"Baal..."Iqbaal yang sedari tadi fokus menatap laptop mengalihkan pandangannya pada Zidny yang menatap nya ragu-ragu. Menahan sesuatu dengan menggigit bibir bawahnya.
"Kenapa?"
"Kemarin.. Tante Rike datang ke rumah gue," Ujar nya agak ragu.
Iqbaal menaruh kertas ditangan nya pada tumpukan kertas lain yang sudah ia tanda-tangani. Menghela nafas Iqbaal menatap Zudny menaikan satu alisnya sambil menatap tumpukan kertas itu untuk Zidny bawa.
"Abis ini Meeting di mana?"
Zidny menoleh. Lagi-lagi Iqbaal selalu mengalihkan pembicaraan jika mengenai orangtuanya. Iqbaal sungguh tidak ingin perduli.
Zidny kembali mengambil tumpukan kertas tadi. "Kita udah nggak ada pertemuan klien lagi kok," Katanya pasrah.
"Pak Bos!"
Perhatian mereka teralihkan pada Saipul yang berdiri di ambang pintu.
"Pak Heri.. Menuju ke sini."
Zidny ikut menatap Iqbaal. Entah apa lagi yang akan dilakukan Pria itu pada Iqbaal.
***
"Mau apa Ayah ke sini, Iqbaal harus segera pulang."
Heri mendekati Iqbaal dan menyangga kedua tangannya diatas meja. Memberi jeda sedikit dengan menatap putranya itu lamat.
"Ayah undang kamu makan malam dirumah. Kalo mau, istrimu juga bisa kamu bawa. Ayah akan memperkenalkan kan kamu pada rekan lama Ayah."
Bisakah Iqbaal menolak permintaan, Ayahnya?
"Aku sibuk. Mama Nadien berulang tahun hari ini."
"Kamu lebih mementingkan mereka dari pada Ayahmu sendiri?" Tegur Heri tak terima.
"Mereka orangtuaku, keluargaku. Ayah tau? Bahkan Ayah lebih mementingkan bisnis-bisnis Ayah dari pada aku"
Heri semakin mengeraskan rahangnya saat Iqbaal melewati nya begitu saja. Ia menendang meja Iqbaal keras lalu berjalan lebih dulu setelah mengucapkan kalimat ancamannya.
"Datang malam ini atau akan ku buat keluarga itu hancur!"
***
Iqbaal berdiri menatap rumah mewah dihadapannya. Heri selalu menang dalam mengendalikan boneka nya. Iqbaal tak bisa melakukan apa-apa selain terus kembali pada pemiliknya.
Entah akan terus seperti Bear, apa Iqbaal akan memilih menjadi Chukky yang membunuh pemiliknya sendiri.
Oh. Apa Iqbaal harus menjadi jahat untuk terbebas dari kekangan itu?
Elusan lembut dibahunya membuat Iqbaal beralih dari pemikiran jahat nya. Tidak! Iqbaal tidak akan melakukan hal bodoh yang malah akan menghancurkan istri dan anaknya. Iqbaal tak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri.
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya (Namakamu) lembut meyakinkan Iqbaal apa mereka bersungguh-sungguh akan mendatangi acara makan malam itu. Perasaannya agak tidak enak malam ini. Tapi demi Iqbaal ia rela absen diacara kecil-kecilan dirumah Mama Nadien karena ibunya itu tengah berulang tahun hari ini.
"Harusnya aku yang tanya, kamu nggak apa-apa?"
Bukannya menjawab (Namakamu) malah asik mengusap perutnya. Seolah tengah berbicara dalam hati dengan buah hati mereka.
"Kata dedek nya Ayah sedih. Kenapa?" Tanya (Namakamu) menatap Iqbaal sendu.
Iqbaal mengerutkan dahinya bingung. Apa benar seorang ibu bisa mengajak bicara sang buah hati yang masih di dalam perut?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END]
Fiksi Penggemar"Kamu lebih pilih aku atau sahabatmu? " Siapa yang akan Iqbaal pilih? Yuk Baca