Kutukan apa yang sebenarnya terjadi pada hidupku? Mengapa aku perlu mempertahankan keberadaannya di dalam ingatanku. Ini tidak adil, bahkan halusinasiku sendiri seolah merindu luluh pada pria itu. Sialan. Hentikan, kumohon, hentikan. Biarkan aku bernapas dengan tenang. Ayolah.
Jantungku semakin menggebu layaknya bom atom setelah menyadari bahwa sekiranya yang terjadi di hadapanku kali ini bukanlah sesuatu yang tepat kupikirankan. Tubrukan yang cepat, kedua mobil yang bertingkah tidak waras, itu memang benar terjadi. Namun, Yoongi, aku tidak mampu menghentikan pria itu untuk mengelilingi permukaan pikiranku sendiri. Betapa brengseknya dia yang dengan mudah membuatku ketakutan setengah mati seperti ini.
Aku hanya perlu menjauh, menyingkirkan seluruh bualan gila yang sebenarnya tidak pantas kupertahankan. Bahkan pengemudi di sana tidak ada Min Yoongi, sama sekali tidak ada. Youra, apa kau sedang tidak waras? Mengapa kau perlu untuk memikirkannya sepanjang detik sembari menciptakan frekuensi detak jantung yang tidak signifikan.
Aku berusaha untuk kembali berdiri. Bergegas berlari tanpa memperdulikan bagaimana keadaan yang sebenarnya terjadi pada kecelakaan di sana. Aku hanya memikirkan bagaimana caraku untuk menyadarkan diriku sendiri. Aku tidak akan pernah sanggup jika aku harus terus menerus berhalusinasi dengan melibatkan pria itu.
Langkahku mengayun cepat, terdengar ketukannya yang tidak seimbang. Seluruh jemariku bahkan bergetar hebat, susunan akal sehatku selayaknya hilang dalam senja yang semakin tenggelam. Aku menyusuri keramaian, tapi aku tidak tahu jika aku akan mampu menemukan begitu banyak nyawa yang beredar, terasa pandanganku berbayang.
Hingga pada tumpukan seribu kusut, aku semakin dikejutkan oleh sesosok pria yang memang sedari tadi kupikirkan untuk menemukannya. Dia menghentikan lajuanku, mengenggam pundakku.
"Youra."
"Hoseok?"
Kuyakini bila Hoseok menyadari kedua sudut pupil milikku yang membesar. Aku bergerak menyentuh pakaian yang dia gunakan, sebatas jaket tebal berwarna hitam. Aku mengenggamnya takut. Hoseok hanya memperlihatkan garis keras yang terlukis dari balik dahinya. Dia benar-benar kebingungan. Aku meringis, lebih tepatnya menyalurkan seluruh rasa takutku yang menyatu terikat.
"Dia kembali, Hoseok. Dia benar-benar kembali."
Aku tidak mampu menahan diriku. Aku semakin merasa takut. Kegilaan besar yang selama ini kutenggelamkan, layaknya memaksaku untuk kembali membangkitkannya. Aku benar-benar tidak bisa merasakan hal selain detak jantungku sendiri yang menggebu dengan keras. Jemariku bahkan memutih karena genggamanku yang sangat kuat terhadap pakaian yang di gunakan Hoseok.
Pria yang tetap memperhatikanku dengan seluruh air muka yang jelas sangat kebingungan, lantas mengenggam kedua tanganku hangat. "Dia memang kembali, tapi percaya padaku dia tidak akan kembali padamu, Youra. Dia tidak akan pernah menyentuhmu."
Hoseok begitu meyakinkanku dan aku mampu menemukan kepercayaan darinya. Bahkan menyatukan rasa tenang yang cukup untukku ketika kedua bola mata itu meraih ketakutanku.
Terdiam hanya untuk mengukur serbuan penyerangan tidak manusiawi di dalam sana, melulu menghirup bebas terhadap kekosongan napas yang memburu. Aku kembali menciptakan khayal dan terus beranjak menyentuh hati yang menciut. Aku seolah-olah berada di antara ketidaksiapan untuk tetap bertahan. Pikiranku acak, detakannya keras, frekuensi tidak terasa normal, aku hanya tidak bisa membuang seluruh kenyataannya jika bahkan menit di dalam masa laluku lantas kembali.
Sedang berusaha menyingkirkan, pandanganku berhenti pada satu titik yang kini sedang mendekap kehangatan. Aku beralih untuk memperhatikan pemilik dari satu titik yang tentu saja sudah sangat terbiasa bagiku. "Hoseok-ah, kau memukulnya lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow Daylily
Fanfiction(WARNING!! SETIAP PART PANJANG2. BAHASANYA BELIBET. BIKIN MIKIR KERAS!! YANG GAK KUAT, SILAHKAN UNTUK TIDAK DIPAKSAKAN. KESEHATAN ANDA JAUH LEBIH PENTING DARIPADA MEMIKIRKAN KEHIDUPAN DI DALAM DUNIA YELLOW DAYLILY. SEDANGKAN YANG INGIN MELANJUTKAN...