"Biarlah bila apa yang kamu lakukan itu kamu anggap baik. Aku hanya bisa berusaha tak berburuk sangka padamu."
"Mamaaaa!!! Agil tuh!" Pekik (Namakamu) di ujung tangga, sementara Agil sudah lolos dengan berlari menuruni tangga dengan cepat dan melompat di tangga kelima terakhir.
Nadine berdecak. Selalu seperti ini setiap adik-kakak itu bersama. (Namakamu) yang manja dan Agil yang usil. Punya anak dua saja bagaikan punya anak se-lusin. Ck
Agil berhenti mendadak dari lariannya saat seorang Pria paruh baya yang masih terlihat gagah dengan badannya yang tinggi tegap menghadangnya.
"Agil tuh Pa! Gangguin aku terus! "Pekik (Namakamu) masih di atas tangga.
Agil terlihat cengengesan. Begini jika mengusili wanita manja. Ngadunya sama Papa!
Aji hanya berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menjejal mulut Agil dengan pisang goreng yang sisa setengah ia makan.
"Enak. Mama yang bikin?" Tanya Agil yang malah menikmati pisang goreng itu.
"Yoi." Jawab Aji lalu ikut kembali ke dapur mengambil pisang goreng berikutnya.
"Kakak! Sini ikut makan pisang goreng! " Kata Nadien mengeraskan suaranya.
Pluk!
Agil mengusap tangannya yang tadi di tepis Nadien saat hendak mencomot pisang goreng itu.
"Masih panas ih, pake Tissue gih" Kata Nadien
"Sini Kak!" Ujar Aji saat melihat sang Putri sudah tiba di dapur. Pria itu memberikan satu kursi mini Bar di sebelahnya.
Setelah duduk (Namakamu) menatap Nadien sayu.
"Mama ... " Rengek nya setiap kali memanggil ibunya itu. Ah, Nadien dan Aji tak pernah kehilangan gadis kecil manjanya meski (Namakamu) sudah dewasa dan menikah.
"Hm?"
"Mau manisan cermai, kayak dulu" Ujar (Namakamu) mengundang tatapan kedua Pria yang memiliki wajah hampir sama.
"Lo ngidam Kak?"
"Papa bakal dapet cucu ya?"
(Namakamu) berdecak, apalagi Nadien juga ikut menatapnya penasaran.
"Apaan sih. Orang aku baru aja baru dapet." Gumam (Namakamu)
Mereka bertiga sama-sama menghela kompak membentuk hurup O pada bibirnya.
"Pantes Sensi!" Gumam Agil.
"Pantes aja lemes banget, nanti Mama buatin herbal pereda rasa sakitnya deh." Kata Nadien yang sudah hafal jika Putrinya sedang kedatangan tamu bulanan pasti akan mengeluh sakit dan lemas.
"Manisannya gimana?" Tanya (Namakamu) yang tiba-tiba menginginkan makanan kesukaannya sewaktu kecil.
"Nanti sekalian Mama bikinin"
(Namakamu) bersorak riang. "Yee! Makasih Mama, "
"Ngampus nggak Kak?" Tanya Aji
(Namakamu) mengangguk. "Ada kelas Bu Ben Pa, penting. Aku pernah sekali nggak masuk kelasnya soalnya."
Aji mengangguk faham.
Agil melirik mereka lalu mencolek-colek lengan besar Ayahnya. "Agil nggak di tanya Pah?" Ujar Agil
Nadien diam-diam tersenyum. Agil selalu tak mau kalah dari Kakaknya. Bungsu nya itu kadang selalu ingin juga di perhatikan meski pun sudah besar.
"Kamu kan libur. "
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END]
Fanfic"Kamu lebih pilih aku atau sahabatmu? " Siapa yang akan Iqbaal pilih? Yuk Baca