"Nuajis." Ucap Reva sarkastik.
Valdo terkekeh sebentar kemudian kembali fokus menyetir.
"Rumah lo dimana?"
"Rahasia,"
"Goblok, gimana gue nganterin lo nya?"
"Yaudah sih, rumah gue di Komplek Vintage, ntar lo turunin gue di taman aje,"
"Komplek Vintage? Dimana itu?"
"Komplek khusus rumah lantai satu, maklum aja lo belom pernah denger, lo kan orang kaya," Ucap Reva sedikit meledek.
"Terpencil tempatnya?"
"Ngga tau,"
"Masa gue turunin lo di taman? Udah malem juga, pasti ke rumah lo nya masih jauh ya? Terus ntar makanan lo yang sebanyak ini gimane?"
"Bisa gue bawanya, cuma lima plastik apa beratnya,"
"Ngeyel kalo di bilangin, tinggal kasih tau doang blok berapa,"
"Ntar lo ledek gue pas tau rumah gue kecil, lo kan rada-rada,"
"Sembarangan, udah buruan blok berapa rumah lo?"
"Blok E12,"
"Gatau gue, ntar lo aja kasih petunjuk arahnya,"
"Goblok banget sumpah, ngapain lo nanya blok kalo ujungnya nanya arahnya ke gue?!"
"Ya biar gue tau aja."
"Kasian banget lo, Val."
"Kasian? Kenapa lo ngasianin gue?" Tanya Valdo.
"Ngga. Udah lo fokus aja nyetir, gue gamau mati muda gegara kecelakaan terus mati bareng lo."
"Kalo ngomong anjir!!"
Reva diam acuh tak acuh. Ia membelakangi Valdo, menghadap kaca di sampingnya.
"Terus ini kemana lagi?" Tanya Valdo ketika mereka berdua sampai di suatu portal yang bertuliskan Komplek Vintage.
"Ohh udah sampe sini ternyata, masuk aja lurus, belok kanan, lurus terus sampe mentok abis itu kiri."
Valdo tak menjawab, ia menjalankan mobilnya sesuai arahan yang Reva tunjukkan. Dan memang benar, rumah disini hanya berlantai satu.
Tak lama kemudian, ia memberhentikan mobilnya di depan rumah bercat putih dimana rumah itu adalah rumah milik Reva.
Reva menoleh ke arah kiri, dan benar, itu rumahnya.
"Gue gabilang kalo ini rumah gue," Ucap Reva berbohong.
"Gue tau ini rumah lo."
"Kenapa bener-bener pas? Kenapa gak lurus lagi gitu? Kenapa tepat sasaran?"
"Ini Blok E12 kan?"
Ahh sial.
Reva terlalu percaya diri dan mengharapkan kalau Valdo mengetahui semua informasi tentang dirinya.
"Ohh iya, yaudah thanks," Ucap nya kemudian turun membuka pintu mobil itu.
Padahal gue kan emang tau rumah lo. - Batin Valdo sambil terkekeh.
"Ini makanan lo?"
"Ya lo bawain lah!! Inget, gue itu guru lo." Ucapnya saat belum menutup pintu mobil Valdo.
"Iyaaa, Bu Guru," Ledek Valdo kemudian ikut keluar dari mobilnya.
"Yaudah buruan jangan lelet." Sinis Reva lalu berjalan santai memasuki rumahnya.
"Ini rumah lo sendiri?"
"Iyalah boleh usaha gue sendiri, lo mana punya!! Sampe sini sihh masih lebih kaya gue daripada lo. Soalnya kan fasilitas punya lo itu boleh beli bokap lo semua. Sedangkan gue nggak." Ucap Reva enteng dan membuat Valdo cukup tertohok.
"Kata siapa!! Gue juga kerja kok!"
"Kerja apaan lo? Anak Papi kayak lo mah palingan di suruh terusin usaha keluarga, kalo nyari kerjaan sendiri palingan bakal jadi office boy. Apalagi lo gapunya prestasi apapun."
Valdo menggeram kesal. Berdebat dengan Reva memang tidak akan ada ujungnya. Reva akan terus mengeluarkan kata-kata pedas dari mulutnya yang akan membuat orang terdiam seribu bahasa.
"Yaudah terserah lo dah mau ngatain gue gimana juga, buruan buka pintu rumah lo, berat juga nih makanan."
Reva mengangguk dengan angkuh. Reva tidak sombong, tapi ia hanya mengakui bahwa dirinya adalah Ratu Debat yang sangat baik.
Setelah Reva membuka pintu rumahnya, Reva mengambil alih plastik-plastik makanan yang Valdo bawa, lalu ia masukan ke dalam rumahnya.
"Oke udah selesai, sana balik."
Valdo menaikkan alisnya bingung.
"Gue gak disuruh masuk dulu?"
"Ya nggak lah!! Enak aja lo, udah malem juga hampir jam sepuluh."
"Gue aus, Rev,"
"Sono beli di jalan aja, Val,"
"Gue aus nya sekarang ya ampun, Rev, gapapa deh disini aja minumnya, lo bawain gelas aja, ohh iya air dingin yah."
"Air anget aja, udah malem ntar perut lo buncit minumin air es,"
"Emang iya?"
"Iyalah, ga bagus juga buat kesehatan,"
"Ohh lo peduli dong ama gue?" Goda Valdo sambil menaik-turunkan alisnya.
"Kalo lo mati, gue ga dapet duit ntar." Jawab Reva seadanya lalu masuk ke dalam untuk mengambilkan air hangat untuk Valdo.
Valdo tertawa kecil.
Sebenci apapun manusia pada manusia yang lain, rasa peduli itu akan tetap ada sampai kapan pun.
"Nih minum," Ucap Reva seraya menyodorkan segelas air hangat yang sudah ia buat tadi.
"Makasih, Bu Guru Cantik,"
"Gue tau kok gue cantik." Ucap Reva santai.
Valdo menghabiskan air itu lalu menyerahkan kembali gelasnya pada Reva.
"Yaudah sana lo pulang,"
"Gamau ahh, keknya gue mau nginep aja deh, biar di bikinin air anget terus,"
"Gausah ngaco deh, sana pulang." Ucap Reva kesal.
"Hahahahahha... Yaudah gue balik dulu, sini salim." Ucap Valdo sambil menarik tangan Reva dan memaksa Reva untuk mencium tangannya.
"Gue tau gue lebih muda dari lo makanya gue harus salim." Ucap Reva tak sepenuhnya serius.
"Bukan, cuma ngebiasain diri aja, ntar kan lo jadi istri gue."
"Ngarep asu!! Udahlah sono balik, gila gue lama-lama deket lo!!" Bentak Reva kesal lalu mendorong Valdo agar pergi meninggalkan rumahnya. Reva pun mengunci rumahnya dengan cepat dan bersandar di balik pintu rumahnya.
"Yaudah gue pulang dulu, Bu Guru. Jangan lupa baca doa sebelum bobo!!" Jerit Valdo.
Reva menggelengkan kepalanya mendengar jeritan dari Valdo. Ada apa dengan orang itu.
"Apa gegara gue kasih air anget kali ya?" Pikirnya dalam hati.
Jangan lupa tinggalkan jejak hehe❤️.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Alone
Teen Fiction{PENDING} FOLLOW SEBELUM MEMBACA. WARNING⚠️ -------------------------------------------------------------- Revanza Aurosh Greelia atau yang sekarang kita tahu dengan nama Revanza Salestya. Sejak kecelakaan yang di alaminya, Revanza mengalami amnes...