Hide and Seek (25+) 1

96.6K 959 28
                                    

Aku menarik selimut dan memeluk dirikku sendiri. Menatap pria yang memasang celananya dan menatapku lurus. Dingin. Kakinya berjalan mendekati ranjangku dan dengan tenang dia mengelus pipiku. Tangannya dingin, sedingin matanya. Ketampanannya tertutupi karena kamarku gelap, hanya cahaya bulan yang sedikit memperlihatkan wajah dari pria yang berdiri didepanku ini, pria yang memperawaniku. Pria yang masuk ke kamarku tanpa sebab dan melakukan perbuatan sebejat ini. Aku tidak gemetar, aku sudah menyerah, bahkan kalau dia ingin membunuhku aku tak perduli.

"Sampai jumpa."

Dan malam berlalu begitu saja. Secepat pria itu keluar dari kamarku. Meninggalkanku yang terdiam melihat tubuh yang dipenuhi bercak merah oleh kecupan dan hisapan bibirnya, meninggalkan darah yang mengotorkan kasur putihku, meninggalkan kaki-kaki ku yang baru ku sadari bergetar karena sakit. Aku menutup mataku dan menangis. Beginilah hidup sendiri di ujung kota, tempat sepi yang kini membuatku menyesal hidup dan kerja di tempat ini.

"Catelyn!" Mira mendekatiku dan memelukku "Aku sudah mendengar beritanya." Mira mengusap tangannya di perutku "Sekarang kamu dan anakmu adalah tanggung jawabku." Mira tersenyum menatapku dan memelukku erat. Mataku terpejam mengingat kejadian di malam yang dingin itu. Tanganku ikut mengelus perutku dan setelah berbulan-bulan setelah kejadian itu aku akhirnya bisa mengeluarkan air mataku. Menangis didepan Mira sahabatku. Meluapkan semua rasa sakit yang ku tahan selama ini.

Aku membuka mataku dan meringis melihat pria berdiri di depan kasurku. Aku mencoba bergerak namun segera tersadar kalau tangan, dan mulutku sudah di lakban. Hanya kakiku yang tidak di ikat dan aku tau persis apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi setelah ini. Mataku menatap tajam mata pria yang berdiri di depan jendela kamarku, menatapku dengan dingin seolah-olah aku makan malam yang sudah di tunggu-tunggunya. Aku menggurutu kesal saat sadar listrik rumahku padam. Pasti pria ini yang melakukannya.

"Sshh jangan banyak bergerak sayang. Nanti tanganmu luka." Dia mendekati ku dan duduk di depan kasurku. Tangannya membelai wajahku dan aroma tubuhnya memasuki indra penciumanku. Suaranya yang berat membuatku makin membenci keadaan ini. Aku benci pria bersuara berat, beraroma wangi seperti lelaki maskulin, bermata biru sebiru laut. Tapi sialnya semua yang ku deskripsikan ada di pria ini. Aroma, suara, mata. Sama persis dengan tipe pria yang ku benci. "Kamu tau sudah berapa lama aku menunggu hari ini?" Dia menciumi kulit wajahku. "Bertahun-tahun Cat..."

Bibirnya menciumi tanganku sampai ke leherku. Kepalaku ku miringkan agar ciuman bejatnya berhenti, namun yang ku terima malah suara tawanya dan tangannya membuka gaun tidurku "Kamu benar-benar nekat pindah ke tempat ini. Di ujung kota. Sendirian. Dimana rumah tetanggamu jauh dari rumahmu." Aku menggelengkan kepalaku panik saat tangannya mengangkat bajuku dan menghentikan kegiatan menarik bajuku sampai depan mataku. "Aku tau kamu akan takut. Jadi ku tutup saja matamu. Oh sayang... Maafkan aku kalau tanganmu merasa lelah karena posisinya terikat ke atas. Aku tidak mau mengambil resiko."

Aku menggelinjang merasakan hembusan nafasnya di atas perutku. Aku merasa takut, ngeri, tapi juga merasa terangsang.

"Teh yang kamu minum sudah ku masukkan obat Cat. Karena itu tubuhmu merespon rangsanganku dengan baik." Pria itu menciumi perutku dan naik sampai dadakku "Bahkan putingmu berwarna merah, mendambakan untuk ku hisap dan ku gigit." Pria itu tertawa "Syukurlah kamu tidak menggunakan bra di malam yang dingin ini, aku tidak perlu repot membuka atau merobek bramu kan?"

Aku menggeleng kuat. Tidak! Tidak mungkin aku diperkosa! Aku mencoba menendang-nendang meski mataku tertutup oleh bajuku sendiri tapi paling tidak aku bisa menggerekan kaki ku ke arahnya. Dengan panik aku menendang kiri kanan atas bawah kemanapun arah yang bisa ku tendang. Tapi tangannya menghentikan pergerakan kakiku. Menahan kaki kiriku di bawah dan mengangkat kaki kananku ke atas. Posisi kaki kanan yang di naikkannya cukup tinggi hingga menaikkan sedikit bokong ku ke udara. Aku merasakan kecupan di betisku sebelum ia menghisap dan menggigit di sana.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang