CHAPTER 2

4.4K 312 11
                                    








"Sarapan nya kak" ujar (Namakamu) menyodorkan sepiring Sandwich bikinannya pada Iqbaal

"Makasih. " kata Iqbaal dan melahap Sandwich isi daging itu

(Namakamu) ikut duduk disebelah Iqbaal ikut menyantap sarapannya.

Disela-sela menghabiskan sarapannya, (Namakamu) berujar menghentikan keheningan

"Nanti siang temenin aku belanja bulanan ya kak"

"Kan ada Bi Atik" ucap Iqbaal membuat (Namakamu) memberenggut, selalu seperti ini, kapan Iqbaal akan langsung mengatakan YA tanpa alasan terlebih dahulu

"Bibi lagi izin" kata (Namakamu) sambil memperhatikan Iqbaal yang masih fokus mengunyah

"Jadi gimana? Mau nggak nemenin aku belanja?"

"Kalo aku bilang sibuk, kamu mau belanja sendiri?" tanya Iqbaal balik

"Engga. Aku minta temenin Aron" pancing (Namakamu) ingin tau respon Iqbaal dengan membawa nama Aron yang sebelumnya sempat menjadi salah paham mereka. Meskipun jika Iqbaal tetap menolak (Namakamu) tidak akan mengajak Aron juga, bisa-bisa ia tambah darah tinggi karena Aron yang lebih menyebalkan dari pada suaminya yang jutek itu.

"Yaudah. "

"Yaudah apa?"

"Yaudah iya, aku temenin"

Senyum (Namakamu) mengembang. "YES!"

"Tapi jangan banyak berharap, kalo nanti siang aku ada meeting, terpaksa nggak jadi" kata Iqbaal mengingatkan

"Iya . Aku tunggu nanti siang"

***

Siang nya. (Namakamu) benar-benar menunggu kabar dari Iqbaal jika pria itu jadi atau tidak menemani nya belanja. (Namakamu) berusaha tidak banyak berharap tapi tetap saja rasa berdebar antusias di dadanya membuat (Namakamu) sudah rapih saja dengan penampilannya.

Berkali-kali mengecek Hp (Namakamu) memutuskan untuk menelepon Iqbaal agar ia tidak perlu menunggu terlalu lama seperti sebelumnya. Yang ia ingat ia sangat kecewa karena menunggu Iqbaal yang berjanji akan makan siang dengannya namun nyatanya tidak jadi karena Iqbaal sibuk. Itu membuatnya kecewa karena sudah menunggu terlalu lama dan hasilnya mengecewakan. Dan sekarang ia tidak ingin kembali menyiksa dirinya sendiri

Nada panggilan tersambung membuat (Namakamu) berdoa semoga suaminya itu bisa.

"Halo?"

"Halo kak, jadi nggak?"

"Iya. Ini aku lagi dijalan"

Akhir nyaaaa!

"Iyaudah, aku tunggu. Hati-hati"

Panggilan terputus. (Namakamu) menahan jeritannya, sebahagia ini dia? Karena sudah lama tidak Me time berdua dengan suaminya (Namakamu) sampai seperti ini hanya karena akan berbelanja ditemani Iqbaal. Andai suaminya lebih peka ...

***

(Namakamu) tersenyum melihat mobil Iqbaal memasuki garasi dan kembali parkir menuju kedepan gerbang terlebih dahulu sebelum akhirnya membunyikan klakson agar (Namakamu) segera masuk

(Namakamu) membuka pintu disebelah pengemudi dan langsung melihat Iqbaal yang menatapnya. Oh, (Namakamu) seperti pertama kali jatuh cinta lagi sampai se deg-degan ini.

"Mau langsung ke supermarket?" tanya Iqbaal

(Namakamu) mengangguk setelah memakai Seltbelt nya "Iya"

Baru saja Mobil Iqbaal kembali keluar dari pekarang rumahnya, (Namakamu) menggeledah dashboard mencari-cari sesuatu

"Nyari apa?" tanya Iqbaal

"Tissue dimana ya?"

"Tissue yang ini (Namakamu)?"

Deg.

(Namakamu) menoleh ke belakang, ia melongo menatap Zidny yang menyodorkan sekotak Tissue padanya. Kenapa Zidny ada didalam mobil dan kenapa ia sampai tak menyadari itu?

(Namakamu) melirik Iqbaal yang sepertinya mengetahui kebingungannya

" Zidny juga mau ikut belanja (Nam), jadi sekalian aja biar cepet karena abis ini aku ada meeting sama pak pram bareng Zidny" kata Iqbaal yang membuat bulu kuduk (Namakamu) tiba-tiba berdiri. Mungkin karena rasa kecewa mulai timbul didalam sana

"Gapapa aku ikut sekalian (Nam)?" tanya Zidny karena (Namakamu) yang masih diam

(Namakamu) mengangguk dan memaksakan senyumnya

"Kalau gue ganggu kalian gue bisa turun didepan kok"

Bukan kalau. Lo emang ganggu kampret.

"Gapapa kok Zee, santai aja" kata (Namakamu)

"Oke."

Sianying bukannya ngotot turun karena alesan nggak enak, apa kek, kayak kera lo nangkring mulu dihubungan orang.

***

Selama berbelanja bukannya belanja yang lain Zidny malah mengikuti (Namakamu) dan Iqbaal dan kadang membeli barang yang sama, entah apa maksudnya tapi (Namakamu) benar-benar merasa risih

"Lo beli udang buat siapa (Nam)?" tanya Zidny

Nanya mulu ni orang kek turis kesasar.

"Buat Kak Iqbaal"

"Loh, Iqbaal kan alergi udang"

(Namakamu) refleks menatap Iqbaal "Kamu alergi udang?"

Iqbaal mengangguk. Astaga? Yang benar saja. (Namakamu) merasa malu sekaligus down kenapa ia tidak tau tentang Iqbaal dan kenapa Zidny lebih tau daripada nya?

"Bukannya dulu kamu pernah makan udang waktu main kerumahku pas kita masih pacaran ya?" ujar (Namakamu) yang tidak ingin kalah dari Zidny

Baru saja Iqbaal akan membuka mulutnya suara Zidny menghentikan

"Oh, jadi yang kasih Iqbaal udang dua tahun yang lalu itu kamu, Iqbaal kan langsung masuk rumah sakit gara-gara itu"

Ok sip. Tingkat ke Insecure - an (Namakamu) naik 80%

"Ohya, aku nggak tau soalnya" ucap (Namakamu) dengan nada rendah

"Gapapa. Kalo kamu mau kamu bisa tanya soal Iqbaal sama aku"

Ngapain? Mending gue tanya Bunda dari pada elo, kurap.

(Namakamu) hanya mengangguk.

"Jadi, kemana lagi nih kita?"

Kita? Gue sama Iqbaal aja kali, Lo mah ke ancol aja sono tenggelem.

(Namakamu) menarik nafas. Berusaha meredakan rasa kesal nya yang selalu naik jika menyangkut soal Zidny

"Eum. Aku mau liat-liat barang elektronik kak" ujar (Namakamu) mengabaikan Zidny dengan melirik Iqbaal yang tengah menatap jam tangan dipergelangan tangannya

"Kamu bisa sendiri dulu nggak (Nam), aku sama Zidny harus langsung ke Resto, pak pram lima belas menit lagi sampe soalnya"

Bahu (Namakamu) merosot. Oh ayolah, hal ini sudah sering terjadi, biasakan diri lu (Namakamu). Jangan egois plis!

Meski kecewa tapi (Namakamu) tetap mengatakan "Oh. Oke"

"Hati-hati. "






















-rencana mau ngetik pendek-pendek aja biar next terus, gimana menurut kalian?

𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang