12. Vincent.

100 10 0
                                    

"Anjir si Valdo kenapa tuh?"
"Wahh bakal ada cinta segitiga, maybe."
"Valdo cembokur?"
"Dihh drama mulu,"
"Huuuuuuuu,"

Dan masih banyak lagi cibiran tanda tak suka yang di lontarkan. Disini memang tidak ada geng yang berisikan cewek yang suka membully. Kalaupun ada, geng itu pasti akan di bully kembali oleh Valdo dkk.

Semuanya netral disini. Peraturan sekolah yang cukup ketat membuat hampir semuanya patuh pada peraturan yang di tegakkan. Kecuali Valdo dkk dan Reva.

"Yaelah apaan lagi si, Val?" Ledek Vincent gemas.

"Lo murid baru, gausah sokab ama cewek lain,"

Vincent mengerutkan alisnya, melepaskan tautan nya dengan Reva dan berdecih sebal. Reva melihat sekeliling pergelangan tangannya yang memerah. Ini semua ulah Valdo.

"Ni sekolah juga punya gue, Val, lo lupa?" Sinis Vincent. Seisi kelas terkejut bukan main. Ternyata Vincent adalah salah satu anak pemilik sekolah ini juga. Valdo memasang wajah kesal, sangat kesal dengan penuturan Vincent yang menurutnya terkesan 'Sok Jago'.

"Kalian adik kakak?" Tanya Reva tiba-tiba.

"Bukan," Jawab Valdo seadanya.

"Terus?"

"Gausah kepo bisa gak si?" Kesal Valdo.

"Yaelah cuma nanya,"

"Wissss, gausah kasar gitu dong ama cewek, Val, cewek nih, cewek."

"Vin, lo alay banget." Cibir Reva kesal karena sejujurnya dalam keadaan seperti ini Reva merasa sangat pegal dan panas. Apalagi jika ia harus di kelilingi banyak cewek di kelasnya.

"Gue bener kan kalo lo itu cewek?"

"Kekuatan gue bisa sepuluh kali lipat dari tangan si Valdo," Ucap Reva santai dan berlalu pergi meninggalkan kerumunan yang sangat ia benci.

Setelah Reva pergi, suasana kelas tak lagi memanas. Karena menurut mereka Ratu lebah nya sudah pergi meninggalkan pertarungan.

"Jadi, Vin, lo juga anak pemilik sekolah?" Tanya Fira, cewek sok cantik yang suka cari perhatian dengan cowok-cowok macam Valdo dkk.

"Sibuk aja lo," Semprot Genta. Fira mengerucutkan bibirnya sebal ke arah Genta. Tak lama, Fira memukul bahu Genta lalu mengibaskan rambutnya sampai mengenai mata Genta.

"Sakit anjing mata gue," Cibir Genta kesal sambil mengucek mata kanannya. Daren menertawai ke arah Genta yang memasang wajah datar.

"Bubar lo semua!! Ngapain ngumpul disini!!" Bentak Valdo sarkastik.

"Val, kita perlu ngomong, ruangan atas kamar dua," Ucap Vincent sinis lalu berlalu keluar dari kelas.

"Waduhh si Vincent mau ngomongin apaansi, Val? Serius amat kayaknya?" Tanya Daren heboh.

Valdo tak menjawab, ia ikut menyusul Vincent.

"Ehh tungguin, Val!!" Jerit Daren dan Genta lalu mengikuti Valdo.

Bella yang daritadi memperhatikan keributan mulai menyimpulkan sesuatu. Ia tersenyum sinis.

"Jadi, sekolah ini milik dua keluarga? Varenskia dan Greelia? Kenapa Vincent baru masuk setelah satu tahun berlalu? Kok muka Vincent sama Reva hampir mirip? Atau jangan-jangan...."

"Woy, Bel, ngomong apaan lo barusan?" Tanya Gaby penasaran.

Bella hanya tersenyum sambil menggeleng.

"Ngga ada apa-apa kok, Gab,"

"Bohong ya lo?"

"Serius gak ada apa-apa,"

"Ohh, yaudah btw, lo udah berhasil temenan ama Reva?"

"Udah dong, dia asik banget ternyata,"

"Gue juga mau dong temenan ama Reva,"

"Lo harus kuat-kuat ngadepin dia, apalagi dia kalo ngomong suka seenaknya, cuek, dingin, kasar juga, kemarin aja gue di cuekin, jawab pertanyaan gue seadanya doang, gimana lo masih mau nyoba bertemen ama dia?"

Gaby bergidig ngeri mendengar penuturan dari Bella. Membayangkannya saja, Gaby sudah bisa menerka kalau Reva akan berbicara kasar yang sangat menyakitkan pada dirinya.

"Ahh ngga jadi deh, lo kan tau kalo gue cengeng, ntar kalo gue nangis gegara di kasarin Reva, malu dong gue,"

"Cupu lo, mau temenan sih nanya-nanya kepribadian nya dulu, gak asik ahh skip,"

"Ishh, Bel, lo ngatain gue cupu?" Tanya Gaby dengan raut wajah yang ingin menangis.

"Yaaa, ngga gitu juga, Gab, maap lo jangan nangis dong," Ucap Bella tidak enak sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Gaby berusaha menetralkan wajahnya sambil mengepalkan jari-jemari nya.

"Baiklah, gue akan berusaha buat temenan sama Reva!!" Ucap Gaby dengan semangat 45 nya. Dan itu langsung membuat Bella tertawa.

"Gue yakin lo bakal nangis pas di cuekin."

Gaby menghembuskan nafasnya gusar. Belum mencoba saja, Gaby sudah di kutuk oleh Bella.

"Lo semangatin gue donggg, Bel!!" Rengek Gaby sebal.

"Hwaitingg Gaby-ku!!" Ledek Bella sambil mencoba aegyo yang membuat Gaby sebal.

"Ahh gue takut di tolak mentah-mentah."

"Lo kan pengen jadi temen bukan pacar, Gab,"

"Ya lo pikir nembak doang yang di tolak?"

"Skip, menurut lo, Vincent sama Valdo bakal ngomongin apaan?"

"Emhhh, gatau,"

Bella menepuk keningnya kesal, tak ada gunanya bertanya pada Gaby yang tidak pernah mengurusi hal yang berhubungan dengan Valdo.

"Emang kenapa?" Tanya Gaby lagi.

"Kayanya ada yang janggal."

"Ohh yaudah,"

Benar dugaan Bella, Gaby akan bersikap masa bodo jika berbicara tentang hal yang berhubungan dengan Valdo.

Kalo Vincent dan Valdo sama-sama anak pemilik sekolah, berarti nama sekolah ini pasti kepanjangan dari dua keluarga, ahh ga ngerti lagi gue, tapi kenapa si Vincent itu baru dateng? Vincent bisa gue jadiin alat buat tameng ngadepin si Valdo, hahahahha. - Batinnya.

•••

"Kayaknya identitas sekolah kita harus segera di bongkar deh, hahaha..."

Valdo mengernyit bingung.

"Biar lo gak semena-mena ama anak sekolah yang laen," Lanjutnya.

Di ruangan ini hanya ada Valdo dan Vincent, lebih tepatnya di ruangan rahasia milik dua keluarga ini.

"Gue gak semena-mena yeee," Jawab Valdo karena sudah tak tahan dengan sikap Vincent yang selalu memojokannya.

"Gue tau lo suka ngebully anak sini, mentang-mentang lo di akuin sebagai pemilik sekolah satu-satunya, padahal faktanya gue juga anak yang punya sekolah,"

"Terserah lo,"

"Walaupun mereka bakal tau siapa lo, itu gabakal bikin mereka jadi takut sama lo, mereka bakal tetep takut sama gue," Lanjut Valdo. Vincent tersenyum miring.

"Tujuan gue sekolah disini bukan buat jadi jagoan," Ledek Vincent lalu berjalan keluar dari ruangan itu. Tapi tangannya di tarik paksa oleh Valdo.

"Maksud lo apa? Gue sok jagoan?"

"Menurut lo?"

Dan terjadilah tatapan sengit antara mereka. Keduanya saling melempar tatapan tajam yang sepertinya akan memunculkan keributan.






Jangan lupa tinggalkan jejak hehe❤️.

I'm AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang