CHAPTER 38

2.7K 246 68
                                    

"Gue fikir siapa tadi, lo beda banget"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue fikir siapa tadi, lo beda banget"

Zidny mesem, melipat kedua tangan nya didepan dada. "Lo juga... gini-gini aja!" Iqbaal tertawa renyah. Merasa ujung bajunya ditarik Iqbaal menoleh pada Anya yang bingung Ayahnya berbicara dengan siapa.

"Ayah.." Lirih Anya karena takut pada Zidny yang tak ia kenal.

Zidny tertawa haru. Ia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Anya. Mengelus lembut pipi chubby gadis kecil itu. Tak dapat Zidny pungkiri ia masih tak percaya Iqbaal sudah memiliki buah hati. Ego nya membawa Zidny pada selain dirinya, Zidny benar-benar mengubah cara berfikir dan gaya hidupnya. Ia sudah ketergantungan dengan Iqbaal awalnya, tapi dititik lain ia sadar Iqbaal tak bisa terus bersamanya. Iqbaal punya kehidupannya sendiri dan tak ada alasan bagi Zidny untuk terus berada dalam kehidupan Iqbaal.

Saat tahu (Namakamu) baru saja melahirkan buah cintanya dengan Iqbaal, hal itu sungguh menampar keras Zidny. Ia merasa hatinya lebam tanpa diusik. Zidny mungkin bisa menuruti ego-nya dan menjadi jahat kepada (Namakamu) tapi sungguh ia tak akan mampu menyakiti gadis kecil hadapannya ini.

Zidny menghilang karena kelahiran Ranya, dan sekarang, Zidny kembali juga karena Ranya. Jika dekat dengan Iqbaal membuat hati seseorang terluka, setidaknya jika bersama putri Iqbaal, (Namakamu) tidak terlalu cemburu.

"Hai cantik, nama Tante Zidny. Temennya Ayah Iqbaal" Ucap Zidny lembut dengan mata yang berbinar memandang buah cinta Iqbaal sudah tumbuh besar.

Anya mendongak menatap Iqbaal. Iqbaal meyakinkan putrinya itu dengan senyuman nya, Anya kembali menatap Zidny, apapun yang berhubungan dengan Ayahnya, Anya akan menyukai nya.

***

"Lama banget ya kita nggak ketemu,"

Zidny melirik wanita disebelahnya yang masih menatap kosong ke depan. Ia tersenyum saat (Namakamu) masih kaku kepadanya. Padahal kan mereka sempat saling bertukar pesan singkat sehari setelah Zidny pergi Paris.

"Nggak tau ya, gue masih bisa manggil Lo bocah lagi atau gimana," Zidny menjeda dengan kekehannya. "Lo udah lebih dulu punya anak dari pada gue."

"Pasti seru, bangun pagi sibuk, bangunin anak suami, becanda-becanda sama mereka.. " Zidny lagi-lagi menjeda kalimatnya dengan menghela "... Lo Beruntung."

"Andaikan gue diberi kesempatan punya kebahagiann kayak Lo, huft. Sayangnya gue nggak seistimewa lo" (Namakamu) menatap sendu Zidny yang menunduk tertawa tapi suara tawa nya terkesan dipaksakan.

Apa Zidny baik-baik saja selama ini?

Beberapa saat Zidny menghela nafas panjang. Ia kembali menampilkan senyumnya. Menyentuh tangan (Namakamu) sekilas untuk berpamitan dari sana.

"Gue cabut ya, titip salam buat Ranya."

Dalam waktu singkat (Namakamu) bergulat dengan pikirannya. Ia merasa ada yang berbeda dari Zidny. Wanita itu terlihat sangat kuat tapi terkesan Rapuh.

𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang