Bab 1 | I Know I Can't Take It No More

1.4K 121 16
                                    

24 Januari 2022 

Hal yang menarik dari sebuah kehidupan adalah ketika seluruh prespektif dan tujuan menghampiri sejenak, lalu menyapa rindu. Akan terukir hangat ketika dunia berpaling mudah di antara kedua sisi dirimu. Keinginan mutlak, tanpa sanggahan dan ujaran kebencian adalah titik euphoria sederhana yang mengagumkan hati. Katakan saja, semua orang ingin memiliki cinta dan perhatian.

Kendati hal yang sangat indah lantas kupandangi enggan berpaling walau hanya tegukan detik yang bergema. Menyusuri kepribadian yang menawan tanpa seutas titik kesalahan. Aku benar-benar menikmati bagaimana seluruh diri di sana terlihat menggoda dan sempurna. Aku tidak ingin menyangkal bahwa Tuhan memang merindukanku, hingga seupama indah, kudapatkan dengan sekumpulan pesona yang menarik.

Aku terus-menerus memperhatikan diriku di balik cermin sederhana yang seolah ingin menggumamkan bahwa aku tidak pantas untuk sekadar di pandangi. Ayolah, bentuk wajahku yang rupawan, garis ranum yang memikat hati, proporsi tubuh yang seayalnya madu, manis. Tidak ada pria yang tidak menyukaiku.

Sejenak jemariku bergerak mengoleskan beberapa titik di antara ruang ranumku menggunakan sebercak pink yang berhias mengagumkan di sana. Aku tersenyum. "Akan aku buktikan bahwa aku tidak pantas hidup seorang diri."

Aku bukanlah gadis yang tidak akan pernah berevolusi. Roda itu berputar, kau tahu aku benar-benar menganggap bahwa dunia dan langit sedang memihakku untuk saat ini. Tidak ada yang terlambat dalam mengukir dendam terdahulu.

Rasa sakit dari berbagai pihak yang seolah-olah berusaha menghancurkanku membuatku mengadopsi lelah, sekaligus jengah. Aku ingin mengembalikan luka yang sudah diciptakan oleh mereka yang seharusnya patut untuk mati. Sekarang aku ingin bersenang-senang.

Aku segera membenahi beberapa peralatan kebanggaan yang selalu ada bersamaku. Lalu, setelah itu aku beralih mengeluarkan diri dari balik sebuah toilet. Aku segera beranjak menemukan satu jiwa yang terlihat bosan, sembari bersenandung lugu. Dia terlihat sedang bersandar malas pada sebuah dinding yang tidak bersalah, membuatnya semakin menggemaskan. Aku berusaha menarik cepat daun telinga milik pria yang berangsur mengaduh sakit.

"Youra! Telingaku hampir saja lepas," ringisnya. Sembari mengusap halus pada salah satu anggota tubuh tersebut karena sedikit memerah. Aku hanya terkekeh. Beralih menarik pergelangan tangan pria di sana.

"Hoseok-ah, apa aku sangat cantik?"

Tidak terdengar apa pun, layaknya senyap. Aku memutuskan untuk sejenak saja meliriknya. Terlihat Hoseok yang lekas menganggukan kepalanya, memandangiku dengan seutas senyum sederhana.

Jung Hoseok, setidaknya ia mengetahui bagaimana aku yang mampu beranjak mengukir perubahan, seolah-olah aku sangat ketakutan akan esok hari adalah selesai. Aku benar-benar memperjuangkan sebuah harapan dengan sangat baik. Namun, entah mengapa aku merasa bahwa Hoseok tidak menyukainya—menyukai perubahanku.

"Hai, Youra."

"Halo, Senior Ahn."

Aku segera mengukir garis melengkung yang terlihat semakin menawan. Senyumku tertera menyapa hangat pada pria yang menjulang di hadapanku saat ini dengan ketampanannya yang enggan menyingkir dari permukaan wajahnya yang indah. Apakah aku menyukainya? Sama sekali tidak. Dia bukan tipikal pria yang kuinginkan.

Dia memperhatikanku dengan kedua sudut matanya yang membara hebat. Aku tahu, tidak ada yang akan menyangkal bahwa aku adalah satu-satunya gadis dengan ukiran di setiap sisi bernilai sempurna. Semua menyukai keberadaanku—tidak juga hanya beberapa pria. Karena untuk para wanita, mereka terkadang enggan mengakui seluruh fakta tersebut. (Mungkin mereka hanya iri.)

(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow DaylilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang