21. Bracelet.

84 8 0
                                    

"Ohh sekarang Reva jadi guru private kamu, Val," Ucap Lysa sambil meledek Valdo.

"Gurunya cantik, yakali kamu gak naksir." Sambungnya.

"Dia bukan tipe Valdo, Ma," Ucap Valdo enteng.

Dari kecil, Valdo memang sudah memanggil Lysa dengan sebutan Mama, karena bagi Valdo, Lysa adalah sesosok Ibu pengganti Mamanya dahulu.

"Hahahahah kamu ini," Omel Lysa saat melihat Reva yang mendelik kesal.

"Yaudah Vincent mana, Ma? Valdo pengen minjem buku doang."

"Ohh iya sebentar, Mama panggilin dulu yah, kalo jam segini biasanya Vincent lagi di ruang musik."

"Vincent suka musik ya, Tan?" Tanya Reva saat Lysa hendak berdiri.

"Suka banget dia mah sama musik, istilahnya tuh musik udah jadi bagian dari hidupnya, kamu juga suka musik?"

Musik? Emhhh, musik apa ya, kayanya dulu gue pernah suka musik. - Batinnya.

"Dulu, Vincent sama kembarannya tuh suka banget sama musik." Ucap Lysa sambil tersenyum kecil.

"Lo suka musik?"

"Hah? Ngga, Val, gue gasuka musik." Jawab Reva asal.

"Oohh, yasudah Tante panggilin dulu yah Vincentnya."

Reva dan Valdo hanya mengangguk. Sepeninggal Lysa, Valdo memberitahukan sesuatu pada Reva.

"Lo udah tau kalo Vincent punya kembaran?"

"Tau, kembarannya cewek kan? Dia adeknya?"

"Iyaaa, dan namanya sama kaya lo."

"Yaelah, Val, yang namanya sama kayak gue mah banyak!"

"Tapi lo tuh kaya ada hawa yang beda gitu."

"Hawa apaan?"

"Gue gabisa ngejelasin, karena gue aja gangerti hawa apa ini."

"Sinting." Cibir Reva.

"Tapi muka lo lumayan mirip,"

"Gue dulu pernah oplas gegara kecelakaan, muka gue ancur, mungkin dokter oplasnya miripin muka gue sama si Vincent."

"Lo pernah kecelakaan? Kapan?" Tanya Valdo cepat karena ia penasaran dengan masa lalu Reva. Kenapa kisahnya sangat mirip dengan kisah Vavanya itu?

"Pas dulu-"

"Ehh hai, Rev," Sapa Vincent saat Reva hendak menyelesaikan ucapannya. Reva langsung menoleh ke arah Vincent sambil menyapa nya kembali.

"Hai, Vin,"

"Ehh ada lo, Val," Ucap Vincent datar. Valdo hanya menaikkan alisnya.

"Gue mau pinjem buku lo," Ucap Reva enteng.

"Buku apa?"

"Buku apa, Val?" Tanya Reva pada Valdo.

"Terserah lo mau ngajarin gue apaan,"

"Yaudah fisika ada gak lo?"

"Anjir langsung fisika," Ucap Valdo sebal.

"Katanya terserah gue?!"

Valdo hanya mengangguk pasrah dengan apa yang Reva lakukan.

"Ohh sebentar gue ambilin dulu," Ucap Vincent malas lalu kembali berjalan menuju kamarnya.

"Ehh Reva, gimana kalo Vincent ikut belajar sama kalian berdua?" Usul Lysa dan langsung membuat Valdo membulatkan matanya.

Yakali anjir ngajarin dua manusia paling ngeselin di dunia?! - Batin Reva.

"Emhh gimana ya, Tan-" Belum selesai Reva menjawab, Valdo sudah lebih dulu memotong ucapan Reva.

"Vincent kan udah pinter, Ma." Jawab Valdo.

"Ahh kamu ini, Valdo, Mama tau nih sebenernya kamu pengen berduaan kan sama Reva? Mama tau kok, Valdo. Mama juga cuma bercanda, tapi bolehkan kalo ada Kerja Kelompok Vincent belajar bareng kalian?"

"Boleh, Tan," Jawab Reva.

"Ehh, Rev, ini buku fisika nya," Ucap Vincent sambil menuruni tangga.

"Ambil sono," Bisik Reva pada Valdo.

Valdo hanya menurut lalu menghampiri Vincent sambil menerima buku itu.

"Thanks," Ucap Valdo datar.

"Yaelah pake terima kasih, biasanya juga ngga." Ledek Vincent sambil terkekeh.

"Ma, Vincent mau main ke rumah Valdo ya, cuma mau liat kok gimana Reva ngajarin Valdo." Ucap Vincent sambil tertawa kecil.

"Yaudah tapi jangan jailin Reva, ya?"

"Ngga bakal, Ma, kalo Valdo nih suka banget jailin Reva."

"Kalo Valdo udah bisa ketebak sama Mama." Ledek Lysa dan Valdo hanya menggaruk tengkuknya.

Saat Reva, Valdo, dan Vincent sampai di ambang pintu, Lysa meneriaki Reva sehingga membuat yang punya nama menoleh.

"Kenapa, Tan?"

"Tante boleh peluk kamu?" Tanya Lysa dan membuat Reva terkejut bukan main.

"Bo-boleh, Tan." Jawab Reva karena ia paham mungkin Lysa sedang rindu dengan anak perempuannya yang menghilang itu.

Saat Lysa memeluk Reva, ia tidak sengaja menitikkan air mata yang sempat di lihat Valdo dan Vincent. Namun Lysa buru-buru menghapus air matanya itu.

"Pasti Vanza udah segede Reva ya, Vin?" Ucap Lysa sambil melepaskan pelukan Reva.

"Atuh iya, Ma, kan seumuran."

"Yasudah, Reva, ini kenang-kenangan dari Tante buat kamu ya," Ucap Lysa sambil memberikan gelang dengan tali hitam yang memiliki buah seperti permata warna hijau.

"Ini apa, Tan?"

"Kamu mau gak jadi pengganti sementara anak Tante? Tante kangen banget sama anak Tante, kalo Tante liat kamu, Tante berasa lagi liat anak Tante."

"Ma, Reva sama Vava beda," Ucap Valdo sebal.

"Hushh kamu ini, Valdo," Omel Lysa.

"Gimana, Reva? Kamu mau kan?"

Reva hanya terdiam mampu terdiam saat ini. Ia tak mengerti mengapa nasib hidupnya menjadi seperti ini.

"Tante kalo lagi kangen Vanza suka kumat, hehehe..."

Karena mendengar itu, Reva langsung tersenyum tulus dan mengangguk. Karena Reva yakin ujian yang sedang di alami Lysa sangatlah berat. Harus kehilangan satu anaknya. Bagai kehilangan satu sendal yang ia miliki.

"Makasih ya, Nak, kamu boleh panggil Tante pake sebutan Mama kok,"

Reva mengangguk kikuk menatap Lysa yang sepertinya ingin menangis.

"Tante... Tante gaboleh sedih kayak gini, Reva kan udah turutin permintaan Tante, jadi.. kalo Tante lagi kangen sama anak Tante, Tante bisa kok manggil Reva, nanti Reva bakal coba nenangin hati Tante."

Lysa hanya mampu memeluk dan mengelus lembut rambut Reva.

"Maaf Reva masih agak canggung kalo harus manggil Tante dengan sebutan Mama," Bisik Reva lembut.

Valdo yang melihat itu cukup tertegun. Ternyata Reva bisa lemah lembut juga.

"Yasudah sini Tante pakein gelangnya ya,"

Setelah gelang itu terpasang sempurna di pergelangan tangan Reva, Reva merasakan kepalanya berdenyut hebat saat ini.

"Akhhh kepala gue," Rintihnya sambil memegangi kepalanya. Dan beberapa detik kemudian, Reva pingsan begitu saja. Valdo yang melihat itu langsung menopang tubuh Reva dan membawanya kembali masuk ke dalam rumah Vincent. Vincent yang panik langsung lari ke dalam kamarnya untuk mengambil kotak obat.







Jangan lupa tinggalkan jejak hehe❤️.

I'm AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang