Part Gratis

442 62 17
                                    

Lagi kangen sama cerita ini, so selamat membaca...










Arthur geleng geleng kepala saat melihat kelakuan anak sulungnya itu. James dengan senyum bangga tanpa malu lengkap dengan luka kecil di sudut bibirnya menjelaskan ia baru saja menang taruhan berkelahi dengan teman-temannya demi mendapatkan sebuah hadiah permen untuk mika.

Tanpa ragu Arthur langsung mencubit pipi anaknya dengan kencang membuat james meringis kesakitan. "Bodoh atau apa sih kamu itu?!!kamu papa kasih uang gunanya buat apa hah?!kamu bisa beli pabrik permen kalau kamu mau ketimbang taruhan ga berguna kayak gini!!!!" Arthur benar-benar menahan kemarahannya bagaimana bisa james membuang waktu dengan taruhan bodoh ini.

Sementara mika hanya duduk di kursi mobil dengan santai memakan permen pemberian kakaknya.

"Aduhh iya pah ampun!!!sakit ih!" Arthur melepas cubitanya namun masih menatap anaknya dengan tajam.

"Kalau sampai mama kamu tau dan mengeluarkan kamu dari eskul taekwondo, kamu mau?" Tanya arthur sekali lagi mengingatkan anaknya yang suka bertengkar ini.

"Kan ada pa.."

"Papa ga akan belain kamu di depan mama kali ini!" Sentak Arthur memotong ucapan anaknya. James cemberut, ia mengaku ini salahnya.

"Berapa kali papa bilang sama kamu?jauhi perkelahian! Papa harus bilang berapa kali supaya kamu paham?papa harus apa supaya kamu berhenti??ayo kasih tau papa!"

James menunduk. Merasa takut pada kemarahan papanya, ia merasa kali ini papanya benar-benar sangat marah dan muak. Sementara Arthur memijit kepalanya pusing, ia menahan gejolak emosinya.
Kemudian arthur memilih masuk ke dalam mobil. Meninggalkan James masih menunduk.

"Tuan muda...ayo masuk. Jangan membuat yang lain menunggu." Yohan selaku tangan kanan arthur mendorong pelan pundak james untuk segera masuk ke mobil juga. Mereka pun pergi dari depan sekolah james menuju ke mansion utama herjuno. Mereka akan berkunjung.

*****

"Pa..."

"Ayo mika.."

James mematung, saat ia akan berbicara dengan papanya, papanya melenggang pergi dengan menarik tangan mika untuk keluar lebih dulu. Yohan menatap iba pada tuan mudanya. Yohan mengerti akan gejolak anak muda pada james, namun arthur lebih benar. James membuang waktu dan hanya menyakiti tubuhnya sendiri.

Sesampainya di dalam, yohan mengajak james untuk mengobati lukanya dulu. Tidak enak jika dilihat yang lain james dengan keadaan luka. Setelah selesai james menyusul yang lain yang sudah berkumpul di ruang tengah dengan berbincang. Namun james malah gugup menatap kedua orangtuanya yang duduk satu sofa. Arthur nampak serius berbincang dengan bryan yang ada disebrangnya sementara chaline hanya menyimak.

Dilihat dari sudut pandangan manapun, kedua orangtuanya memang menyeramkan.

James pun memilih mengambil duduk di dekat refalis dan bryce. Mereka tengah menikmati makanan di meja makan dengan santai. Hanya makanan ringan buatan bibi ashira.

James merasakan tidak tenang. Untuk pertama kalinya ia merasa bahwa kemarahan arthur kali ini sangat berbeda. Dan james merasa takut. "Wajahmu memucat jamie.." james tersentak dengan perkataan yang keluar dari bryce yang memang menyadari perubahan rona pada wajahnya.

"Kamu gapapa?"tanya reis yang khawatir dan langsung menawarkan teh hangat kepada james. James mengangguk meyakinkan bahwa ia tidak apa-apa.


Arthur (2)END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang