CHAPTER 58

3.6K 292 209
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi menyingsing membuat matahari menerobos masuk pada gorden kamar yang tipis. Seorang wanita diatas tempat tidur bergeliat membuka matanya perlahan lalu tersenyum saat melihat wajah sang suami yang masih terlelap disebelahnya.

Tapi tunggu...

Suami?

"Hah!" (Namakamu) langsung terduduk saat menyadari ia menyandang status janda beberapa minggu ini. Panik (Namakamu) memeriksa pakaiannya yang ternyata masih lengkap.

Melirik seorang Pria disebelahnya, (Namakamu) menajamkan matanya, ia tak mungkin berhalusinasi sampai senyata ini kan?

Penasaran (Namakamu) mendekatkan wajahnya, mengerutkan dahinya menatap lekat wajah itu yang tak juga menghilang ataupun berubah. Demi meyakinkan penglihatannya bahwa itu nyata, (Namakamu) menyentuh pipi Iqbaal dengan telunjuknya.

Tak menghilang.

Semakin bingung (Namakamu) memencet hidung Iqbaal keras. Pria itu membuka mata tiba-tiba. Beberapa saat mereka tak jua menghilang, entah ia yang menjadi halusinasi Iqbaal atau Iqbaal yang menjadi halusinasi nya, tapi sungguh ini terasa nyata!

Kedua mata yang masih saling memandang itu mengerjap bersamaan. Lalu secara bersamaan juga mereka berteriak kaget.

Kenapa?

(Namakamu) dan Iqbaal tidur bersama?

Kok bisaaa?

"Kalian ngapain?"

Suara Papa Aji yang datang bersama Anya membuat mereka menoleh pada Pintu yang memang tak ditutup semalaman.

Kedua insan itu masih sangat amat terkejut. Sampai Pekikan Nadien dari arah dapur membuat mereka tersadar. 

"HEY! AYO PADA SARAPAN SINI, SEMUA!"

***

Suasana dimeja terasa sangat Akward khususnya hanya untuk (Namakamu) dan Iqbaal, yang lainnya tampak biasa saja seolah mereka masih suami istri. (Namakamu) tidak menyangka dan masih tak ingat kenapa ia bisa seranjang dengan Iqbaal. Apa tidak ada yang melarang mereka?

"Uhuk! Uhuk!"

Iqbaal cepat-cepat memberikan minum pada (Namakamu) yang terbatuk-batuk itu. Meski canggung (Namakamu) tetap menerimanya.

"Bukannya pelan-pelan kalo makan Kak," Kata Nadien

"Salting kali, Ma. Ada Mantan." Sahut Agil membuat Aji menginjak kaki anaknya dibawah meja hingga menjerit karena bobot Kaki Aji yang lumayan.

"Udang nya dimakan Baal," Ujar Nadien karena sedari tadi tak melihat Iqbaal menyentuh udang sama sekali

Iqbaal hanya diam saja. Saat Nadien akan menuangkan udang itu kedalam piring Iqbaal (Namakamu) menahannya.

𝐎𝐮𝐫 𝐌𝐚𝐫𝐫𝐢𝐚𝐠𝐞𝐬 [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang