Bab 18 | It Feels Like You'll Disappear

195 30 9
                                    

25 Agustus 2022

Roberth H. Thouless menulis bahwa Freud adalah seorang dokter yang menangani gangguan mental yang di klarasifikasikan sebagai individu psikoneorosis. Penyakit-penyakit itu mencakup histeria dengan tanda-tandanya yang disebabkan oleh gangguan mental dan kemudian menimbulkan gangguan organik serta lumpuh, mati rasa atau gangguan pada lambung, cemas, gelisah, dan perasaaan takut yang tidak beralasan (Fobia) serta berbagai macam tindakan dan perasaan yang dilakukan secara tidak sadar.

Kau tahu bahkan sejak terdahulu, penderitaan terhadap sebuah jiwa sudah merangkak membuat deret absensi. Semua orang pernah hancur, asumsinya berbagai. Seperti permen nano-nano, tapi dia manis, untuk yang satu ini tidak. Ada kalanya yang paling sakit itu, tidak di anggap berlebihan. Karena takaran sakit berbeda pada setiap jiwa yang merasakannya. Termasuk bagi Youra.

Menindaklanjuti rasa sakit yang kini seolah berbaris dalam satu jajar untuk menyelam meraih angka berkilometer jauhnya pada palung hati. Tetap terasa seperti sebuah mimpi. Biji pupilnya menarik sendu, tapi tidak ingin menangis lebih banyak hanya karena penampakan ketiga foto saling berunding di balik lemari penyimpanan abu kremasi yang berada di ruangan columbarium (Rumah abu). Enam bulan lamanya, seolah ia baru saja menghitung serpihan pasir pantai. Begitu lama dan lelah.

"Ibu, Ayah, sebentar lagi ujian. Aku tidak belajar sama sekali karena rasanya sangat malas. Oh ya, toko roti kita, aku belum ingin membukanya kembali. Aku seperti melihat Ayah dan Ibu di sana, jadi kupikir aku akan menjualnya. Entahlah, aku bingung." Jeritnya memang tidak terdengar. Namun, Youra bahkan merasakan geramannya dengan sangat keras. Ia mengusap perlahan kaca figura tersebut yang menghalangi antara ketiadaan.

"Ah ya, Taehyung. Kau memberikanku kode morse. Aku tidak tahu jika ternyata kau pandai membuat hal seperti itu. Aku yakin kau pernah mengikuti kegiatan pramuka." Youra meletakkan sebuah kertas sebagai barang bukti itu di dekat foto seorang pria yang tersenyum indah.

"Tapi, sebenarnya, aku tidak mengerti apa yang kau berikan. Aku ingin mengetahuinya, tapi aku tetap tidak bisa. Aku tidak bisa memahami diriku sendiri. Tulisanmu jelek, tahu," gerutu Youra. Sesekali terkekeh.

Napasnya melebur, di helakan pada udara kosong sekitar. Ia memasukkan kedua tangannya pada sebuah coat yang cukup tebal berwarna hitam. Kepalanya lantas menurun, menunduk hanya untuk membiarkan air matanya menari turun. Salah satu kakinya bergerak resah, menahan permukaan lukanya yang tidak ingin kembali mencuat. Giginya menarik kasar bibir tersebut, menahan gemetar hebat tak terkuasai.

"Help me. Kau menuliskan kata itu, benar, kan? Tapi aku tidak bisa menolongmu, Taehyung. Tidak bisa." Tubuhnya merunduk, menekuk lutut dan tenggelam di balik lekukannya yang rapuh. "Aku tidak bisa menyelamatkan kalian. Ayah, Ibu, Taehyung, maafkan aku."

Menguburkan diri dalam peluk pasir, di sapu ombak, lalu menghilang. Diri yang hanya di kuasai tumpukan berlian bernilai dosa, tak mampu di lenyapkan apalagi di ikhlaskan. Niat akan sebuah penghancuran diri juga terlibat di dalamnya. Seperti tidak nyata, hanya khayal, tapi tetap saja udara bahkan terasa, ritme perputaran waktu juga terdengar. Pengulangan massa hanya akan menjadi bencana, karena semua yang terjadi padanya bukan hal yang mampu di kembalikan layaknya semula. Pahit, seperti di paksa menelan Switenia Mahagoni. Sayangnya, itu lebih baik daripada di kuasai rasa bersalah yang hebat.

Semuanya melebur menjadi kecipak air hujan tak terhitung. Mengalir menjadi genangan, lalu akan lenyap di hantam panas. Berharap bahwa kenangannya tidak akan menjadi genangan air hujan itu.

Hyacinth

"Apa kau benar akan pergi ke Busan, Jim?"

"Eoh, aku ingin berlibur dan menenangkan pikiranku."

(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow DaylilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang