Bab 33 | The Familiar Pain Attacks Me The Same Way

297 20 15
                                    

11 September 2022 

Terkadang mencintai sesuatu yang hidup, memang tidak jarang untuk mendapatkan kesempatan sebagai primadona patah hati, sakit hati, kecewa, terluka, sampai berakhir mendapatkan kesedihan membabi buta. Kasus merenggut kasih dengan jalan cerita yang bahagia, benar-benar sangat minim terjadi. Seolah kesedihan dan sakit hati tidak akan pernah lenyap dari kerumunan jiwa yang sedang jatuh cinta.

Maka dari itu, Youra sedikit menyesali tingkahnya yang pernah tenggelam dalam pesona mencintai seseorang. Barangkali yang menjadi lukanya bukan karena ia yang patah hati, melainkan karena ia yang telah jatuh hati.

Kedua semestanya lantas beranjak menyala, mengintimidasi dunia di hadapannya yang terlihat berbeda, tapi teramat begitu nyata. Rupa dimensi dari cahaya mentari, menyerang seisi sudut ruangan yang sedang ia singgahi tiba-tiba. Netranya bersimpuh tajam kala ia terkejut dengan sebuah ingatan di dalam bunga tidurnya yang hangat. Jantungnya seperti di hantam dengan ribuan pukulan yang keras. Napasnya bergerak liar, layaknya pemberhentian tenang akan dengan sulit ia dapatkan.

Youra meringis sejenak. Tak ada yang mampu menyangkal bahwa dunianya hancur juga karena ulah dirinya sendiri. Bahkan ia tanpa sadar membawa kehidupan orang lain mendadak rusak karenanya. Bagaimana ini? Bagaimana kalau ia malah semakin takut? Bagaimana kalau ia malah terus-menerus merusak kehidupan orang lain di dekatnya. Bagaimana dengan—

"Tidak apa-apa. Kau tidak perlu memikirkannya sendirian."

Kalau saja—kalau saja ia tidak jatuh hati, kalau saja ia tidak mencekal perasaannya sendiri yang ingin mendapatkan kepuasan terhebat. Kalau saja ia bisa menyangkal jika rasa yang ia miliki adalah konteks obsesi sesaat, ia tidak akan pernah berada di sebuah pertengkaran yang nantinya tetap berujung sia-sia.

Mau membodohi dirinya sampai berapa kali?

Youra agak mengigit bibir dalamnya ketika ia berjingkat menyadari bahwa seorang pria yang tertidur di sebelahnya, tiba-tiba melingkarkan salah satu lengannya untuk merengkuh tubuhnya dari belakang. Alih-alih bukan karena ia ingin menangis, tapi sepertinya ia ketakutan setengah mati kalau degupannya sampai terdengar oleh orang itu.

Tidak ingin membantah, bahwa kehangatan yang sedang memeluknya adalah yang paling hangat daripada sebuah terbit di ujung timur sana. Min Yoongi—seolah pria itu tidak pernah ragu untuk menenangkan sang pelaku dari perusak hidupnya. Lucu sekali, Youra tidak boleh bergantung padanya. Tidak ada lagi marabahaya yang melibatkannya.

"Ini masih pagi, Youra. Kau harus lebih banyak—"

Yoongi menenggelamkan suaranya tiba-tiba ketika sebuah tubuh meringsut mendekatinya, lalu beralih memeluknya dengan erat. Kedua atensinya bahkan sampai membelak, padahal tadinya ia sedang terpejam main-main. Ia bisa merasakan bagaimana lengan itu tanpa segan meringkuk di lehernya, benar-benar mengikatnya dengan penjagaan yang sangat ketat. 

Sebegitunya, kah, wanita itu merindu?

Yoongi berangsur menyentuh puncak kepala wanita di sana, lalu mengusapnya. Ia hanya berusaha menjatuhkan sebuah titik terhangat miliknya, setidaknya Youra tidak harus merasakan kerasnya ketakutan itu seorang diri.

Seandainya sejak dulu, Yoongi tahu bahwa sebenarnya wanita ini sama sekali tidak pernah lupa, mungkin ia tidak akan meluangkan sebuah nekat untuk menyakitinya—terus, terus, dan terus sampai tingkah lakunya yang buruk sanggup untuk menutupi ingatan keras yang jahat di kepala istrinya sendiri. Jangan mengatakan bahwa apa yang sudah ia lakukan adalah hal yang sangat keterlaluan, karena ia sudah menohok dirinya dengan perkataan seperti itu ratusan kali. 

Kalau boleh, rasanya Yoongi ingin mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk jatuh cinta, setidaknya sampai Youra tahu jika mengajukan logika atas pergi, itu akan menjadi peluang yang sia-sia.

(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow DaylilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang