Reva dan Bella sedang berbincang di halte sekolah. Hanya sekedar mengobrol biasa layaknya perkenalan dengan teman baru.
Masih banyak siswa dan siswi yang berlalu lalang di depan halte sekolah. Dan semua yang melewati halte bingung karena melihat Reva dengan Bella.
"What?!! Lo jalan setiap pulang pergi sekolah?!" Pekik Bella tak menyangka kegiatan yang dilakukan Reva. Reva pun menutup telinganya itu. Bahaya jika ia harus pergi ke THT nanti.
"Berisik, Babi."
"Ehh maap-maap."
"Lo mendingan gue anter, Rev." Lanjutnya.
"Gausah." Tolak Reva cepat.
"Terus, lo ngapain masih disini?"
Ahh, rasanya itu menyakitkan bagi Reva. Reva hanya tersenyum kecut menatap Bella. Ia pun berdiri kemudian berjalan pulang tanpa berbicara sepatah kata pun kepada Bella.
"Ehh lo mau kemana? REVAAA!!" Namun, yang dipanggil hanya jalan lurus dan tak menghiraukan apapun.
"Gue salah apa? Kok dia pergi?" Bella pun menyusul Reva. Dan ia berhasil menyamai langkahnya dengan Reva.
"Lo kok maen pergi gitu aja sih?" Bella berdecak sebal kepada Reva.
"Kan tadi gue udah di usir."
"Emhhh, ohh tadi!! Yaelahh Rev, lo baperan amat sih? Gue kan cuma bercanda pas tadi."
"Gak."
"Yahh ngambek deh nih." Ledek Bella.
"Bacot! Mending lo balik ke halte."
"Ngga ah gue mau ikut lo pulang."
"Gak."
"Please ya Rev, kali ini ajaaaa..." Bella memasang puppy eyes nya berharap Reva mau kasihan kepadanya.
"Gak."
Reva malah berhenti melangkah kemudian berbalik ke arah halte sekolah.
"Lohh kok balik lagi sihhh?!" Kesal Bella yang heran dengan satu teman nya itu.
"Lo harus di halte sampe bokap lo jemput."
"Wahhh keren lo, Rev!! Kok lo bisa tau kalo gue di jemput bokap?"
"Tau aja."
Mereka berdua pun akhirnya kembali di halte. Bella tak habis pikir ada apa dengan temannya itu. Hingga akhirnya perlahan halte mulai sepi.
"Reva, ish. Gue tadi mau tanya, kok lo gak pulang duluan gitu? Maksud gue, kok lo mau nemenin gue disini?"
"Gak."
"Jawaban apaan anjir kayak gitu!! Ishh lo mahh!!"
Reva hanya terkekeh sebentar lalu berhenti. Saat mendengar handphone Bella berbunyi.
"Ya hallo, Pa?"
"Maaf ya, Sayang, Papa ada meeting mendadak, Abang kamu kan masih kuliah sekarang. Kamu bisa pulang naik bus atau ngga taksi gitu kan?"
"Yah, Papa. Masa gak bisa gitu di tunda dulu?"
"Gak bisa, Sayang. Yaudah yah Papa tutup, udah ditunggu klien soalnya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Tut.
Kemudian raut wajah sedih muncul di wajah Bella. Dan membuat Reva mengernyit bingung.
"Kenapa?"
"Bokap gue ada meeting mendadak, terus Abang gue masih kuliah."
"Nyokap?"
"Nyokap gue udah meninggal, Rev." Ucap Bella sambil tersenyum.
Reva merasa bersalah dengan pertanyaan nya tadi. Ia pun menaruh Bella ke dalam pelukannya. Ia memeluk Bella dari samping.
"Sorry, gak bermaksud."
"Iya, gapapa, Rev."
"Ini sebabnya gue temenin lo."
"Jadi, lo udah tau kalo bokap gue gak bisa jemput?"
"Gak."
"Ihh apaan sih, Rev?! Ahh, jawabannya yang lebih bermutu dikit napa?!"
"Udah yok ikut gue pulang."
"Hah?! Serius?! Yess akhirnyaa!!" Pekik Bella senang akhirnya ia bisa ikut pulang dengan Reva.
"Tapi....." Reva sengaja menggantung ucapannya itu agar Bella bertanya.
"Apa?"
"Pulangnya jalan kaki. Lo kuat?" Ucap Reva sambil melihat Bella dari atas sampe bawah.
"Ish lo mah!! Gue gini-gini kuat!"
"Terserah, ayok buruan!"
Mereka berdua pun akhirnya pulang berdua jalan kaki. Dan ketika di jalan, mereka melihat mobil yang dinaiki Valdo dkk.
Mobil itu berhenti di depan Reva dan Bella.
"Yaahh jalan!! Kasian deh lo!!" Ejek Valdo.
Reva tak menanggapi itu. Ia sudah biasa. Ia hanya menatap datar ke arah Valdo dkk. Bella pun melakukan hal yang sama.
"Mau ikut gak? Masih muat nih."
"Gak."
"Terserah! Udah mau ujan."
"Bodo. Ayok, Bel."
Akhirnya mereka berdua berjalan meninggalkan mobil Valdo dkk dengan jalan angkuh.
Valdo sedikit terkekeh melihat itu. Ia pikir Reva adalah orang yang asik bila sudah diajak berteman. Tetapi, ia masih bertekad untuk membully Reva setiap saat.
"Duluan ya, Cantik." Ucap Daren kepada Bella sambil melambaikan tangan.
"Idih gila!!"
"Udah jangan di tanggepin! Ayo buruan!!"
Dan baru di pertengahan jalan, Bella sudah mengeluh kelelahan. Ia berhenti sejenak lalu minum air yang ada di tas nya.
"Napa lo? Capek?"
"Iyalah buset!! Lo pikir gak cape apa?! Laper juga gue."
"Gue mikir sehat nya lah jalan kaki gini."
"Ahh lo mah. Gue laper, Rev. Makan dulu yuk tuh di warteg. Lo belom makan kan?"
"Lo aja gue ntar dirumah."
"Ahh masa gue makan sendiri!! Gue juga dirumah lo aja deh."
"Lo makan kalo laper. Kalo lo pingsan, gue yang repot."
"Yaudah, lo gue traktir!!"
"Oke." Jawab Reva tanpa berpikir panjang.
Mereka pun berhenti di salah satu warteg. Dan memesan makanan. Setelah selesai makan, mereka melanjutkan jalan nya. Baru beberapa langkah, Bella sudah kembali mengeluh. Dan itu membuat Reva tertawa kecil. Reva sedari tadi hanya bilang, "Dikit lagi." Tetapi belum sampai-sampai. Itu yang membuat Bella kesal.
Reva merasa bahagia karena masih ada yang mau berteman dengan nya. Terlebih lagi ia dapat teman seperti Bella. Teman yang tak peduli walau Reva mengejeknya terus-menerus. Teman yang tetap hadir untuk Reva. Walaupun Reva baru kenal sebentar, tapi ia yakin bahwa Bella adalah teman yang di kirim Tuhan untuknya. Tuhan telah mengabulkan doa nya agar mendapatkan teman baru seperti Bella. Ia sangat bersyukur.
Jangan lupa tinggalkan jejak hehe❤️.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Alone
Teen Fiction{PENDING} FOLLOW SEBELUM MEMBACA. WARNING⚠️ -------------------------------------------------------------- Revanza Aurosh Greelia atau yang sekarang kita tahu dengan nama Revanza Salestya. Sejak kecelakaan yang di alaminya, Revanza mengalami amnes...