Who Am I ?

4K 182 6
                                    

Pernahkah kalian merasakan mencintai seseorang yang benar-benar tipe kalian, tapi dia teman baik kalian sendiri?

Beberapa orang mengatakan hubungan yang dilandasi persahabatan atau pertemanan akan berakhir baik, tapi kurasa aku tidak, bertahun-tahun aku menyimpan rasa di dada dengan harapan memiliki akhir yang baik. Setiap hari aku selalu berpikir bahwa ia juga menyukaiku karena memberikan perhatian-perhatian kecil padaku, padahal mungkin dia memang tipikal orang yang perhatian kepada temannya. Entah aku yang terlalu berharap atau bagaimana, yang pasti aku hanya bisa memendam perasaanku, gengsi untuk menyatakan tapi takut kehilangan.

~~~~~~~

"Woy!"

Aku menoleh dan tersenyum melihat Rey, sahabat baikku. Ku tutup diariku dan berlari ke arah Rey "Dimana Chain?"

Rey memutar bolamatanya "Chain tidak akan menyukaimu Violet! Dia mencintai Clarisa!"

Aku menghela nafas "Clarisa kan naksirnya denganmu, bukan Chain!"

Rey tertawa "Memang sih ketampananku ini mampu membius banyak wanita!"

Aku memukul kepalanya "Lain kali kalau mau bermimpi sebaiknya dirumahmu saja!" Aku tertawa mendengar erangan sakit Rey dan terdiam melihat Chain dan Clarisa yang sedang makan bersama di kantin.

Rey merangkulku "Rose, sadar... Dia tidak menyukaimu hahahahay!"

Aku menginjak kaki Rey dan berjalan cepat mendekati Clarisa dan Chain. "Maaf aku terlambat." Kataku dan segera duduk disebelah Clarisa.

"Aku tau tugasmu begitu banyak." Clarisa menggeleng menatapku "Kenapa kamu harus mengambil seni? Padahal banyak program studi yang lain."

Aku menatap Rey yang duduk santai disebelah Chain dan memakan jajan Chain tanpa izin. Tidak sopan!

"Karena aku ingin mengajarkan temanku tentang seni dan sopan santun." Ucapku sambil tertawa melihat Rey menaikkan alisnya.

"Beruntung sekali kamu sekelas dengan Rey, dia sangat menyukai seni sejak kecil kan." Chain tersenyum menatapku. Lesung pipinya membuatku hampir ikut tersenyum, tapi aku harus tahan! Aku tidak boleh ketahuan menyukainya.

"Justru tidak ada untungnya sama sekali. Rey tidak pernah mau satu kelompok denganku! Dia selalu menolak dan parahnya dia selalu dipercayai dosen-dosenku!"

"Kalau kamu pintar ya aku yakin kamu bisa seberpengaruh itu Rose, tapi kamu kan bodoh." Rey tersenyum "Jangan fikir kamu masuk program studi seni karena kamu bodoh ya! Salah besar sayang!"

Aku menggerutu "Clarisaaaa... Apakah aku harus mengikuti jejakmu menjadi dokter?"

"Aku takut kamu membunuh pasien-pasienmu." Chain tertawa dan membuat Clarisa, Rey, bahkan aku ikut tertawa.

"Sial, bagaimana bisa kamu berpikir hal sejahat itu? Astaga..." Rey menggeleng "Rose, aku tidak sejahat Chain kan? Aku selalu mendukungmu dalam situasi apapun."

"Situasi apapun? Kamu juga ikut tertawa kan!" Aku memukul tangan Rey yang berada di meja "Dasar..."

Clarisa tersenyum "Aku yakin kamu bisa menjadi pelukis, penulis lagu, penyanyi, penari, dan banyak seni yang akan kamu lahirkan Rose! Jangan ragu."

Aku mengangguk "Terimakasih Clarisa... Aku berharap kamu menemukan jodoh yang baik hati. Tidak nakal dan memiliki sopan santun."

Rey mengangguk "Amin... Amin... Aku juga mendoakan Rose mendapatkan jodoh yang tidak nakal, memiliki sopan santun dan.. Em sabar!"

"Amin!" Chain mengangguk "Siapapun jodoh Rose aku yakin dia pasti akan bahagia, karena Rose gadis yang baik hati dan selalu ada ketika dimintai tolong."

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang