Danis tersenyum menyambut (Namakamu) yang berjalan dikoridor Pengadilan agama Jakarta Selatan. Hari ini sidang keputusan hak asuh anak. Danis tak susah-susah mengurus itu semua karena Iqbaal pun mengikuti sidang dari awal sampai akhir dengan tenang.
"Siap?" Tanya Danis saat (Namakamu) sudah ada dihadapannya. Wanita itu mengenakan pakaian yang tampak lebih dewasa dari biasanya, warna hitam mendominasi pakaiannya. Danis tau dari senyuman yang tersinggung itu ada duka yang tengah coba dikubur.
(Namakamu) mengangguk mantap. Meski style-nya sudah terlihat dewasa tetap saja wajah wanita itu masih terlihat imut hingga membuat Danis gemas dan mencubit pipinya itu.
"Iiihh, sakit tau!" Tukas (Namakamu) menepis tangan Danis
"Uuututut, mana yang sakit mana?" Kata Danis dengan gaya bicara seperti anak kecil.
(Namakamu) berdecih. "Dih, gue udah gede ya!" Ujar (Namakamu) lalu melangkah terlebih dahulu kedalam meninggalkan Danis diambang pintu.
"Iya Gede, kayak truk! Astaghfir—" Danis tersentak saat kepala (Namakamu) kembali menyembul didaun pintu memberikan tatapan tajam seraya memperlihatkan kepalan tangannya kewajah Danis.
"Iya—truk, truk maenan maksud gue, kecil gitu, imut, lucu, git—u," Ralat Danis sambil cengengesan.
(Namakamu) mendengus lalu kembali melangkah kedalam. "Janda kembang!" Gerutu Danis dengan suara pelan.
***
"Dengan ini saya nyatakan, Hak asuh anak yang bernama RANYA LESYA DHIAFAKHRI jatuh kepada Saudari (Namakamu) Pradipta!"
Tok, tok, tok.
Sidang berjalan dengan lancar, tak ada satu orang pun yang protes pada putusan hakim.
Iqbaal bangkit dari duduknya berjalan menghampiri mantan istrinya seraya mengajak keluar dari ruang sidang bersama.
"Anya gimana?" Tanya Iqbaal disela-sela mereka berjalan menuju parkiran.
"Baik, masih sering nanyain kamu sih, Ayah mana? Ayah kok nggak pulang-pulang, Ayah kerja mulu, sambil bibirnya tuh dimaju-majuin gitu, Hhh, tapi dia udah lebih ngerti kok, Aku yakin Anya anak yang pinter" Kata (Namakamu) sambil memperagakan gaya bicara Anya yang lucu lalu terkekeh geli.
Iqbaal ikut menyunggingkan bibirnya. "Kalo Anya perlu apa-apa, kamu bisa langsung hubungin aku."
(Namakamu) mengangguk. "Kalo kamu rindu sama Anya, 24jam pintu rumah kebuka buat kamu, datang aja kapan pun kamu mau, kak."
(Namakamu) mengulas senyumnya. Ya, ketika kita bukan lagi sepasang yang saling membahagiakan, kita masih bisa menjadi sepasang yang saling mengenang kebaikan 'kan?
Iqbaal mengangguk-anggukan kepalanya. Mereka berhenti saat sudah berada diparkiran.
"(Namakamu).."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END]
Fiksi Penggemar"Kamu lebih pilih aku atau sahabatmu? " Siapa yang akan Iqbaal pilih? Yuk Baca