The Dancer (Feels Pt. 2)

7.4K 221 7
                                    

Menjadi seorang dancer bukan hal yang mudah. Kami dituntut membuat koreografi, menghapal koreografi, mengikuti kompetisi, menjadi dancer para artis dan masih banyak lagi. Aku Bae Aerum, seorang wanita yang awalnya menganggap dance hanya sekedar hobby kini justru menjadikan dance menjadi prioritas keuanganku. Dari dance aku bisa mendapatkan banyak uang, setidaknya cukup untuk menghidupi aku dan anakku.

Usiaku baru 23 tahun. Anakku 5 tahun. Saat aku kelas 3 SMA, aku berpacaran dengan seorang pria yang sudah duduk di bangku kuliah. Selama pacaran kurasa dia orang yang manis, baik, sehingga ketika dia memintaku berhubungan badan dan berjanji akan bertanggung jawab aku dengan senyuman menerimanya. Namun saat bayi dalam kandunganku berusia 3 bulan, dia justru meninggalkanku, membuat rumor tentang ku dengan mengatakan bahwa bayi yang ku kandung bukan bayinya, menjelekkan keluargaku sampai semua tetangga kami membenci kami. Papakku di pecat dari kantor karena isu yang dia buat, dan kami memutuskan pindah ke sebuah desa tempat Ibuku dibesarkan dulu, beruntung aku sudah menyelesaiakan ujian sekolah sehingga aku masih mendapatkan ijazah kelulusan SMAku. 1 hal yang perlu ku syukuri, keluargaku tidak pernah meninggalkanku meski dalam titik terendah mereka.

Setelah anakku berusia 3 tahun, aku memutuskan untuk berangkat ke kota. Mencari kehidupan dan setiap bulan selalu pulang ke desa untuk menemui orang tuaku. Beruntung semua orang didesa semua baik dan tidak menghakimiku, mereka justru membantuku selama hamil, sibuk ketika aku melahirkan, dan melambaiku dengan semangat saat ku titipkan kedua orang tuaku kepada mereka.

Disinilah aku, hidup di tengah Seoul bersama putriku, Bae Da Eun. Pekerjaanku adalah menari dan beberapa hari lagi aku akan bekerja untuk salah satu agensi besar yang melahirkan idol-idol terkenal di Korea, dan proyek yang akan kujalani ini bukan proyek kecil karena aku dipersiapkan untuk mengikuti world tour salah satu boyband dari perusahaan ini. Dengan penuh pertimbangan aku menyetujui kontrak dan menjemput Papa serta Mamakku untuk menjaga Da Eun selama aku latihan dan berangkat tur.

"A.E!"

Aku menoleh dan segera berlari menghampiri ketua organisasi dancer kami. "Hadir, ada apa kak?"

"Pertemuan kita dengan agensi X dipercepat lusa. Semua anggota sudah tau, aku baru mengabarimimu hari ini karena sejak kemarin ponselmu kuhubungi tidak ada jawaban."

"Maaf kak. Ponsel ku rusak.. Hehe..."

"A.E... Kamu itu dancer senior di organisasi kita, jangan sampai informasi penting seperti ini malah tertinggal lagi. Paham?"

"Paham kak. Maaf kak... Sekali lagi maaf."

"Baiklah, persiapkan dirimu, sampai jumpa lusa."

"Uuuu... Bae Aerumm... Apa kamu siap?!"

Aku menatap sahabatku dan menggeleng "Aku tidak siap jauh dari Da Eun.."

"Kamu adalah A.E! Bae Aerum!! Aku yakin anakmu juga akan sekuat mamanya."

Aku tersenyum mendengar pujian sahabatku, A.E adalah nama panggung dancerku. Keren ya?! Tidak sia-sia kedua orang tuaku membuat namaku Aerum. Dua huruf depan sudah bisa membuat alias sebagus ini.

"Sudahlah, aku mau pulang duluan. Da Eun mau makan ayam goreng jadi aku harus cepat pulang supaya cepat masak!" Aku berdiri dan melambai pada rekan-rekan dancerku yang memberi hormat padaku.

"Da Eunn!!!" Aku membuka pintu dan melihat wajah cantik putriku sudah berwarna-warni oleh pewarna cat air. "Pasti Kakekmu mengganggu Da Eun kecilnya mama..." Aku menatap Papaku yang menggeleng padahal wajahnya juga tercoret.

"Aerum, ayo masuk, Mama sudah masak ayam goreng untuk makan malam kita."

"Hah? Astaga Ma, Aerum baru saja beli ayam dan tepung.."

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang