Reva menyusuri taman belakang sekolah dengan teliti. Melihat ke arah pohon satu persatu. Dan akhirnya apa yang ia cari ketemu. Ketika ia membuka tas nya, ia terkejut.
"Bekal gue!!" Ia terkejut karena bekal nya tumpah berantakan di dalam tas nya. Nasi goreng yang ia bawa berhamburan karena tutup bekal nya terbuka.
"Sial!! Gak makan dah gue."
Ia menggeleng-gelengkan kepala nya tidak percaya pada Valdo. Ia tak habis pikir apa kesalahan nya kepada Valdo.
"Gue harus buat perhitungan."
Lalu ia berjalan tergesa-gesa menuju kelasnya. Berniat mencari Valdo. Tetapi ketika ia di kelas, Valdo tidak ada. Dan di sebelah kursi nya terdapat Bella yang sedang menulis sesuatu. Sepertinya catatan bendahara.
"Ehh Reva, darimana?"
Reva tidak menggubris pertanyaan itu. Ia melempar dengan kasar tas nya itu ke atas kursi nya. Lalu keluar kelas lagi.
"Lo sabar ya, Bell." Ucap Gaby, teman seperjuangan Bella. Bella hanya mengangguk sambil tersenyum lesu menatap kepergian Reva.
"Lo yakin mau tetep berusaha temenan ama si Reva?"
"Yakin lah,"
"Kalo gue yang jadi lo, pasti gue udah nangis,"
"Yaelah cengeng amat,"
"Bell, jangan ledek dong,"
Bella memutarkan bola matanya malas kenapa ia bisa memiliki teman dengan kadar emosi yang sangat tidak teratur.
"Gue mau temenan ama dia karena gue yakin, dia itu butuh teman, karena kita itu kan makhluk sosial yang butuh-"
"Udah-udah, terserah deh, Bell, gue dukung lo aja." Potong Gaby cepat karena tidak ingin mendengar penjelasan Bella yang menuju ke pelajaran IPS. Pelajaran yang Gaby benci sejak dulu.
Reva tidak tahu lagi ia harus kemana sekarang. Tetapi, ia pernah mendengar kalau Valdo dkk suka membolos di Rooftop. Ia pun berjalan menuju Rooftop.
Dari ujung Rooftop ia sudah melihat Valdo dkk sedang merokok di sebuah sofa yang sudah kusam. Ia pun menghampiri Valdo dkk.
"Maksud lo apa?" Reva menatap datar kepada Valdo.
Valdo yang tadinya duduk sambil merokok, ia langsung berdiri dan membuang rokok itu lalu menginjaknya.
"Apa?"
"Gausah pura-pura gatau!" Ucap Reva lalu mendorong bahu Valdo cukup keras.
Genta dan Daren berjaga-jaga, takut Valdo tak terkendali seperti saat dulu.
"Wesss kalem. Gue emang gatau apa maksud lo!!"
"Ck!! Bekal gue tumpah!"
"Terus?"
"Lo harus ganti!"
"Kalo gue gamau?" Valdo menatap tajam ke arah Reva dan sedikit memajukan wajahnya ke wajah Reva. Bukannya menjauh, Reva tidak bergeming dan balik menatap tajam Valdo.
"Ganti."
"Gamau." Ucap Valdo sambil melipat tangan nya di depan dada.
"Lo tuh bener-bener yah!! Gue salah apa sih sama lo?! Kenapa lo gangguin gue terus hah?! Gue gak pernah ganggu lo!!" Bentak Reva dengan keras di depan wajah Valdo. Mendengar itu Valdo sedikit merasa tertohok.
"Buset!! Ini kalimat terpanjang yang gue denger dari lo!!" Kaget Daren. Lagi-lagi Genta menoyor kepala Daren.
"Berisik bego, kita dengerin dulu mereka." Bisik Genta dan Daren mengangguk.
Valdo hanya diam melihat Reva yang diam juga. Dan akhirnya hanya saling berdiam diri.
"Lo emang gak ada masalah sih sama gue." Ucap Valdo akhirnya.
"Terus kenapa lo ganggu gue terus, Valdoooo??!!!"
"Suka aja, muka lo agak gimana gitu."
"Dasar gila, stress, bego, bajingan!!" Bentak Reva. Entah sudah berapa kata kasar yang ia lontarkan kepada Valdo hari ini.
Valdo rasa Reva serius saat ini. Tapi, ia tidak bisa menghentikan kegiatan baru favorit nya itu.
"Gue gak gila, gak stress, gak bego, gak bajingan."
"VALDO!!"
"Hahahahahha, lemah,"
"GANTI BEKAL GUE SETAN!!"
"Gamau, By,"
"BY-BY, APA-APAAN LO!!"
Valdo tak menjawab, ia hanya memasang wajah datarnya memandang Reva dari bawah sampai atas.
"Kenapa lo diem? Bisu?"
Bukan nya menjawab, Valdo justru pergi bersama Genta dan Daren.
"Cabut." Ajak Valdo kepada Genta dan Daren.
"Ganti makanan gue dulu, Bangsat!!" Jerit Reva kesal.
Namun, tak ada yang menggubris. Reva menghentak-hentakan kaki nya dengan kasar. Ia sebal sekali dengan sikap Valdo.
Bener kan, hidup gue udah mulai gak tenang sekarang.- Batin nya.
Reva pun akhirnya pasrah dan menerima semuanya dengan ikhlas. Mood nya benar-benar sudah berantakan. Itu semua karena Valdo. Ia akhirnya memutuskan untuk ke kantin. Dan membeli makanan untuk ia makan. Walaupun bel masuk sudah berbunyi daritadi.
Ia selalu membayar lebih dahulu sebelum makanan nya datang. Katanya, "Biar gak lupa."
"Makasih ya, Bu." Ucap Reva kepada ibu penjual Siomay.
Ibu itu pun tersenyum.
Reva pun memakan siomay nya itu dengan tenang di kantin yang sepi itu. Hingga akhirnya ada sebuah teriakan mengangetkannya.
"REVAAA!!!" Dan ternyata itu adalah Pak Bowo yang meneriakinya.
"Baru juga makan." Gumam nya.
"Reva!! Udah bel masuk!!"
"Terus kenapa?"
"Masuk kelas sekarang!!"
"Gak belajar kan?"
"Tidak sih, tapi apa salahnya kamu berdiam di kelas?!"
"Saya baru makan, Pak."
"Kenapa tidak sedaritadi, hah?!"
"Tanya aja Valdo."
"Saya bertanya pada kamu, Revaaaaa!!"
"Tapi ini semua karena Valdo!!" Bentak Reva.
"Kamu berani bentak saya?!"
"Terserah!!" Ia pun meninggalkan Pak Bowo beserta Siomay yang baru sedikit ia makan. Nafsu makan nya mendadak hilang ketika menyebut nama Valdo.
"Reva-Revaa." Pak Bowo tidak hentinya mengelus dada agar ia lebih bersabar menghadapi Reva.
Jangan lupa tinggalkan jejak hehe❤️.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Alone
Teen Fiction{PENDING} FOLLOW SEBELUM MEMBACA. WARNING⚠️ -------------------------------------------------------------- Revanza Aurosh Greelia atau yang sekarang kita tahu dengan nama Revanza Salestya. Sejak kecelakaan yang di alaminya, Revanza mengalami amnes...