CHAPTER 12

3.1K 279 26
                                    


Dengan Style kerennya, (Namakamu) memasuki mobil, menunggu Iqbaal yang sedang memasukkan koper mereka ke dalam bagasi. Hari ini pemberangkatan mereka ke Bali.

Iqbaal masuk dan menutup pintu mobilnya menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju Bandara.

Selama di dalam mobil (Namakamu) terus memakan berbagai jenis Snack, wanita itu benar-benar rakus ternyata bahkan setelah mereka menyantap sarapan sandwich tadi.

"Mau nggak?" Tawar (Namakamu) memberikan satu potong keripik rasa Barbeque didepan bibir Iqbaal

Pria itu menggeleng. Namun (Namakamu) tetap memaksa yang akhirnya Iqbaal menerima suapan itu.

::

Setelah sampai di Bandara, Iqbaal mengajak (Namakamu) untuk langsung ke bagian pemberangakatan, disana Sudah ada Zidny dan Saipul yang sudah menunggu.

(Namakamu) tetap tersenyum menanggapi Zidny yang menyapanya. Meskipun dalam hatinya berkata lain.

"Untung bapak nggak terlambat Pak, lima menit lagi kita masuk" Ujar Saipul yang memang sudah was-was sedari awal pengumuman keberangkatan yang katanya sepuluh menit lagi.

"Biasa Pul, Jalanan macet udah jadi hal utama"

"Ya, asal jangan percintaan aja yang macet Pak," Kata Saipul melirik Zidny

"So banget mantep lu Pul, Ah!" Ujar Zidny setelah memukul belakang kepala Saipul.

Suara seorang wanita khas terdengar di pengeras suara, memberitahukan agar seluruh penumpang keberangkatan ke Bali menuju Pesawat.

Iqbaal menyeret dua koper miliknya dan milik (Namakamu) lalu berjalan bersama yang lainnya ke arah pengumpulan tiket.

Zidny yang berjalan lebih dulu di susul oleh Saipul yang menampilakan senyuman konyol.

"Mau Abang bantu bawa kopernya?" Ujar Saipul yang memang selalu menggoda Zidny sebagai candaan.

"Nggak usah!" Ketus Zidny setiap kali Saipul mengganggunya.

***

(Namakamu) dan Iqbaal duduk di satu tempat yang sama, (Namakamu) memilih di dekat jendela. Sementara Zidny di kursi sebelah dekat Iqbaal. Baru saja Saipul duduk bersama Zidny, wanita itu langsung mengusirnya karena secara tidak langsung Saipul menghalangi ia untuk bebas dekat dengan Iqbaal. Ia hanya berdalih ingin duduk sendiri.

Suara seorang Pramugari terus terdengar memberitahukan segala persiapan penerbangannya. Semua yang ada di pesawat menurut.

Hingga sampai pesawat Take Off. Mereka menikmati perjalanan dengan tenang. Ada yang memilih tertidur agar cepat sampai.

Iqbaal menoleh saat ada yang menarik baju nya pelan, seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur 5 tahun menatapnya.

"Om, namanya siapa?" tanya anak itu polos.

Iqbaal tersenyum singkat. "Iqbaal."

"Iqbaal aja?" Oh, anak itu menggemaskan sekali.

"Iqbaal Ramadhan."

Anak itu terdiam namun tetap menatap Iqbaal polos.

Mungkin anak itu ingin mengobrol dengan Iqbaal. Karena itu Iqbaal gantian bertanya. "Namamu?"

Anak itu berkedip tak mengerti maksud pertanyaan Iqbaal. Mungkin jika (Namakamu) tak tertidur wanita itu yang akan menjelaskan maksud suaminya bertanya tanpa ekspresi itu.

Saipul yang duduk dibelakang kursi Iqbaal ikut nimbrung dalam percakapan dua lelaki beda generasi itu.

"Maksud Om-nya, kalo nama kamu siapa, adik manis?" Ujar Saipul

𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang