Silent and Speak

4.9K 185 8
                                    

Kisah ini hanyalah imajinasi penulis.
Jika ada kesamaan nama tokoh, sifat, dan lain sebagainya hanyalah kebetulan.

Mohon pembaca memahami cerita ini sebagai imajinasi belaka, tidak menyinggung kepercayaan apapun 🙏🥰😇

******

"Atlanta." Aku menoleh dan mengernyitkan mataku menatap wajah Ares, musuh kakakku.

"Apa." Jawabku ketus tanpa nada tanya.

"Kalau tidak salah dengar, kakakmu yang sangat membenciku itu akan segera pindah kan?" Ares tersenyum jahil padaku.

"Iya, raportnya terlalu sempurna untuk sekolah disini, makanya dia diangkat ke langit yang lebih tinggi." Aku terkekeh.

"Baguslah, 10 tahun lagi pasti kakakmu akan menjadi Dewa yang menyebalkan." Ares tertawa keras dan meninggalkanku dengan sayap lebar besarnya.

"Astaga... Kenapa ya dia lahir di kalangan dewa dan dewi seperti kami? Dia senakal itu ya Tuhan.." Ucapku kesal.

"Hish jangan mengeluh! Tuhan punya rencana di masa depan, makanya kamu hanya perlu bersabarr...." Yumi sahabatku juga sekaligus malaikat tingkat 4 yang akan melanjutkan sekolah Dewa-Dewi bersama Kakakku beberapa minggu lagi.

"Mungkin dia diciptakan untuk menjadi malaikat seumur hidup." Aku terkekeh dan berteriak saat Yumi mencubitku.

"Kalau sampai guru mendengar perkataanmu, bisa-bisa kamu dihukum lagi loh!" Yumi berbisik padaku "Kamu mau dihukum untuk turun ke bumi lagi? Melihat kehidupan mereka yang egois disana? Yang membunuh demi jabatan mereka? Membunuh hewan yang tidak bersalahpun mereka bisa."

Aku menggeleng. Saat aku masih muda, malaikat tingkat satu (sekarang sudah tingkat tiga) aku pernah dihukum karena memukul Ares yang mengejek kakakku. Hukumanku ialah dua hari di bumi yang berarti 2 minggu waktu langit. Aku menangis melihat manusia yang mementingkan ego mereka tanpa melihat sekitar mereka, aku melihat beberapa manusia enggan membantu seorang nenek yang rebah dijalan, aku melihat manusia lain memakan daging bakar didepan kakek-kakek yang sedang menangis karena kelaparan, aku melihat manusia-manusia muda memukul dan menginjak manusia lainnya sampai mereka puas.

Apa yang kulakukan? Tentu aku membalas perbuatan mereka meski sebenarnya tidak diizinkan karena tugas ku hanyalah menerima hukuman bukan mencatat dosa mereka dan membalas mereka, tapi apa daya? Aku kesal! Aku memberikan beberapa uang dengan berbagai mata uang dari bumi di saku nenek dan kakek yang  kutemui, aku membuat para pembully terjatuh bahkan mengalami patah tulang hanya karena tersandung batu, dan membuat orang tua anak yang dibully sadar bahwa anaknya telah di bully. Tentu yang kulakukan mulia, hanya saja membalas perbuatan pembully dengan membuat mereka terjatuh di nilai tidak baik sehingga hukumanku ditambah terus menerus.

"Sudah flashbacknya?" Yumi menatapku dan tertawa melihatku melongo seperti orang bodoh. "Yasudah aku duluan ya, harus ke perpustakaan untuk belajar menjadi seorang Dewi! Bye!!"

Aku melambaikan tanganku melihat sayap birunya terbang membawanya menuju perpustakaan. Ah sedikit informasi sekolah ku berada di langit ke dua, di langit pertama adalah rumah kami dan seluruh malaikat, ada toko, rumah makan, dan semua kehidupan masyarakat berpusat di langit pertama. Pada langit kedua adalah sekolah untuk mendidik malaikat baik malaikat pencatat kebaikan, pencatat dosa, penyair, penari, pemusik, perang, pendoa, penyadar manusia dan pencabut nyawa. Lalu aku malaikat apa? Perkenalkan aku Atlanta, malaikat penyair yang suaranya mampu membuat Zeus melempar pedang petirnya ke arah musuh dengan baik, membuat posaidon menenangkan lautan dan membuat Hercules tenang di Bumi.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang