membebaskan

340 74 17
                                    

Selamat membaca













"Aku pikir kau tau yang namanya sebuah privasi."

Jordan dikejutkan dengan kedatangan arthur dari belakang tubuhnya. Ditambah jordan yang memang sedang berdiri didepan pintu kamar arthur dan saudara yang lain. Jordan berusaha tenang, berhadapan dengan arthur haruslah tenang.

"Hanya sekedar lewat bukan berarti aku mendengar semua." Namun jawaban jordan malah terasa aneh di arthur. Arthur tersenyum sinis. "Mendengar?apa yang kau dengar?"tanya nya lagi.

"Ah sudahlah, papa mau melihat saga." Akhiri jordan pergi dari hadapan arthur. Arthur hanya menatap singkat dan kemudian masuk lagi ke dalam kamarnya. Sejujurnya bagi arthur kedatangan jordan kali ini belum mengusiknya, mengetahui fakta bahwa sang papa tidak tahu menau akan surat itu membuat arthur membuat sebuah kesimpulan bahwa jordan bisa berdiri di pihaknya kali ini. Tapi sepertinya mustahil jordan mau ikut bersamanya menusuk hana dari belakang.

Arthur menggeleng, ya!mana mungkin orangtua sialan itu mau berada dipihaknya kembali!dari dulu sampai nanti, jordan tidak pernah berada dipihaknya. Harusnya arthur sudah lega jika James ada dipihaknya. Tidak perlu mengharapkan jordan, pria egois.

"Baik..siapa yang akan menemui ashira?"tanya arthur.

"Berempat aja, ashira suruh datang kesini. Kamar ini satu-satunya tempat aman." Jawab azarel namun ditatap sinis oleh kakaknya, mikael. Refal memijit pelipisnya, terkadang azarel memang harus diingatkan.

"Seorang wanita muda masuk ke kamar 4 pria. Kamu mau membuat fitnah?" Ujar arthur yang langsung mengingatkan azarel, iya, soal tata krama. Bisa jadi bahan gosipan satu mansion jika mereka tau, ashira masuk sendirian ke kamar 4 pemuda dan berlama-lama disana.

"Gw aja lah. Gw handal dalam hal mengancam." Refal mengajukan diri. Semua setuju. Lalu azarel sempat terdiam dan kemudian ia menatap arthur.

"Mas..ada yang harus gw bicarakan."

Arthur menoleh dan mengangguk.

"Selain ashira, sebenarnya gw menemukan lagi seorang pelayan yang sekiranya akan membantu kita menuju langkah yang lebih besar. Dia pelayan kepercayaan nenek olivia terutama. Namun aneh..." Jeda azarel menatap satu persatu ketiga pemuda yang lebih tua darinya.

"Apa yang aneh?"tanya mikael.

"Saat nenek olivia memberikan perintah jangan membantuku dengan ancama pemotongan gaji. Hanya pelayan itu yang dengan berani membantuku tanpa takut. Apa benar dia pelayan kepercayaan nenek?" Azarel menjelaskannya secara jelas kepada yang lain.

"Kita tidak bisa memastikannya dengan jelas sampai kita tau nanti."balas mikael.

Tok

Tok

Tok



Semua menoleh ke arah pintu yang diketuk. Arthur pun berniat membukakan pintunya dan sudah ada kakek dean didepannya dengan beberapa pelayan di belakangnya. Tanpa bertanya, kakek dean sudah menjelaskan maksud kedatangannya.

"Kakek James memerintah seluruh penghuni untuk berkumpul di main hall."

Keempat pemuda itu bertanya tanya dalam hati. Ada hal apalagi disiang hari ini. Arthur pun menoleh ke belakang dan dengan lirikan matanya sudah mengisyaratkan kepada ketiganya untuk mengikutinya.

"Tunggu...." Keempatnya langsung berhenti dan menatap kakek dean. Sungguh, kakek dean sangat membuat arthur penasaran akan sosoknya. Arthur semasa kecil sama sekali tidak pernah bertemu dengan dean. Padahal kakek dean sudah sangat lama menjadi penasehat dan kepala pengatur mansion.

Arthur (2)END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang