Bab 5 | You Suffle The Card

357 66 7
                                    

Aku memang gadis yang menyukai permainan. Aku senang ketika aku yang memainkan seluruh kendali, menjadi kemudi yang menarik. Walau aku menyadari bahwa apa yang di tuturkan oleh ibu padaku, itu memang sepenuhnya benar. Aku merubah diriku sedemikian rupa ketika dia memutuskan menjauh dari kehidupanku dan membantah seluruh perasaan yang sudah kuberikan untuknya.

Setidaknya aku memang jatuh cinta seorang diri, menaruh hati seorang diri, lalu kini menderita dengan diriku sendiri. Betapa naifnya kehidupanku? Tidak juga, aku akan bahagia atas caraku, atas kedua kakiku. Aku tidak akan menginginkannya lagi, tidak akan pernah, bahkan jika aku harus mati.

Aku tetap terdiam memperhatikan seluruh presensi yang berada tidak jauh dariku. Dia terlihat membuang batang sigaret yang telah habis ia hisap seluruh asapnya. Tidak, kupikir itu bukan Jinyoung. Sial, mengapa aku selalu membantah pikiranku sendiri, sangat jelas jika pria itu adalah Jinyoung. Haruskah aku memukul diriku sendiri karena telah salah memberikan sebuah label padanya.

Tubuhnya bergerak mendekatiku, sedang aku hanya terdiam memperhatikannya. Aku menyadari bahwa sudut mata itu sedang menjatuhkan pandangannya pada ponsel yang berada di genggamanku. Aku segera menyembunyikan benda tersebut di belakang punggungku. Aku tidak tahu mengapa, hanya saja perasaanku teramat berlabuh pada praduga yang buruk.

"Mungkin temanku memang ada benarnya bahwa kau pantas di pandang sebagai wanita murahan."

"Apa maksudmu?"

Dia semakin mendekat, hingga tepat berdiri di hadapanku dengan seluruh pandangan yang sedang berusaha menelisik diriku. Tanpa sadar, Jinyoung bergerak kasar meraih ponsel yang berada di belakang punggungku dengan kekuatan yang tidak mampu kuseimbangkan. Dia menjatuhkan benda tersebut, lalu benar-benar hancur. Dia menginjaknya tanpa ampun dan kupikir dia sedang tidak waras.

"Wow, kau benar-benar mengejutkanku. Aku tidak seharusnya bertemu denganmu, kau sepertinya sedang gila."

Sejenak aku terkekeh. Berusaha memahami situasi seperti apa yang sedang menyerangku saat ini. Aku memang perlu untuk pergi, aku hanya mengkhawatirkan diriku karena aku tidak ingin kembali melukai seseorang. Aku lekas beralih menjauh, bersikap tetap tenang dan melangkah mendekati pintu yang terlihat tertutup dengan sangat kuat.

"Kau bisa berkencan denganku di lain waktu atau jika kau tidak menyukai diriku yang seperti ini, maka tidak perlu melakukannya," ucapku. Enggan bersitatap dengannya. Namun, aku mampu melihat pria itu di antara sudut mataku jika ternyata ia sedang tersenyum.

Aku hanya berusaha membuka pintu di hadapanku kini dengan sisa kekuatanku, karena aku tidak tahu di mana keberadaan kuncinya. Pria agak tidak waras itu benar-benar membuangnya tanpa mampu kuketahui jejaknya dengan pasti. Kupikir ini pertama kalinya aku tidak menyukai sebuah permainan, karena di sini bukan aku yang memainkan kendali.

Sial, jantungku semakin berdentum dengan cepat. Aku cukup takut ketika tanpa sengaja menemukan bahwa Jinyoung melangkah mendekatiku. Aku hanya perlu untuk tenang dan selesaikan semuanya dengan baik.

Astaga, aku tidak bisa, perasaanku serta pikiranku berkelana mengitari ratusan juta rasa takut yang terus-menerus berkembang pesat. Aku menahan diriku dengan mengenggam gagang pintu tersebut.

"Lagi pula aku tidak menginginkan seorang bajingan sepertimu."

Aku segera melemparkan pukulanku menggunakan kedua tangan yang saling mengenggam tepat mengenai pelipisnya ketika ia mendekati tubuhku. Bahkan aku cukup terkejut pada sebuah benda yang sedang ia genggam dari balik jemarinya. Mengejutkan. Pisau lipat? Yang benar saja. Dia ingin melukaiku? Ya Tuhan, apa salahku?

Dia terlihat tersungkur, mengerang cukup keras karena rasa sakit yang di terimanya. Kesempatan seperti ini kugunakan untuk mencari sebuah kunci yang akan membantuku untuk segera keluar dari sini. Ah, sialan, aku tidak mampu menemukan benda itu.

(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow DaylilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang