CHAPTER 33

3.4K 316 79
                                    

Praayy!

(Namakamu) meringis merutuk dirinya sendiri yang sangat ceroboh, memegang gelas saja sampai jatuh.
Pelan-pelan (Namakamu) berjongkok untuk mengambil beberapa pecahan kaca. Lagi, wanita itu memang pantas disebut ceroboh saat telunjuk nya berdarah terkena pecahan kaca itu. Meringis ia berjalan kearah kotak obat P3K membalut jarinya yang luka dengan plaster.

Ting nong!

Iqbaal sudah pulang? Cepat sekali. (Namakamu) menyingkirkan pecahan kaca tadi ke pojok dahulu agar tidak terlalu berserak menggunakan sapu. Ia menyangga pinggang nya setiap kali berjalan.

Memutar knop pintu (Namakamu) langsung membuka nya saja karena ia menyangka yang datang adalah suaminya. Namun saat pintu sudah terbuka lebar (Namakamu) menatap seseorang yang berdiri dihadapannya dengan senyuman miring dan tatapan yang tak bisa diartikan.

***

Iqbaal duduk dikursi samping brankar. Ia menatap lamat Zidny yang masih belum sadarkan diri disebuah brankar. Kaki wanita itu baru saja dipasangkan gips karena patah tulang. Ah, Iqbaal menyesal sekali tak mengetahui apapun tentang ini.

Iqbaal sontak berdiri saat melihat Zidny mulai terusik dan perlahan membuka matanya. Ia menyingkirkan beberapa helai rambut Zidny yang menutupi wajah wanita itu. Mengusap lembut dahi Zidny yang terbalut plaster.

"Zee," mendengar suara Iqbaal Zidny membuka matanya. Ia tak percaya Iqbaal ternyata ada disini. Wajah pria itu memang terlihat biasa saja tapi Zidny tau keberadaan Iqbaal disamping nya karena pria itu khawatir.

"Lo kok disini Baal?" Tanya Zidny dengan nada yang masih lemah.

"Lo mau gue pulang?" mendengar jawaban sekaligus pertanyaan Iqbaal membuat Zidny terkekeh. Iqbaal membantu wanita itu yang hendak bangun dari tidurnya.

"Makasih," kata Zidny setelah Iqbaal menyodorkan botol aqua padanya.

"Kenapa bisa jatuh?"

Zidny mengembalikan botol itu pada Iqbaal setelah meminumnya sedikit. "Ya kan gue manusia, kalo bidadari juga gue udah milih terbang, kalo jadi air gue menguap, fyuh!"

Krik Krik.

Zidny memberenggut menatap Iqbaal yang tak mengeluarkan ekspresi apapun. Memukul dada Iqbaal pelan wanita itu bergerutu.

"Ketawa kek lo!"

"Ga lucu."

Zidny berdecak. "Gue ngilang baru bisa terlihat lucu dimata lo, ya"

"Lo mau?"

"Iya, gue mau menghilang aja. Shup! Magic" ucap Zidny terdengar misterius

"Jangan."

"Kenapa?"

"Sedih,"

Zidny terdiam mendengar jawaban Iqbaal. Ia hanya bercanda soal ingin menghilang, tapi dari jawaban Iqbaal yang tak pernah berbohong ia tau Iqbaal pasti akan mencarinya jika ia benar-benar menghilang. Ah! Kenapa ruangan ini terasa lebih sesak sih.

Mengulum senyumnya Zidny mencubit gemas pipi Iqbaal yang masih terlihat datar. Benar-benar mencubitnya hingga pipi Pria itu memerah.

"Iiii, gemes banget gue sama lo!" geram Zidny

Iqbaal melepaskan tangan Zidny dari wajahnya berganti membawa wanita itu kedalam rengkuhannya.

***

"Zidny dan Iqbaal pernah dikabarkan pernah tidur bersama saat acara dipuncak. Ya, lo ngerti kan maksud gue, itu juga yang ngebuat gue lebih milih berpaling aja dari dia, Iqbaal nggak terima dan malah ngehajar gue gitu aja, gue nggak ngerti kenapa dia semarah itu, harusnya saat itu gue yang marah karena ngerasa dikhianati. Ya.. Tapi itu udah kejadian dulu, gue nggak tau lagi mana yang bener mana yang salah. Biasa hal kayak gitu. "

𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang