya, gitu juga (Namakamu),"

(Namakamu) terkekeh, ia hanya berniat menggoda Iqbaal saja tidak benar-benar dengan ucapannya.

"Emang kita berapa hari di sana Kak?" Ujar (Namakamu) kembali bertanya.

Setelah puas menangis sehabis pulang dari taman. Iqbaal membiarkan istrinya itu sebentar agar lebih lega jika menangis lalu kemudian baru menjelaskan tujuan nya ke Bali. (Namakamu) langsung diam, membuang sisa ingusnya pada Tissue lalu kembali merengek meminta ikut. Iqbaal tak bisa berbuat yang lain. Ia mengiyakan saja permintaan istrinya itu. Toh, (Namakamu) sudah berjanji tak akan ikut campur soal kerjaan Iqbaal.

(Namakamu) lebih memilih cuti kuliah dari pada harus hidup tidak tenang karena Iqbaal membawa racun ke Bali, ia harus melindungi Iqbaal dari hama itu. HARUS!

𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang