Bab 27 | Spring, Summer, Fall, Winter, Always The Same Feeling

204 30 14
                                    

31 Agustus 2022 

Begitu sepi. Benar-benar sangat sepi. Padahal hujan dan gemuruh seolah saling bertengkar dengan tekadnya masing-masing. Semakin deras, lalu gelap, dan terus saja deras. Tidak ada tanda-tanda jika esok di bulan September akan menjadi musim gugur dengan pohon ginko dan pohon maple yang daunnya akan memerah atau menguning. Sayang sekali, agaknya musim gugur sedikit terlambat.

Youra menengadahkan kepalanya sejenak, memperhatikan betapa naifnya hujan yang turun tanpa mampu mengatakan seluruh rasa sakitnya. Jemari yang sedari tadi sedang mengenggam pada troili stainless koper miliknya, tiba-tiba dipaksa saling meremat seolah baru saja bertemu dengan sebuah amarah. Ia menghela napas, rintikannya enggan menepis. Youra jadi ragu untuk bergerak menjauh dari pelantaran luar supermarket.

Malam ini ia benar-benar memutuskan untuk hidup seorang diri. Barangkali ia akan mendalami peran sebagai seorang anak yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya karena kematian. Senyumnya terukir kecil kala ia menikmati sepuluh ribu luka yang dijatuhkan tanpa belas kasih. Terlihat menyedihkan untuk sesuatu yang tidak mampu mengatakan bahwa dirinya telah hancur. Ya, namanya hujan.

Tapi, pikir Youra yang jauh lebih naif bahkan bukan hujan, itu dia—dia, dirinya sendiri yang mampu berbicara dan bercerita, dia yang mampu berteriak dan membeberkan seluruh kisah kehidupannya. Hanya saja, dia takut, teramat takut sampai ia harus memutuskan untuk tidak kembali menghadapi hal yang telah menghancurkannya sedikit demi sedikit. Ia begitu takut sampai ia tidak mampu mengatakan bahwa ... dia telah hancur. Tapi, sungguh, di luar sana sangat mengerikan.

Beberapa jam lalu setelah ia berseteru bersama dingin, tegas, dan gelap. Ia lekas memutuskan untuk mengangkat kakinya menjauhi pelantaran rumah mewah yang memang sejak awal tidak diperuntukkan bagi keberadaannya. Ia tidak meninggalkan pesan atau mengucapkan selamat tinggal untuk pria itu, Youra hanya benar-benar ingin pergi. Ia memilih untuk berhenti sampai di situ. Tidak ada lagi prasangka, tidak ada lagi tuduhan, apa pun yang berkaitan dengan Min Yoongi, Kim Taehyung, maupun Jeon Jungkook.

"Ibu, Ayah, aku pulang."

Dan ia pun memutuskan untuk menyentuh luka yang sedang di derita oleh hujan, menemani kebungkaman terhadap raungan keras yang dimiliki oleh hujan. Melupakan fakta jika tubuhnya akan benar-benar basah karena hantaman dari hujan.

Hyacinth

22 Febuari 2018

05.15 PM

"Youra, aku punya sesuatu untukmu."

Tak dipungkiri jika netranya kini beralih mencari sesuatu yang tiba-tiba terasa mengganjal di hatinya. Im Youra terlihat tersenyum dengan tulus, tangannya bergerak menjulur sembari mengenggam satu buah totebag berwarna biru. Seo Youra memutuskan untuk terdiam sejenak, padahal ia hampir akan pergi dari sebuah toko buku yang sedari tadi dijejakinya. Sesekali matanya melirik kecil pada pria jangkung yang berdiri dibelakang gadis itu. Hingga ia cukup terkejut manakala Im Youra meraih kedua tangannya begitu cepat dan meninggalkan benda itu untuk segera di genggamnya.

"Aku membeli pakaian untuk kau kenakan di hari ulang tahunku. Aku ingin kau datang ke pesta ulang tahunku malam ini, Youra," katanya.

Katakan saja ia sedikit terkejut dengan ungkapan yang baru saja di tuturkan oleh gadis di hadapannya. Bahkan, ia pikir hal yang dilakukan gadis itu agak berlebihan. Seo Youra tidak seharusnya mendapatkan hadiah dari orang yang akan mengadakan pesta ulang tahun.

Youra berangsur menatap, bahkan memutuskan untuk mengembalikan hadiah yang kini berada di genggamannya. "Tidak, jangan memberikan apa pun padaku. Lagi pula, aku tidak pantas mengenakan pakaian mahal darimu."

(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow DaylilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang