CHAPTER 34

3.4K 272 22
                                    

Dipercepat ya, nggak ada ide.


***

Ranya Lesya Dhiafakhri. Iqbaal tersenyum menatap sang Putri yang berlari menyambut kepulangannya. Tak terasa empat tahun kehadiran gadis kecilnya telah memberi warna yang sangat meneduhkan hatinya. Beban dipundaknya seolah berkurang kala mendengar suara imut dan senyum manis Anya.

"Ayah! Anya rinduuu.."

Senyumnya tersimpul setelah mendengar suara kerinduan putrinya. Ia membawa Gadis kecil itu kedalam gendongannya. Mendengar celotehan riang sang Putri sambil berjalan memasuki kediaman nya.

"Lho, kakak udah pulang?" (Namakamu) menghampiri lalu mencium tangan suaminya. Iqbaal baru saja kembali setelah seminggu diluar kota. Tak ada yang berbeda, ia tetap kembali pada pekerjaannya. Meskipun masih enggan untuk bertegur sapa dengan Heri. Ah, Pria itu sudah mulai menua namun masih tangguh dengan pendirian nya.

"Anya, turun ya Nak, Ayah kan baru pulang pasti capek," Ujar (Namakamu) agar sang Putri mau turun dari gendongan Ayahnya.

Anya menatap polos Iqbaal. "Ayah capek?" Tanya nya mengundang kekehan kedua orangtua muda itu.

Iqbaal menggeleng. Mana bisa Iqbaal mengatakan lelah meskipun memang kenyataannya. Ia tak ingin putri kecilnya itu risau.

"Ayah nggak cape Bunda, Anya kan kangen Ayah.." eluh Anya lalu menelusupkan wajahnya pada lekukan leher Iqbaal semakin mengeratkan tangannya memeluk sang Ayah.


***

Iqbaal keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Ia menatap putrinya yang fokus menonton televisi yang memang ia pasang dikamar nya untuk menonton bersama. Tapi saat pertama kali tv itu dipasang Anya sudah menguasai nya lebih dulu dengan tayangan-tayangan Disney kegemaran nya.

Sementara (Namakamu) menggeledah isi laci meja rias lalu membawa bedak dan sisir untuk wanita itu bawa ke atas kasur guna mendandani putri mereka yang baru saja mandi dan memakai baju piyama.

Iqbaal menggeledah isi tas nya yang masih belum (Namakamu) rapihkan kembali kedalam lemari. Ia mencari sesuatu yang sempat ia beli untuk gadis kecilnya. Setelah menemukan barang itu ia berbalik menghampiri dua perempuan pujaannya. (Namakamu) fokus sekali menyisir rambut panjang Anya, rambut putrinya itu selalu dibiarkan panjang oleh (Namakamu) padahal sering kali Iqbaal geram dan ingin memotong rambut Anya sampai pendek setiap kali melihat putrinya itu risih dihalangi rambut panjangnya.

Iqbaal ikut duduk didekat mereka. Ia menyembunyikan terlebih dahulu barang itu dibelakang punggungnya.

"Ayah ada sesuatu.." Anya menoleh, gadis kecil itu mengerjap bingung. "Coba tebak.." Lanjut Iqbaal.

"Ice krim!" Pekik Anya.

Iqbaal menggeleng lalu melirik (Namakamu) yang pura-pura sibuk menyisir rambut putrinya. Huft. (Namakamu) pasti selalu memberikan Anya ice krim selagi ia tak ada dirumah. Iqbaal sangat protektif sekali pada putrinya, hingga banyak hal yang ia larang demi kebaikan Anya. Padahal (Namakamu) selalu tidak tega jika gadis kecil itu menangis ketika tak diberikan kemauan nya. Maka dari itu (Namakamu) sering memberikannya diam-diam setiap kali Iqbaal tak ada.

"Jangan Sering-sering makan ice krim, ya!" Kata Iqbaal mencolek hidung putrinya itu. Anya mengerucutkan bibirnya lucu.

"Ice krim enak, Ayah."

𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang